26. Memory

3.1K 443 788
                                    

Anyeong?!!!

Give me your heart!!!

Okey, malam ini Nawink nggak akan bahas sesuatu yang bakal buat readers-nim tercintaku or siders-nim ku tersayang jadi sedih.

Nawink cukup kaget ada yang nanya apa Nawink COPY PASTE karya orang lain ya? kok sering typo? Lupa di edit ya? Di edit aja pelan-pelan nanti baru di up.

Nawink: Tarik napas. Hembuskan. Ambil boneka beruang besar. Pukul-pukul sampek 15 menit. Ambil hp. Terus ngetik.

DEMI CHAN BESOK SUNAT!!! SIMILIAR karya asli Nawink, masalah typo emang udah bawaan lahir Nawink. Jadi, kalok emang nemuin cerita yang sama persis kayak gini bilang saja langsung.

Note: PLEASE NULIS SEBUAH CERITA ITU NGGAK GAMPANG. Bener?

Jadi bagi yang bilang Nawink plagat cari aja Story yang sama kayak gini ada atau tidak.

Kalok sampek Nawink ketahuan plagiat, SIMILIAR akan Nawink UNPUBLISH beneran dah ^^

Huffttt!
Maaf ya diatas Capsloock nya jebol wkwkwk...

Nawink sekali lagi mau ngucapin makasih karena kalian sudah mendukung Nawink selama ini TENGKYU JINJHA GOMAWO !!!

.

.

.

Happy Reading! ^^

Semua sedang membeku disana.

Disebuah ruang rawat dengan nomor 128 Jihoon masih enggan membuka kedua matanya.

Baik Hyungseob, Woojin, dan Daniel yang terlihat sedang menggengam erat jemari bulat itu serta Profesor Kim yang berada disana memilih untuk diam dalam hening.

Kedua mata Jihoon yang terpejam seolah mengundang setiap mulut berbicara menjadi diam dan membisu.

Woojin bahkan hanya mampu menatap nyalang saudara kembarnya. Seharusnya ia jujur sejak awal jika tau imbas nya akan membuat Jihoon sangat terpukul.

“Tidak, itu bukan salahmu” Hyungseob berseru pelan. Mendekat dan menatap Woojin dengan raut wajah khawatir.

Pria manis itu tau dengan pasti bahwa burung camar itu sedang dalam kondisi perasaan yang terlalu rumit untuk digambarkan.

Atensi Profesor Kim segera mengarah pada Woojin saat burung camar itu terlihat menggelengkan kepalanya.

Profesor Kim tau bahwa cepat atau lambat hal seperti ini akan terjadi. Samakan dengan pepatah yang mengatakan bahwa sepandai-pandainya kau menyembunyikan bangkai pasti akan tercium juga.

Untuk kemudian hal yang Profesor Kim takutkan benar-benar terjadi bahwa Jihoon mungkin akan kembali mereset ingatan nya lagi. Sama seperti 11th yang lalu.

“Profesor-..” Woojin terdengar berseru parau ketika menatap sang Profesor meminta sebuah penjelasan mengenai keadaan Jihoon.

“Aku belum bisa mengatakan apapun, kita tunggu sampai Jihoon sadar lebih dulu setelah itu kita lakukan pemeriksaan lebih lanjut”

Daniel bahkan menoleh dengan tatapan nanar saat seruan Profesor Kim memasuki pendngaranya.

Ini bukan 3 atau 5 jam berlalu. Jihoon seolah dengan sengaja tertidur cukup panjang hingga hari ke dua nya dirumah sakit pria manis itu masih enggan terbangun.

Ayolah Ji, semua sedang menunggumu.

Kami, menunggumu terbangun dari tidur panjangmu.

“Profesor bolehkah aku bertanya sesuatu?” Itu seruan Hyungseob, mulai berjalan mendekati sang Profesor yang terlihat mengangguk.

SIMILIAR [END] Where stories live. Discover now