27. First Ending

2.9K 422 422
                                    

Kau yakin ini The Last???

Nawink berharap story ini happy ending^^

Ah-

Bakal ada kejutan di ending...

Sebelumnya maaf telat Up karena rl emang lagi kacau banget soal nya, dahhh biar gk lama² lagi-...

So-

Happy Reading ^^

"Kau-...mengingatku?" Daniel berseru pelan saat saat ciuman itu terhenti.

Jihoon menatap dengan atensi basah karena air mata, dengan bibir sedikit mencebik bersalah Jihoon mengangguk dengan yakin.

Jihoon mengingat Daniel.
Kang Daniel-nya.

Tak butuh waktu lama sebelum Daniel kembali memanggut bibir cerry milik Jihoon yang tentu saja sudah menjadi candu untuknya.

Sekali lagi, sore itu. Berakhir dengan manis seperti ingatan Jihoon yang kembali dengan berlahan.

"Maaf" Jihoon kini berbicara dengan nada nanar. Atensi sembab nya menatap lurus Daniel yang kini sedang tersenyum hangat.

"Untuk apa? Kau tidak melakukan kesalahan apapun, Love" Daniel kembali menangkup wajah Jihoon dan mengusap air mata yang terasa hangat namun menyakitkan pada pipi bulat itu.

"Karena sudah melupakanmu" Itu suara Jihoon.

Gerak ibu jari Daniel pada pipi bulat itu sempat terhenti beberapa detik. Hatinya terhenyak. Ternyata bukan hanya dirinya, Jihoon juga merasakan hal yang serupa.

Menyakitkan.

Untuk dilupakan oleh seseorang yang kau sayangi.

"Semua akan baik-baik saja, karena kau sudah kembali mengingatku"

"Tidak" Jihoon menggeleng lemah.

Kedua alis Daniel dengan cepat menaut, namun bibirnya tetap terkunci. Membiarkan Jihoon untuk melanjutkan kalimatnya kembali.

"Seharusnya aku tidak baik-baik saja, kau tau aku adalah-...penyebab semuanya?"

Daniel tercekat saat Jihoon mulai mengarahkan pembicaraan nya pada masalah masa lalu nya. Atensi bening semab milik Jihoon kini menatap Daniel lurus. Terlihat terluka dan itu menyakitkan untuk ditatap terlalu lama.

"Aku-...terlalu egois dan jahat bukan? Bersembunyi dari ingatan menyakitkan itu selama hampir 11th. Ini terdengar konyol"

Daniel tetap diam. Membiarkan butiran lequid bening itu kembali jatuh. Ibu jari Daniel kembali mengusap lembut. Air mata Jihoon terasa hangat namun menyakitkan.

Daniel membiarkan Jihoon untuk mengungkapkan semua perasaan nya selama ini.

"Seandainya saat itu aku tidak terlahir mungkin Woojin tidak akan kehilangan kedua orang tuanya" Atensi Jihoon kembali menunduk.

Daniel tetap pada gesture yang sama, diam dan menjadi pendengar yang baik. Walau pada kenyataan nya kalimat Jihoon selalu berhasil membuat hatinya terkoyak.

"Wajar saja jika seluruh keluarga Park sangat membenciku, aku adalah-...monster" Jihoon kembali melanjutkan seruannya dengan diakhiri kekehan hambar.

Menertawakan diri sendiri?
Yah, seperti itulah.

"Kau tidak takut padaku, Niel?"

"Karena kau seorang monster?"

Daniel setenang mungkin berusaha menjawab dengan nada bertanya, walau jujur hatinya ikut nyeri saat menyebut Jihoon sebagai monster.

SIMILIAR [END] Where stories live. Discover now