chapter 7: dengungan

7.2K 1.1K 108
                                    

"di umur 19 kamu menyadari bahwa satu keburukan bisa menghapus seribu kebaikan."

LUKI: sent you a photo 10:37 AM

Ponsel Tari bergetar di dalam saku celananya ketika dirinya sedang mencatat materi di layar proyektor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ponsel Tari bergetar di dalam saku celananya ketika dirinya sedang mencatat materi di layar proyektor. Dengan tangan yang masih sibuk menulis, tangan kiri mencoba merogoh kantong celana, mencari ponsel. Setelah ditemukan, Tari melihat ada pesan tambahan dari Luki.

Luki: Gue meneruskan Legenda Donat Lestari di sekolah10:38 AM

Luki: Pendapatan gue hari ini lima puluh rebu! 10:38 AM

Luki: Karena Legenda Donat Lestari adalah ide lo, maka lo berhak mendapat royalti 100% dari hasil penjualan 10:39 AM

Luki: Sent you a sticker 10:39 AM

Luki: Sent you a sticker 10:39 AM

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Tari melebar. Banyak perasaan singgah dalam hatinya, namun perasaan kecewa berkecamuk lebih dalam. Luki tidak seharusnya melakukan ini untuk Tari. Seharusnya, Luki belajar untuk mengejar undangan atau SBM, atau apa pun yang ia mau untuk masa depannya kelak. Bukan malah main-main begini.

Tari membiarkan chat itu terbaca tanpa terbalas, karena dirinya pasti akan emosi dan meradang. Tari tidak mau bertengkar dengan Luki. Apalagi semua yang Luki lakukan semata-mata adalah untuk Tari.

Tari tahu diri.

"Baik, materi sampai di sini dulu. Ada yang mau ditanyakan?"

Suara dosen menyadarkan Tari dari lamunan. Tari mengamati seisi kelas termasuk dirinya yang menjawab pertanyaan dosen dengan keheningan. "Baik, materi sampai di sini dulu. Tugas yang tadi saya berikan tolong dikumpulkan lusa."

Serempak mahasiswa di ruangan menjawab, "Baik, Bu."

Seperti yang lain, Tari membereskan barang-barangnya di meja dan memasukkannya ke dalam tas. Tari ingin menyusul Tulus serta teman-temannya yang lain ketika dosen pembimbingnya itu memanggil.

"Sebentar, ada yang mau Ibu bicarakan."

Tari mendekati meja dosennya "Ada apa, Bu?"

"Kamu kenal Alana Fatimah Syaqieb?"

di umur 19Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang