16

18.5K 1.5K 79
                                    



Sayangnya ekspektasi terkadang tidak sesuai dengan realita.

Seharusnya Elena tidak mengharap banyak karena suaminya -pria yang dinikahinya- adalah Christian Edward Fletcher, Earl of Leicester. Pria yang terakhir kali -meskipun sempat dilupakannya hanya karena ciuman yang Chris berikan ketika pesta pernikahan berlangsung- selalu membencinya. Dan kebencian itu diyakini Elena menjalar sampai ke tulang-tulang dan mengalir melalui aliran darah Chris. Mendarah daging.

Seharusnya kenyataan itu cukup baginya untuk tidak mengharap lebih, mengharap apa pun dari Christian. Pria itu mungkin menciumnya dengan begitu bernafsu tadi siang, tapi mungkin itu dilakukannya karena terbawa suasana. Dan ketika akhirnya Chris menyadari siapa yang dinikahinya, ia memilih kembali mengacuhkan dirinya seperti yang dilakukannya malam ini, tepat di saat seharusnya mereka melakukan ritual malam pertama layaknya pasangan lain yang baru saja menikah.

Pemikiran itu membuat Elena beranjak dari duduknya dan berdiri di depan meja rias dengan kaca panjangnya. Ia memandangi tubuhnya yang hanya berbalut gaun tidur tipis transparan dari sutra berwarna merah yang dihadiahkan Rose untuknya. Gaun itu bahkan hampir memperlihatkan seluruh bagian tubuhnya, seolah dirinya telanjang.

Awalnya Elena menolak dan meyakini kalau gaun tidur itu tidak akan ada gunanya. Tapi Rose, dengan sikap keras kepalanya menyakini kalau Chris akan mengeluarkan air liurnya ketika melihat dirinya.

Sayangnya apa yang dikatakan Rose tidak terjadi dan mungkin saja memang tidak akan pernah terjadi, mengingat di malam pertama saja Chris tidak mendatanginya apa lagi malam-malam lainnya?

Elena mendesah. Di pandanginya lagi tubuhnya yang padat berisi. Gundukan payudaranya dan inti tubuhnya terlihat jelas dari balik gaun tidur yang dikenakannya saat ini. Ia yakin Chris akan tergoda melihatnya, karena bagaimana pun juga Chris adalah seorang pria dan setiap pria tidak akan mungkin mengacuhkan sesuatu yang menggoda tubuh mereka begitu saja.

Tapi lagi-lagi hal itu tidak akan terjadi, karena Chris tidak mendatanginya. Atau haruskah dirinya yang mendatangi pria itu? Merayunya seperti yang biasa dilihatnya ketika Chris bersama Arabella agar pria itu mau menidurinya malam ini? Setidaknya agar dirinya bisa memiliki kenangan akan malam pertama yang indah.

Buru-buru Elena menepis pemikiran itu. Chris jelas akan mencincangnya lalu mengumpakan potongan tubuhnya pada anjing liar di jalanan kalau sampai ia melakukan hal nekat itu. Lagi pula jelas Elena tidak memiliki keberanian dan kepercayaan diri untuk menggoda Chris lebih dulu. Ia terlalu takut, terlalu pengecut, apalagi ketika harus dihadapkan pada wajah penuh kemarahan Chris. Elena jelas tidak akan berani melakukan hal gila itu.

Elena memilih bersabar dan kembali menunggu, sambik berharap Chris akan mendatanginya. tapi kesabarannya semakin menipis ketika malam semakin larut dan apa yang sejak siang tadi dibayangkannya belum juga terjadi. Elena mengharapkan pintu penghubung itu segera terbuka. Sayangnya hingga menjelang tengah malam, pintu itu tidak pernah terbuka. Kamarnya tetap sunyi dan lilin-lilin yang sebelumnya menerangi ruangan kini perlahan sudah mulai mati satu persatu. Tidak ada yang tersisa. Kamarnya gelap, hanya cahaya dari bulan yang masuk melalui celah-celah jendela yang membuatnya masih bisa melihat sekitar.

Elena mendesah. Bangun dari duduknya dan berjalan ke arah pintu penghubung. Tangannya meraih gagang pintu dan hendak membukanya ketika keraguan merayap dalam hatinya.

Bagaimana kalau ternyata Chris tidak menginginkannya dan langsung mengusirnya yang telah dengan lancang memasuki kamarnya? Bagaimana kalau Chris marah padanya? Bukankah seharusnya ia memang tidak berharap banyak, mengingat bagaimana Chris begitu membencinya selama ini?

Love Me, Please!! [END]Where stories live. Discover now