Kan gue bilang apakan? Ngeyel sih. Nama gue bisa-bisa terkenal, ihh gedek, batin Laras.

Sheila berdecak dan segera menarik tangan Laras yang masih ogah-ogahan di tempat duduknya. Laras malas sebenarnya, cuma karena ini menyangkut nama dan masa depannya (eaa:v), ia pasrah saja dibawa Sheila menuju mading sekolah.

Benar saja, mading sekolah SMA PASIFIK ramai dikerumuni. Sheila berteriak, "Woy minggir gue mau lewattt!!"

Mata Laras melotot, siapa yang berani memotret dirinya saat sedang ditarik oleh Evan didepan kelas? Lalu tatapan matanya beralih pada tulisan besar yang tak jauh dari foto itu,

HAI YANG NAMA NYA LARAS! OHH JADI LO YA, CEWEK KEGATELAN YANG HOBINYA NGEREBUT PACAR GUA! AWAS LO, GUE BAKAL BIKIN HIDUP LO GAK AMAN!!! -MILA-

Kedua tangan Laras terkepal kuat, tak segan-segan Laras mencabut kertas itu dan merobeknya. Perbuatan Laras barusan membuat siswa lain yang masih di hadapan mading segera mengabadikan momen tersebut, lalu dimasukan ke berbagai sosial media. Membuat caption yang tidak mengenakan, dan belum ada lima menit saja, postingan yang mereka kirim pun ramai diperbincangkan orang, semua siswa yang ada di SMA Pasifik pun saling berkomentar.

Sheila tahu kondisi ini buruk, segera saja ia merangkul Laras dan membawa balik gadis itu menuju kelas.

"Van! Ini di Instagram lagi ramai loh soal foto si Laras ngerobek kertas yang ditulis Mila. Gue liat komentarnya ga enakin banget buat dibaca," ujar Ersya kepada Evan yang sedang melahap bakso. Evan mengerutkan kening,

"Serius?"

"Ya elah, buat apa gue bohong? Nih buktinya," Ersya memberi ponselnya kepada Evan, Evan membelalakan mata dan segera bangkit begitu saja meninggalkan Ersya sendiri. Ersya panik dan memasukan ponselnya ke dalam saku, lalu menyusul Evan yang sudah ketinggalan jauh.

Evan segera saja masuk ke kelas Laras tanpa permisi. Yang tadinya kelas itu ramai macam pasar Tanah Abang, kini berubah menjadi sunyi akibat kedatangan Evan. Evan berjalan ke tempat Laras. Laras terlihat sedang melipatkan kedua tangannya di atas meja, kepalanya di tundukan dalam, pundaknya terlihat naik turun seperti orang menangis. Evan tak tega, ia menyuruh Sheila agar minggir untuk memberinya tempat,

"Ras, ini gue Evan.." lirih Evan, Laras mengangkat kepalanya, menoleh tajam dan mendorong bahu Evan kuat,

"Gak usah deketin gue lagi! Lo gak liat hah? Gue jadi bahan omongan sekarang gara-gara lo!" Emosi Laras tampak meledak-ledak. Evan mengulurkan tangannya untuk menenangkan dan mengusap air mata gadis itu, ia tak mau ada cewek yang menangis karena ulahnya.

Segera saja ditepis kasar oleh gadis itu, ia tak mau bila Evan menyentuhnya.

"Gue malu, Van! Gue malu!!"

"Iya, Ras.. gue tau. Tapi apa salahnya gue mau nenangin lo," jawab Evan dengan nada lembut. Laras berdecak dan kembali menangis, ia tak tau harus apalagi. Evan memilih untuk keluar saja untuk mencari Mila. Iya, Mila Ariestya, anak sebelas IPA 2 yang terobsesi kepada Evan. Padahal Evan tidak menyukainya.

"Gue mau kasih pelajaran ke orang yang udah rebut pacar gue! Enak aja tuh cewek, kegatelan banget!" Ujar Mila yang tersenyum licik kepada dua temannya, Cinta dan Askia.

"Gue bukan pacar lo!"

Mila melotot, ia segera berbalik badan. Dan melihat Evan dengan wajah datarnya, berjalan mendekat ke arahnya,

"Maksud lo apa hah? Lo kalau mau jelekin Laras, gausah dengan cara kampungan kayak gitu!"

Mila bungkam, ia mati kutu sekarang.

"Gue gak suka sama lo! Lo bukan pacar gue!"

Mila diam,

"Lo jelek! Ngaca dong! Pakaian lo ketat gitu, rok dipendekin, biar apa coba? Biar kelihatan cantik depan gue? Yang ada lo jelek, gak sesuai sama selera gue! Ngaca woy, sadar diri!!"

Mila menahan air matanya agar tidak menangis sekarang juga. Perkataan Evan yang pedas, membuat Mila tak berani berkutik. Membalas pun rasanya tak sanggup. Mila akhirnya melewati Evan begitu saja dan berlari menuju kelasnya. Cinta dan Askia pun ikut, meninggalkan Evan. Evan pun berusaha meredam emosinya tadi. Ia pun berjalan menuju taman belakang sekolah untuk menenangkan diri.

Sampailah Evan di taman belakang sekolah. Tempatnya yang sunyi membuat tempat ini sangat cocok untuk pelarian disaat sedang banyak masalah. Evan duduk dibangku panjang yang tersedia disana, matanya terpejam, ia pun memijit pelan pangkal hidungnya.

Evan mengeluarkan ponselnya yang belum ia aktifkan dari pagi. Setelah diaktifkan dan ia nyalakan datanya, banyak notif yang masuk diponselnya. Ia segera membuka aplikasi instagram. Ya, benar apa kata Ersya, semua murid di SMA Pasifik memosting foto Laras yang sedang merobek kertas didepan mading. Dipadu dengan caption yang tidak pantas untuk dibaca. Ia pun beralih untuk membaca komentar yang ada disana,

Putranndy_ hahaha, dasar Pshycopath!

SerliMmtyz27 cewek perebut kan? Ya elah, mati ge sono!

Evan tidak mau membaca komentar lagi. Ia pun akhirnya membuka kiriman instastory yang baru saja di update anak-anak Pasifik.

Evan melihat video Laras yang terdiam melihat tulisan di mading, Evan tahu, itu ulah Mila. Ia melihat juga Laras yang merobek kertas itu dan merobeknya hingga tak berbentuk lagi. Laras segera dibawa Sheila balik, video selesai.

Evan geram, rahangnya mengeras. Ia harus melindungi Laras. Gadis itu sedang dalam bahaya sekarang. Evan beralih menuju aplikasi LINE dan membuka roomchat nya bersama Sadam.

Ia mengetik sesuatu disana,

EvanRamdani16 : Dam, awasin Laras terus dikelas. Gue takut dia kenapa-napa
Baca, 09.10

SadamSavero : ok bosku^_^.

Evan tersenyum tipis, ia berharap tidak ada sesuatu yang terjadi pada gadis itu. Ia sangat berharap saat ini.


HEHE, HAIIII^_^ GIMANA? SUKA GA? AYO DONG, KASIH VOTE NYA. JANGAN SUKA JADI SILENT READERS YA_-



EVALARA [✔] Where stories live. Discover now