Part 5

551 132 44
                                        

Vote dulu bebs...

*****

Ansel mengambil dua susu kotak rasa pisang dari lemari es setelah itu Ansel berjalan ke bangku kekuasaannya. Ansel mendudukkan bokongnya dengan santai, mata menatap lurus ke arah monitor sembari menyeruput susu kesukaannya.

Semua anak gamers sudah duduk rapi di depan monitor. Malam ini mereka siap untuk tempur sampai jari-jari tangan mereka kesemutan.

Boim yang duduk di sebelah kiri Ansel memandanginya. "Gak pulang bos?"

"Belum ada panggilan," jawab Ansel tanpa melirik Boim. Sedangkan Boim mengangguk saja.

"Panggilan malaikat maut maksudnya?" tanya Reza yang duduk di sebelah kanan Ansel.

"Bokap."

"Ooo."

Tidak ada lagi percakapan, hanya suara game dari permainan yang sedang mereka mainkan. Semuanya terlalu fokus menatap ke depan layar, seakan layar itu adalah primadonanya para kaum gamers.

Saat ingin memasang headset tiba-tiba ponsel Ansel yang berada di sebelah tangan kanannya bergetar.

"Ada apa Ma?"

"Kamu kenapa belum pulang nak? Kamu tau gak kalau Mama itu khawatir banget sama kamu dari tadi malam. Kamu tidur di mana? Kamu udah makan? Iki bilang kamu tadi sekolah, tapi kenapa belum pulang sih nak? Kamu seneng banget ya buat Mama khawatir terus?"

Ansel memejamkan matanya mendengarkan serangan pertanyaan dari sang Mama. Beginilah kalau Ansel meninggalkan rumah, Mia akan menghantuinnya dengan berbagai pertanyaan. Belum juga sehari Mia sudah seperti ini. Bagaimana kalau seminggu?

"Ansel baik-baik aja, Mama jangan khawatir."

"Gimana Mama gak khawatir nak kalau Mama gak tau kamu udah makan atau belum? Kamu lagi sama siapa? Ngapain aja? Kamu tau kan Mama itu sayang banget sama anak Mama. Kamu pulang ya? Minta maaf sama Papa."

Ansel menarik napas panjang kemudian membuangnya. Tangan kirinya mengelus batang hidungnya. Kalau Mia sudah mengeluarkan jurus andalannya seperti menangis, Ansel hanya pasrah. Apalagi Mia mengeluarkan jurus emak-emak yang bisa panasin kuping anaknya.

"Iya nanti Ansel pulang."

"Nanti kapan?" tanya Mia dengan suara parau.

"Malam ini Ansel pulang Ma. Mama tenangin diri dulu jangan terlalu pikirin Ansel, Ansel udah besar dan udah bisa jaga diri."

"Tapi kamu kan anak Mama. Kalau seorang Ibu melihat anaknya belum pulang pasti dia sangat khawatir, mau ngapain aja gak bisa konsen Acel," gemas Mia.

"Iya, iya. Ansel pasti pulang."

"Awas kalau gak pulang, Mama juga ikut angkat kaki dari rumah!"

"Iya Ma."

"Jadi kamu setuju Mama pergi dari rumah?"

"Ya Allah, gak gitu Ma." Ansel menggaruk rambutnya merasa pusing menghadapi Mia.

"Jangan pulang kemaleman."

"Iya Ma."

Ansel memejamkan matanya, sebenarnya dia sangat lelah hari ini, ingin pulang dan langsung rebahan di kasur kamarnya. Tetapi, Ansel tidak bisa meninggalkan temannya begitu saja melawan musuh mereka, karena Ansel tak akan membiarkan musuh mereka mencaci-maki teman-temannya.

Gone : Liqa [END]Where stories live. Discover now