Bagian 04; Batas Setipis Benang Bernama Benci.

14 1 3
                                    

[]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[]

Jakarta, 2014.

Anak lelaki itu menatap manusia di depannya dengan pandangan bersalah. Tangannya mencoba menggapai tangan kanan di hadapannya yang jatuh lunglai dan lemas di samping tubuh.

"Dumai...," panggilnya pelan dengan suara serak. Menahan isakan yang siap terlisankan.

Si anak perempuan di depannya mendongak. Membalas tatapan Didaya----anak lelaki tadi dengan pandangan kosong. Susah payah dia membalas, "Pergi. Nggak mau lihat, Daya."

--------------------

Jakarta, akhir 2014.

"Tapi Dumai nggak mau balas Daya, Bunda! Al juga masih nangis aja, teriak-teriak ke Daya. Daya stress Bunda, Daya pusing semuanya nyalahin Daya. Iya, Daya salah, tapi apa emang harus kayak gini Bunda? Pembalasannya?" Digdaya berkata tegas sambil terisak. Dadanya terasa sakit ketika dia melayangkan protes pada Bunda yang juga sama terisak dengannya di depannya.

"Daya salah Bunda, Damai pergi karena Daya, tapi Digdaya enggak sengaja Bunda. Daya enggak tahu kalau Damai...." Digdaya tidak berhasil menyelesaikan ucapannya, karena tiba-tiba saja semuanya mendadak hening. Hanya terdengar suara-suara ilusi yang semakin membuat Digdaya memejamkan matanya erat-erat dan kepalanya mengalami pening yang teramat.

Gara-gara kamu semuanya, Daya!

Pergi, nggak mau lihat Daya!

Daya jagain Al, ya?

Digdaya gue titip Al.

Seperti orang kesetanan Digdaya berteriak histeris. Melengking seantero rumah. Kemudian teriakan Bunda ikut menggelegar ketika kesadaran Digdaya termakan oleh kegelapan yang mengambil alih dirinya, sebelum Digdaya merasakan tubuhnya ringan dan terbang tak tentu arah.

--------------------

Jakarta, pertengahan 2016.

Juli telah datang, pagi pada hari ketujuhnya ini diawali oleh mentari yang terbit dengan sinarnya yang menyabotase segala terang di dunia. Diam-diam Juli hadir membawa takdir baru untuk beberapa manusia di bumi. Dan kali ini dia akan menjadi saksi bisu dari anak Adam dan Hawa yang mulai beranjak pada kehidupan lebih teratasnya.

"CEPAT! KUMPUL DI AULA. TELAT SEDETIK AKAN DIBERI HUKUMAN!"

Seorang perempuan yang mengenakan almamater kebanggaan OSIS di sebuah sekolah berteriak kencang dengan toanya. Menyuruh murid baru yang akan melaksanakan MOPD menambah kecepatan berjalannya menuju aula utama sekolah.

Sekonyong-konyongnya murid baru langsung berlari. Beranjak dari perkumpulannya dan saling mensugesti diri untuk menjadi yang pertama sampai di aula dan terbebas dari hukuman OSIS yang terkadang aneh.

Di antaranya ada seorang anak laki-laki yang juga sedang berlari. Sayang, karena kecerobohannya topi karton berbentuk kerucut yang dijadikan syarat untuk MOPD jatuh dari kepalanya. Anak laki-laki itu waswas, takut topinya yang jatuh akan terinjak-injak lalu menjadi rusak.

"Woy, awas elah! Topi gue jatoh, nih!" titahnya entah pada siapa sambil mengejar topi karton miliknya yang kian menjauh karena terkena tendangan orang lain.

Dia mendesah pasrah. "Woy! Tolong dong itu topinya jangan ditendang. Het, punya gue itu!"

Dalam hati dia menggerutu dan mencoba menebak bagaimana nasibnya setelah ini. Mungkin akan menjadi pesuruh OSIS? Atau membersihkan toilet sekolah? Jalan jongkok patut untuk dimasukan dalam list hukuman, sih. Bisa jadi, menembak senior? Oh, maka tamatlah riwayatnya jika opsi terakhir benar-benar terjadi.

"Eh, ini topi punya lo 'kan? Tadi lo teriak biar topinya diambil. Nih, udah gue selamatin."

Tiba-tiba sebuah suara menginterupsinya. Membuatnya mendengakkan kepala dan lantas membelakkan mata ketika tahu dengan siapa dia berhadapan sekarang.

"Dumai?! Sekolah di sini juga?"

Sementara di hadapannya, orang yang sudah berbaik hati menyelamatkan topinya mendadak tegang. Tanpa aba-aba dia melempar topi itu dengan kasar. Sebelum menjauh Dumai berucap ketus, "Jangan sok kenal sama gue. Digdaya."

[]

Kamis, 27 Desember 2018.
2:41 PM

Jaga-jaga kalau minggu depan aku tidak update, csz i'm back to reality (true lfy ahahah) hmmm.

----rani yang pusing kok ini makin mirip sinetron di chanel 6 tv kamarku ya. Hmmmm.

Halo, aku cuma mau bilang. Kalian bebas memfollow aku baca ceritaku. Boleh banget minta follback atau feedback. Sebisa mungkin akan aku turuti, tapi tolong pakai bahasa yang sopan karena aku akan lebih menghargai. Terima kasih.

GrasindoStoryInc
grasindostoryinc

Halo, sesama pengikut kompetisi Grasindo! Salam kenal kalau-kalau menemukan ceritaku ini. Sila dibaca jika berkenan. Sila beru kritik dan saran bila menurutmu ada yang kurang pas. Sila koreksi si typo kalau dia muncul. Sila pencet bintang dan komentar jika ingin, hehe.

🌼Gomawo🌼





Badmeandone!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang