24 - Jealous

56.9K 4.5K 201
                                    

I don't like the way he's looking at you
I'm starting to think you want him too
Am I crazy? Have I lost ya
Even though I know you love me, can't help it

Nick Jonas – Jealous

.

.

Perjalanan pulang dari puncak Gunung Sindoro lebih melelahkan. Dengan medan yang terjal dan menurun, para pendaki dituntut untuk ekstra hati-hati. Gino, seperti biasa berjalan di paling akhir barisan, di depannya ada Daniel dan Andara. Sedangkan Andre berada di barisan paling depan, bertukar tempat dengan dosen sok kegantengan itu. Mereka mulai turun pukul sembilan pagi, karena di puncak bau belerang benar-benar kuat dan menganggu. Ditambah dengan angin kuat dan oksigen yang mulai tipis, mereka hanya bertahan setengah jam di puncak.

Pukul satu siang, rombongan berhenti sejenak di pos tiga untuk beristirahat. Tidak ada agenda menginap dalam perjalanan pulang. Gino meneguk air mineral, saat hendak memberikan botol minumnya pada Andara, sudah keduluan Daniel yang kini duduk di depan sang istri. Wanita itu terlihat kelelahan, ia menyeka keringatnya dengan handuk dan meneminum air mineral dari Daniel.

"Masih kuat?" tanya Daniel.

Andara tertawa kecil. "Kalau saya nggak kuat, emang Bapak bisa apa?"

"Saya bisa gendong kamu. Lagian ini udah di pos tiga."

Jawaban Daniel membuat darah Gino mendidih. Baru kali ini ia lihat ada seorang pria yang terlalu gigih atau tidak tahu malu ya tepatnya? Gino mau tak mau mendekati Andara dan Daniel. Ia memberi sakantung jeruk pada kedua orang itu.

"Bu Andara udah nggak kuat? Mau saya panggilin Andre?" tanya Gino, rahangnya mengeras. Ia menahan sekuat tenaga untuk tidak teriak pada Daniel.

"Nggak usah, Gin." Andara melihat ke arah suaminya khawatir. Ia takut lelaki itu salah paham.

"Kalau emang mau digendong, saya rasa lebih tepat yang gendong Andre, karena Bu Andara udah bersuami. Kayak nggak etis aja gitu, kalau Pak Daniel yang gendong."

Andara terlihat terkejut. "Saya masih kuat jalan sendiri kok! Pak Daniel tadi cuma bercanda aja." Ia menghela napas pasrah. Gino sudah terlanjur marah.

"Oke, kalau gitu. Kita siap jalan lima menit lagi, Andre sama Arkan udah siap." Gino melihat ke arah sahabatnya yang sudah berdiri, menunggu yang lain selesai bersiap-siap.

Perjalanan dari pos tiga ke pos dua membutuhkan waktu paling panjang, sekitar dua sampai tiga jam. Gino terus mengawasi Andara yang berjalan lambat, wanita itu jelas sudah sangat kelelahan. Dalam perjalanan ke pos dua, rombongan dibagi beberapa kelompok. Karena beberapa peserta ada yang tidak kuat dan sering berhenti untuk istirahat. Istirahat yang dilakukan pun sangat singkat, hanya sekedar untuk mengatur napas atau meneguk air.

"Kalau nggak kuat jangan dipaksain, ketinggalan rombongan nggak masalah," kata Gino yang berdiri di sebelah Andara. Ia memanfaatkan kesempatan saat Daniel sibuk dengan Risty, yang juga sedang istirahat sekitar tujuh puluh meter di depan mereka.

"Sebentar aja kok istirahatnya," jawab Andara terengah-engah.

Gino dan Andara kembali melanjutkan perjalanan. Daniel dan Risty ternyata sengaja menunggu mereka, membuat Gino tidak bisa leluasa di sekitar istrinya. Mereka terus berjalan tanpa banyak bicara. Lelaki itu sudah ingin segera pulang ke rumah dan bergelung di kasur bersama sang istri. Ia terkekeh kecil saat membayangkan bagaimana nanti Andara mengeluh karena pegal-pegal. Tiba-tiba suara pekikan yang sangat Gino kenal terdengar. Matanya membelalak saat melihat Andara terpelosok dan terjatuh. Ia segera berlari secepat yang lelaki itu bisa, dan menghampiri istrinya yang terbaring. Namun, langkah lelaki itu kalah cepat dengan Daniel yang posisinya lebih dekat dengan Andara.

Not So Husbandable [REPOST]Where stories live. Discover now