PROLOG

1.2K 106 68
                                    

🍎🔔Hana Risa🔔🍎
《Guppy_Rh》

Hai hai... alohalohalo...
Assalamualaikum. Temen-temen ii balik lagi nih. Wih gak kerasa ya besok kita bakalan puasa lagi. Sebelumnya ii minta maaf kalau ada salah yaaa (banyak banget i... banyak😅). Dan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan, semoga ibadah kita berkah dan diterima, aamin.
Udah siap belum nih ketemu si Doi?😎

¤♡¤

CERITA INI MENGALAMI PERUBAHAN. CERITA AWALNYA DIHAPUS DAN DIGANTI DENGAN CERITA BARU YANG MERUPAKAN SPIN OFF NYA CERITA 'PAK DOKTOR, ACC DONG!'. TAPI DENGAN JUDUL DAN COVER YANG SAMA.

¤♡¤Happy Raeding Gengs¤♡¤

"Bunda...!"

Suara cempreng yang lebih layak disebut kaleng bekas kue lebaran jatuh dari atap rumah sehabis digondol tikus lalu terlindas truk yang kebetulan lewat di depan rumah itu menggema di seluruh ruangan, memantul dari sudut ke sudut, dari perabot rumah ke perabot rumah. Namun na'asnya tidak sampai dari hati ke hati.😋😏

Oke cukup, itu terlalu lebay dan mendramatisir. Tapi siapapun pasti akan setuju jika mendengar suara kaleng butut itu. Suaranya tidak lebih baik dari suara burung hantu, kuek... kuek... kuek...🐦

Haduh siapa sih yang pagi-pagi sudah teriak-teriak seperti dapat sembako gratis plus tiket ke Ragunan?

Bunda, begitu Sang Anak memanggil wanita bernama Eni Permatasari kesayangan ayah Panduwinata itu memijat pelipisnya karena suara anak gadisnya yang membuat kepalanya berdenyut-denyut. Baru saja wanita yang usianya kini hampir kepala empat itu ingin menyahut, suara anak gadisnya kembali menggema-gema laksana suara gempa susulan.

"Bundaaa.... Bundaaaaaa..." teriak anak gadis itu lagi lebih heboh.

Vania Elnara, anak gadis yang kini usianya telah menginjak delapan belas tahun yang tak lain dan tak bukan adalah oknum kehebohan itu berlari-lari menuruni tangga.

Bundanya yang melihat Vania turun dari tangga sambil berlari-lari itu segera bangkin dari duduknya, meletakan majalah yang sedang dibacanya lalu buru-buru menghampiri anak gadisnya itu sebelum dia jatuh dan berakhir lupa ingatan seperti di sinetron-sinetron yang ditontonnya.

"Aduh... aduh... jangan turun tangga sambil lari-larian gitu, nanti jatuh. Kamu itu kebiasaan suka lari-larian deh." Bunda Eni mulai mengomel-ngomel layaknya ibu-ibu yang ketinggalan amang sayur berjualan di depan komplek.

"Ada apa sih teriak-teriak kaya bunda artis aja?" lanjut Bunda Eni bertanya dengan sesabar mungkin. Er... senarsis juga (mungkin).

Bukannya takut atau apa, Vania malah memasang wajah sumringah. Tersenyum tanpa dosa setelah sebelumnya mendarat dengan satu kaki di lantai paling dasar.

"Bun... Bun... Nia udah putusin." mata Vania berbinar saat mengatakan hal itu pada bunda tercintanya.

"Putusin siapa? Kamu emangnya punya pacar? Perasaan jomblo deh." tanya bundanya heran sekaligus bingung, membuat Vania mengerucutkan bibir lucu.

"Kalau ayah kamu tahu kamu punya pacar bisa diblokir uang jajan kamu selama sebulan." perkataan Sang Bunda selanjutnya tambah membuat bibir Vania mengerucut.

Ayahnya memang menentang Vania untuk pacaran dan mewajibkannya fokus belajar. Karena hal itu pula sampai sekarang Vania belum merasakan manis pahitnya merajut kasih dengan lawan jenis. Jangankan berpacaran, dekat dengan cowok saja kumis ayahnya sudah berdiri menandakan ultimatum.

Pernah waktu itu Doni- teman sekolah yang menyukainya- nekat mendatangi rumahnya untuk mengajaknya main. Alhasil, bukannya Vania yang berhasil diajak keluar, tapi justru ayahnya. Dengan berdalih ingin mengambil mobil di bengkel ayahnya Vania pun memanipulasi keadaan sehingga mau tak mau Doni pun menyanggupi keinginan ayahnya Vania untuk mengantar Sang Camer ke bengkel. Setelah sampai di sana dengan santainya ayahnya Vania msngatakan kalau sekarang sudah malam dan menyuruh Doni untuk datang lagi besok. Doni sangat dongkol dan kesal sekali waktu itu hingga dia pun tidak pernah datang lagi ke rumah Vania. Kapok dikerjain.

Ya, begitulah ayah Vania. Sangat protektif terhadap anaknya. Tapi jika di lihat dari sisi lain, semua itu wajar saja. Ayah mana yang ingin anaknya kenapa-napa, apalagi Vania ini anak satu-satunya. Tapi lagi... karena sikap ayahnya yang super menyebalkan itu jadi tidak ada yang berani mendekati Vania. Takut duluan dengan ayahnya, apalagi dengan kumisnya itu. Satu-satunya laki-laki yang dengan bebas ada di dekat Vania, pulang-pergi ke rumah Vania, dan membawa Vania main adalah Fian yang tak lain dan tak bukan adalah teman sekelas sekaligus omnya. Justru memang Fian inilah yang diberi kepercayaan untuk menjaga dan mengawasi Vania di luar sana mengingat bagaimana perangai gadis remaja itu.

Hal itu jelas membuat Vania tidak terlalu mengerti soal percintaan. Yang dia tahu laki-laki seusianya itu tak beda jauh dengan Fian, omnya. Padahal laki-laki di dunia ini beragam.

"Ih bukan mutusin cowok, Bun..." Vania merajuk.

"Terus?" tanya bundanya semakin bingung.

"Nia udah putusin kalau Nia bakalan kuliah di kampus yang sama kaya Ate Anna. Nia pengen jadi guru SD." jawabnya tanpa menurunkan kadar kehebohannya.

Bundanya menyerngit,"Kamu yakin?" tanya Sang Bunda yang malah terdengar tidak yakin di sini. "Waktu dulu ngajarin bunda laptop aja kamu gak sabaran gimana ngajarin anak kecil baca nulis ngitung?"

"Iiih itu kan beda, Bun. Nia yakin kok... sangat sangat yakin..." jawab Vania dengan menggebu-gebu.

"Jadi gimana? Boleh kan? Boleh yaaa... boleh... boleh yaaaaa..." Vania mengguncang-guncak tangan bundanya sambil berkedip-kedip so imut.

Vania menatap bundanya penuh harap. Sementara Sang Bunda tetap diam saja, terlihat menimang-nimang baik buruknya. Bukan... bukan karena Bunda Eni ingin mengahalang-halangi keinginan anaknya untuk menjadi guru. Hanya saja dia ragu. Anaknya itu masih labil. Kemarin-kemarin ingin kuliah kedokteran, terus tiba-tiba keesokan harinya ingin kuliah perkantoran, di hari berikutnya anaknya itu ingin jadi penyanyi. Bunda Eni hanya tidak ingin ini hanya keinginan selewat anaknya saja atau karena anaknya terbawa-bawa teman-temannya padahal dirinya sendiri tidak benar-benar menginginkannya. Bunda Eni tidak ingin Vania salah langkah dan menyesal pada akhirnya. Dia tidak ingin pada akhirnya kuliah anaknya jadi terbengkalai.

"Bun..." Vania kembali bersuara karena bunda tetap diam saja.

"Kalau bunda setuju-setuju saja kamu ingin kuliah jurusan apa asalkan kamu bisa mempertanggungjawabkan keinginan dan keputusan kamu. Bunda gak mau kalau di tengah jalan tiba-tiba kamu ingin berhenti kuliah karena cape, bosan, atau apa."

Senyum Vania langsung mengembang mendengar penuturan bundanya. Gadis itu langsung memeluk Sang Bunda penuh sayang.

"Makasih Bundaaaahh... makasiiih..." Vania mencium pipi kiri dan kanan bundanya secara bergantian.

Satu restu sudah terkantongi. Kini tinggal meminta restu ayahnya. Vania berjanji dia tidak akan mengecewakan orangtuanya. Semua ketakutan bundanya akan Vania tepis. Lagipula bagaimana mungkin Vania akan merasa cape, bosan, atau apa jika di sana ada pangeran hatinya.

Ya Pangeran Hatinya yang bernama Dino Witcaksono yang tak lain dan tak bukan adalah salah satu dosen di kampus tujuan Vania.

Vania tersenyum penuh arti dalam hati. Pak Dino, calon istrimu segera datang.

¤♡¤

Nah nah... beginilah prolognya gengs. Gimana nih? Nyangka gak kalau yang jadi ceweknya itu bakalan si Vania yang kerjaannya ngeghibah mulu sama Amelia di cerita 'Pak Doktor, Acc Dong!' ?

Ps : Jangan lupa tinggalin jejak. Banyak-banyakin amal yaaa di bulan suci ramadhan ini 😊😊😊

Jawa Barat, 5 Mei 2019
Salam Manis Guppy_Rh
Jaaa nee

Jatuh Cinta Itu...🍎 [New VERSION]Where stories live. Discover now