Note

8 3 0
                                    

"Ikut!"

"Enggak!"

"Ikut!!"

"Enggak!!"

"IIKKUT!!!"

"ELA!" teriakan kedua anak perempuan sangatlah kencang hingga beberapa pelayan rumah itu mengintip ke arah taman. Ela, gadis berambut hitam pekatnya menatap tajam. Perempuan yang ditatap, mengembalikan pandangan yang sama tajamnya. Tidak biasa mendengar kedua anak perempuan ini bertengkar. Hale menyilangkan kedua tangannya. Ia sangat tau teriakan mereka telah mengundang para tamu yang mendengarkan.

"Hale, ayolah. Kau mempunyai kemampuan dalam menulis, bisa membantu nantinya di ekskul perfilman." Ela menyenderkan badannya pada kursi dengan kesal. Ia benci sifat keras kepala milik sahabatnya. Dia selalu begitu. Lahir dengan begitu banyak kelebihan namun tak pernah Ela melihat sahabatnya memanfaatkan kelebihan yang dia miliki. Ela sendiri harus mengakui, mau tak mau, ia sendiri merasa iri terhadap sahabatnya.

"El, kau bercandakan. Aku bukan tipe orang yang senang kegiatan tim. Kau tau aku, Ela. Aku bekerja sendiri dan untuk aku sendiri." Ela tersenyum miris, untuk dirinya sendiri, pikir Ela. Kau menginginkan penghargaan dari orang tua mu. Kau ingin keluar dari bayang-bayang kakakmu. Ela berpikir keras, berusaha membuat sahabatnya untuk mengikuti keinginannya. Mungkin ada satu cara.

"Begini Hale, kalau kau mau ikut ekskul perfilman dengan aku. Buku novel yang bestseller kemarin di Inggris. Akan aku belikan." Mata Hale bercahaya beberapa saat sebelum memandang curiga manusia di depannya. Ela membelikan novel untuk Hale. Bukan hal biasa. Terutama Hale bisa saja membeli buku itu, namun apa daya uang sakunya di potong dengan ayah tersayang. Hanya gara-gara ia pulang setelah magrib. Ia pun harus menunggu selama empat bulan baru dapat membaca buku novel yang ia nanti-nantikan itu. Kesempatan yang menggiurkan. Walaupun begitu bekerja dengan banyak orang sangatlah melelahkan.

"Ugh.. Kau tau El, seterah."

"Yes!!"

.

.

.

"Cos A ditambah B ekuivalen dengan Cos A kali Cos B dikurang Sin A kali Sin B." Memandangi buku catatan matematika miliknya dengan kebosanan tingkat dewa. Ela mendengarkan Hale yang mengulangi setiap rumus trigonometri. Kekesalannya hampir mencapai puncak. SIAPASIH ORANG YANG MENGHAPAL RUMUS TRIGONOMETRI PADA HARI PERTAMA BELAJAR TRIGONOMETRI. Demi apa pun Ela berusaha konsentrasi dengan buku novel ditangannya daripada buku catatan matematika di samping tangannya. Sebelum ia memperingati sahabat di depannya. Seorang pemuda telah menghampiri Hale dan memberikan sebuah Sticky Note biru di buku catatan Hale. Tanpa pemberitahuan pun pemuda yang ia kenal sebagai Adrian, kakak kelas itu, telah meninggalkan Ela dan sahabatnya.

"Kau kenal dengan Bang Adrian? Dan apa isi Sticky Note-nya?" Aku menatap Ela, pertanyaannya kucoba abaikan dan melirik kertas yang diberikan Bang Adrian.

"Mohon suara, ini perpustakaan." Tulisan itu begitu rapi seperti yang ia ingat pada saat pertama kami melihat tulisan itu.

"Oii! Bisa jawab pertanyaanku?"

"Bisa dibilang kenal?" Hale melipat sticky note biru itu dan memasukkannya ke dalam kotak pensil.

"Itu jawaban atau pertanyaan sih." Hale mengabaikan perkataan sahabatnya dan tersenyum kecil. Kembali matanya memandangi rentetan angka angka di depannya. Ia mungkin tidak terlalu menyukai angka angka ini, bukan berarti ia tak bisa. Namun entah kenapa pikirannya sudah kehilangan konsentrasi. Tanpa basa-basi Hale pun menutup buku catatan pribadinya. Dengan seulas senyuman di wajahnya, ia mengambil buku novel di samping Ela. Sahabatnya terlihat kebingungan. Ela heran dengan tingkah perempuan ini, tapi senyuman di wajah itu sedikit memberikan petunjuk dengan apa yang terjadi, sadar atau tidak, seorang Hale.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 26, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

EquanimousWhere stories live. Discover now