23 - Beautiful Thing

55.3K 4.8K 169
                                    

We're a beautiful thing together
Even when the weather is low
You're a beautiful thing
We're a beautiful thing together

Grace VanderWaal - Beautiful Thing

.

.

Udara semakin dingin membuat kaki Andara ingin terus melangkah. Namun, beban di punggungnya serta jalur pendakian yang semakin landai membuat wanita itu kelelahan. Napasnya terengah-engah, sesekali matanya mengamati rombongan yang sudah berjalan di depan. Saat ia akan kembali berjalan menyusul yang lain, pundaknya ditepuk oleh seseorang.

"Capek?"

Andara tak perlu menjawab pertanyaan itu. Jelas capek lah! Apalagi ini pertama kalinya ia mendaki, Gunung Sindoro pula. Salah satu gunung tertinggi di Jawa Tengah.

"Kita nggak boleh ketinggalan rombongan, nanti kalau pisah, ilang, yang cari susah."

"Harusnya aku nggak ikut aja ya, Gin? Punggungku mau patah," kata Andara pada suaminya.

Kalian pikir Andara ada di barisan paling akhir? Tentu tidak, gila apa. Ada Gino di barisan paling akhir sebagai pengawas, memastikan tidak ada yang tertinggal dan berjaga-jaga jika ada salah satu peserta yang perlu istirahat ekstra. Selain itu, Gino juga mengawasi Andara yang memang berada di belakang. Posisi Andre juga tidak jauh darinya, lelaki itu berada tepat di depannya.

"Nggak boleh ngeluh, bentar lagi kita sampai di pos tiga. Bangun tenda di sana, terus istirahat," tutur lelaki itu menggenggam jemari sang istri.

Mereka berdua lalu berjalan beriringan menuju pos tiga. Jalur pendakian dari pos dua ke pos tiga sangat ekstrem. Banyak batuan terjal dan kemiringan tanah yang membuat harus mengeluarkan tenaga ekstra. Sekitar dua jam kemudian, Gino dan Andara sampai di pos tiga. Beberapa peserta ada yang sudah mendirikan tenda. Seperti Bayu dan Daniel, yang memimpin rombongan.

"Gimana rasanya pertama kali mendaki?" Daniel menghampiri Andara yang duduk di tanah bersama para mahasiswi.

"Capek banget, nggak nyangka bakal bisa," jawab Andara sambil terkekeh.

Terdengar cekikikan dari empat mahasiswi yang duduk di sebelah Andara. "Bener kan, Pak Daniel sama Bu Andara emang ada sesuatu," kata Mona, salah satu mahasiswi yang ikut pendakian sambil tersenyum jahil.

"Udah lah Pak, jangan nanggung gitu, langsung disahin aja Bu Andaranya," imbuh Risty.

Andara sempat terkejut mendengar celetukan dari mahasiswinya. Ia tidak menyangka ada gosip semacam itu yang beredar di kalangan para mahasiswa.

"Saya udah disahin kok," ujarnya. "Sama suami saya." Jawaban Andara membuat empat gadis itu menelan kekecewaan dengan wajah sedih yang dibuat-buat.

"Ternyata kabar ini beneran," tukas Shila. "Gue kirain Gino bohong, takut kalah saing sama Pak Daniel."

Andara hanya tersenyum miring menanggapi perkataan Shila. Wanita itu heran kenapa Gino tidak mengatakan ini padanya. Rasanya ia ingin bertanya pada Andre, gosip apa saja yang tersebar mengenai ia dan Daniel, yang bisa meresahkan Gino.

***

Kayu untuk api unggun sudah selesai ditata. Gino harus menyalakan api unggun sebelum petang. Mereka akan bermalam di pos tiga untuk menanti sunrise. Matanya sesekali mencuri pandang ke arah Andara yang sedang berbincang dengan teman-teman perempuannya. Ia tentu tidak mempermasalahkan itu, justru ia lebih senang istrinya berbaur dengan sesama perempuan daripada lelaki. Akan tetapi, masalahnya si dosen sok kegantengan ikut bergabung dengan mereka.

Not So Husbandable [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang