Boim dan Reza menguping percakapan Ansel dengan hikmat.

"Di suruh pulang tante Mia?" tanya Biom.

"Hmm."

"Udah kelihatan kali Sel kalau tante Mia sangat sayang sama lo," ujar Reza.

"Gue tau."

"Jadi lo pulang jam berapa?"

"Abis war."

"Kalau gitu kita mulai war langsung aja, udah gatel nih tangan gue sama mulut gue buat maki-maki lawan," ucap Boim penuh semangat.

"Gaya lu Im," ledek Abay yang baru datang. "Udah yakin lo kita menang?"

"Gila lo, ya yakin lah gue. Ansel kan masuk tim kita. Udah pro dia bro bukan kaya si bulek, masih nub." Tunjuk Boim ke arah Yuma yang duduk di sebelahnya.

Yuma yang sedang serius bermain game merasa terganggu. "Apa bawa-bawa nama gue?"

"Bacot lo bulek."

"Stupid!" ucap Yuma kesal dan kembali dengan dunianya.

"Denger tuh lo barusan dipuji si Yuma," ucap Reza sambil nyengir.

"Elek yu," balas Boim girang.

"Kembali ke tempat, lawannya udah siap nih!" tegas Ansel.

"Oke."

Boim dan Reza memutar bangku mereka menghadap depan, Abay berjalan ke bangku yang ada di belakang Ansel.

*****

Liqa menatap ponselnya lama, Ayahnya belum juga berkirim pesan untuknya walau hanya menanyakan udah makan atau belum. Biasanya kalau Erik lembur akan bersikap sangat perhatian, tapi, nyatanya tidak ada satupun pesan atau panggilan masuk yang dia dapat. Sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan Erik sampai melupakan anak satu-satunya.

Liqa menempelkan sebelah pipinya di atas meja belajarnya sembari menatap layar ponsel, ia masih mengharapkan perhatian Ayahnya. Walau terkadang Liqa menentang keputusan Erik yang membuatnya semakin mengurung dirinya, Liqa tetap menghargai Erik. Kerena bagaimanapun Erik tetap Ayah Liqa dan seterusnya akan seperti itu.

"Neng, Bi Nur masuk ya?"

"Iya," jawab Liqa lesuh.

Bi Nur membawakan segelas susu vanila dan juga sandwich. "Bi Nur taruh di sini ya, jangan lupa dimakan." Bi Nur meletakkan bawaannya di atas meja kecil dekat kasur.

"Iya."

Bi Nur belum juga pergi, ia penasaran dengan Liqa yang terlihat murung sejak pulang sekolah.

"Ada yang bisa Bi Nur bantu?"

Liqa menegakkan badan dan memutar bangkunya. "Ayah gak hubungi Liqa lagi."

"Mungkin Ayah lagi sibuk."

"Ayah memang gak sayang Liqa, harusnya Liqa sadar dari dulu." Liqa beranjak mengambil susu dan juga sandwich.

Liqa sengaja mengungkapkan kekesalannya terhadap Ayahnya yang mulai berubah sajak kepergian Bundanya.

"Bi Nur, kenapa sih Ayah gak bisa akrab sama Liqa kaya Bunda sama Liqa?"

"Apa Ayah gak sayang Liqa karena Liqa anak cewek bukan cowok?"

Liqa meneguk susunya, membuang napasnya perlahan. "Atau Liqa bukan anak Ayah?" tanyanya pelan dengan hati yang terasa sakit.

Bi Nur mendengarkan semua ucapan Liqa dan Bi Nur memilih menjadi seorang pendengar saja. Bi Nur jadi teringat cerita Pak Jali setelah mengantarkan Liqa ke sekolah, Pak Jali melihat Erik mengantarkan seorang gadis yang lebih muda satu tahun dari Liqa. Bi Nur semakin kasihan kepada anak majikannya ini.

Gone : Liqa [END]Where stories live. Discover now