[EVALARA • 7]

Mulai dari awal
                                    

"Mau kemana kamu?"

"Ke rumah pacar, ehh calon pacar maksudku, bun.." jawab Evan sambil terkekeh dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Tria tersenyum,

"Yaudah, hati-hati ya. Kapan-kapan kenalin ke bunda,"

"Siapp bun, assalamualaikum,"

"Waalaikumsallam, hati-hati. Jangan ngebut," pesan Tria ketika anak sulungnya sudah pergi.

Setelah memakai helmnya, ia segera menaiki motornya. Melajukan kendaraan roda dua itu ke rumah Laras. Jarak dari rumahnya ke rumah Laras cukup jauh.

Tak sampai lima belas menit, motor Evan sudah terparkir manis di halaman rumah Laras. Ia melepas helm dan merapikan rambut cepaknya sembari ngaca di kaca spion.

Ia pun turun dan mengetuk pintu. Tak lama kemudian, sosok wanita paruh baya muncul dari dalam,

"Eh, kamu yang kemarin kesini ya?" Tanya Elsa ramah. Evan tersenyum dan mengangguk sopan,

"Iya tante... Larasnya ada?" Tanya Evan, Elsa mengangguk.

"Ada, nak.. ayo masuk dulu,"

Evan dipersilahkan masuk dan duduk di ruang tamu. Elsa naik ke lantai dua dan masuk ke kamar putrinya,

"Sayang, ada temen kamu dibawah tuh. Cowok yang kemarin kalau gak salah, temuin gih.."

Laras berdecak sebal sembari melipat kedua tangannya di dada,

"Usir aja lah, Ma. Ga penting banget!"

Elsa melotot tak suka, "gak sopan, Laras! Temuin temen kamu dibawah tuh!"

Gadis itu bergidik ngeri. Ia segera berlari keluar kamar untuk menemui cowok itu.

Langsung saja ia duduk di sofa, dan Evan tersenyum melihatnya.

"Ngapain sih kesini?" Tanya Laras tidak suka.

"Lo gak ngehubungin gue soalnya," jawab Evan tenang. Laras memutar bola matanya malas,

"Gue gak kenapa-napa," jawab Laras ketus.

"Oh syukurlah. Btw lo udah tau artinya Get Well Son belum?" Tanya Evan. Laras mendengus,

"Emangnya penting ya?"

"Penting dong,"

"Gue gak tau artinya," jawab Laras jujur. Ya, padahal Laras kutu buku. Tapi entah kenapa, ia tidak tahu bahasa Inggris. Aneh memang.

"Semoga cepat sembuh," ujar Evan sambil menunjukan senyumnya. Laras mengeryitkan dahinya,

"Itu artinya," lanjut Evan yang membuat Laras terdiam. Hatinya bergejolak senang saat tahu artinya itu. Evan khawatir melihat goresan luka bekas cakaran di wajah Laras. Tak tega melihatnya,

"Ras,"

Laras memandang Evan malas, "apa?"

"Luka di wajah lo, udah diobatin belum?" Tanya Evan, Laras menggeleng.

"Ck, harus diobatin. Biar gak jadi infeksi. Gue gak mau lo kenapa-napa," ujar Evan perhatian. Laras kesal, siapa sih cowok ini? Pacar aja bukan, kok berani ngatur-ngatur?

"Udahlah, ini cuma luka biasa. Jadi lebay amat!"

Evan mengerutkan keningnya, "gue gak mau lo kenapa-napa,"

"Terserah lo deh. Mendingan lo balik sono. Gue mau istirahat!"

"Lo tau gak?"

"Engga!!"

"Lo lebih cantik kalau lo buka kacamata lo,"

Laras terdiam, "coba dong buka. Sebentar aja. Gue penasaran,"

"Apasih, gak! Gue gak bakalan lepas kacamata!"

"Ayolah, sebentar aja,"

Laras mengernyit, kenapa jadi maksa sih?

"Gue gak suka dipaksa. Engga ya engga!!!"

Evan mendesah kecewa, "yaudah gapapa.."

"Gue gak suka dipaksa!" Ucap Laras sekali lagi. Evan mengangguk paham,

"Iya Ras, gue tau."

"Gue juga gak suka sama lo! Berhenti buat deketin gue!!"

"Tapi kalau gue nya suka sama lo gimana? Kalau gue gak bisa berhenti buat deketin lo gimana?"

Laras menghentakan kakinya kesal, cowok ini sungguh aneh. Laras membenarkan letak kacamata yang merosot. Lalu menatap tajam kepada Evan,

"Mendingan lo pergi, gue mau istirahat!"

"Oke.. eh sebentar,"

Evan mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya, sebuah masker.

"Nih, besok sekolah lo pakai masker ya." Ucap Evan sembari memberikan sebuah masker kepada Laras. Laras ingin tersenyum atas perhatian Evan, namun ia sudah terlanjur gengsi.

"Gue balik, istirahat ya. Kalau ada apa-apa, hubungin gue aja. Kan gue udah bilang, 24 jam fisik sama hati gue selalu siap siaga buat lo. Kalau lo gak hubungin gue, lo harus siap kalau tiba-tiba gue datang ke rumah buat liat keadaan lo,"

Laras menoleh, cowok itu sepertinya nekat sekali. Ia melihat ekspresi wajahnya yang tenang, tak ada masalah sedikitpun.

"Yaudah entar gue hubungin!!"

Evan tersenyum lega, "yaudah ya gue balik. Jangan lupa makan, abis makan istirahat aja. Dadah,"

Cowok berperawakan tinggi itu akhirnya berbalik dan pergi. Laras seharusnya senang, tapi entah kenapa ia malah tidak suka dengan kehadiran Evan yang sudah mengusik ketenangannya.

Sengaja saya bikin Laras galak begitu:v

Btw komennya jgn lupa gaes :v

EVALARA [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang