0.9 | I Could Never Love Like That

19 2 0
                                    

9

¤¤¤

¤¤¤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

¤¤¤

It's recommended for you to play the song too, so you can feel it deeper. I hope so.

"Seriously, Deehan? Kau akan berkunjung ke Paris ?"

Hatinya menggebu-gebu, dia tak kuasa menahan rasa bahagianya. Natal sudah lewat dan Anne hanya bisa merayakannya melalui video call Skype. Apalagi perbedaan jarak berkilo-kilo meter dengan Belanda membuat perayaan tahun ini kurang menarik. Tahun kemarin, Anne dapat mengambil 2 hari ijin, tapi tahun ini sudah berbeda karena dia akan menghadapi banyak tugas dan quiz yang terkadang suka mendadak.

Lagipula dia sudah berada di penghujung semester, artinya tak lama lagi dia akan wisuda. Dan juga dia akan berhadapan dengan skripsi.

"Iya, Anne. Mungkin aku akan kesini dengan Bibi karena Ibu masih banyak pekerjaan. Padahal aku sangat ingin pergi kesana dengan Ayah dan Ibu."

Anne dapat merasakan hal sama seperti adiknya. Kecewa. Tapi setidaknya rasa kecewa itu dapat hilang untuk sementara waktu karena Deehan lah yang akan menjenguknya. Ya setidaknya ada anggota keluarganya yang datang.

"Tidak apa-apa, Deehan. Ibu kan sedang mengurus banyaknya pesanan kue di kedainya juga pekerjaan utamanya sebagai dosen dan Ayah juga sibuk dengan urusan pekerjaannya menggarap proyek besar."

"Jadi begitu ya, Anne. Aku rindu Ayah dan Ibu, jadi aku memutuskan untuk bertemu dengan mereka besok pagi."

"Wow, ide yang bagus, Deehan. Tapi jangan lupa belajar ya supaya kau bisa pandai dan mendapat beasiswa ke luar negeri juga."

"Iya, itu pasti. Dah, Anne. Aku mencintai mu."

"Dah, Dee. Aku juga mencintaimu."

Tut. Panggilan pun berakhir. Anne membaringkan tubuhnya di single bed miliknya. Setelah tinggal di Paris selama 1 tahun, gadis itu merasa betah dan tidak ingin meninggalkan kota itu, tetapi ia masih mengingat orangtua nya yang tinggal di Belanda, tepatnya Rotterdam.

Setelah itu, ia segera pergi ke walk in closet nya yang berukuran sangat kecil. Lemari pakaiannya ia buka. Tampaklah baju dari berbagai model dan brand. Pastinya yang biasa saja, hanya sebagian saja yang memiliki brand ternama. Setiap 2x dalam setahun, ayahnya selalu mengirimnya uang untuk membeli pakaian dari brand kesukaan Anne, Hermès dan Burberry.

Ia pun mengambil heritage shirt dress Burberry nya yang berwarna putih gading. Kemudian ia menjepit poninya kebelakang. Lalu, gadis itu meraih kunci apartment nya yang tergeletak diatas meja pantry. Tak lupa ia mengenakan double breasted trench berwarna putih dan juga high shaft ankle boots nya yang memiliki warna hitam.

Hari ini ia memiliki janji dengan MJ di kampusnya untuk menyerahkan file tentang materi UAS. Setelah itu, ia harus pergi ke Pont Alexandre III untuk bertemu dengan Lucas yang akan mengajaknya jalan-jalan.

SempiternalWhere stories live. Discover now