19. Hat and Camera

244 41 8
                                    

"Gimana Rein, kamu suka tempat ini?"

Reina menoleh, dia hanya mengulas senyum tipis. Sudah sangat lama gadis itu tidak pergi ke taman rekreasi. Terakhir kaki saat ulang tahunnya yang ke 15, tepat satu tahun yang lalu bersama Reihan.

"Ini nggak seberapa Rein, aku bakal ajak kamu keliling semua tempat ini," ucap Vano percaya diri.

"Semua tempat ini? Apa kamu serius?" Reina terlihat ragu.

Vano mengangguk yakin. "Yah, seorang Vano pantang mengingkari janji. Itu prinsip cowok sejati."

Reina tertawa kecil, baru kali ini dia merasa nyaman dengan seseorang, dan seseorang itu selalu saja membuatnya tersenyum, dan tertawa.

Vano berdehem, dia melirik ke tangan Reina. "Boleh aku pegang tangan kamu?"

Reina menoleh ke tangannya, dia mengangguk.

Mendapat lampu hijau dari Reina, Vano langsung mengeratkan jemari keduanya, hingga saling bertautan. "Jangan pernah lepaskan, mengerti?" Vano memerlihatkan kedua tangan mereka yang sudah menyatu tepat di depannya.

Rein hanya mengangguk pelan, sedikit menunduk.

Vano berlari dan membawa Reina masuk lebih dalam ke taman rekreasi.

Beberapa wahana bermain seperti komedi putar, roller coaster, bianglala, menghiasi tempat mereka berjalan. Tangan keduanya masih menyatu. Vano terus menuntun Reina untuk menyaksikan suasana sekitarnya yang dipenuhi kecerian. Mulai dari anak-anak yang berlarian, beberapa permainan yang tersaji di depan, sampai para penjual segala pernak-pernik, memenuhi taman bermain. Banyak pula jajanan di sekelilingnya.

"Rein, sini!" Vano menarik Reina masuk ke kerumunan orang berjualan topi karakter.

"Coba kamu pakai!" Vano mengambil sebuah topi dengan karakter panda dan memakaikannya di kepala Reina. "Cocok sama kamu, Rein."

"Ih, aku kayak anak-anak, dong, kalau pakai topi ini. Sekarang giliran kamu!" Reina mengambil topi beruang dan memakaikannya ke kepala Vano. Reina terkekeh melihat ekpresi yang ditunjukkan Vano saat memainkan bola matanya tepat berada di tengah.

Reina merapikan tatanan rambut Vano yang berantakan saat memakaikan topi itu.

"Gimana? Udah cocok, kan?" Vano kini memeragakan cowok cool penuh kharisma.

Bukannya tergoda, Reina malah tertawa dibuatnya.

"Pak, saya beli dua topi ini." Vano mengeluarkan dompet dan membayarnya. Kemudian dia kembali menarik tangan Reina untuk berkeliling.

Sepanjang jalan, Reina tak henti-hentinya tertawa dengan tingkah kocak Vano. Mulai dari menggodanya, membelikan es krim dengan aksi saling mencelomoti wajah dengan makanan dingin itu, sampai Vano yang hampir terjatuh demi menghindari tabrakan dengan anak kecil yang berlarian.

Beberapa saat kemudian, Vano dan Reina berhenti di salah satu wahana permainan bom bom car. "Mau naik itu, Rein?" Vano menarik masuk ke antrian tiket bahkan sebelum Reina menyetujuinya.

🍀🍀🍀

Tabrakan demi tabrakan saat mengendarai mobil membuat tawa Reina dan Vano lepas. Keduanya menikmati permainan mobil itu dengan saling menghantamkan bemper saat bergerak memutar atau berbelok. Reina tak henti-hentinya tertawa sambil terus mengendarai mobil itu.
Rupanya waktu 30 menit sangatlah singkat untuk keduanya. Mobil berhenti dan giliran pemain lain yang masuk.

Vano kembali membawa Reina berkeliling. Kini pandangan keduanya tertuju pada bianglala.

Tanpa menunggu persetujuan, Vano langsung mengerti Reina juga menginginkan hal serupa. Keduanya masuk dan mengantri membeli tiket untuk naik.

Tiba giliran saat petugas memberi aba-aba untuk masuk ke dalam. Reina dan Vano duduk berhadapan. Setelah bianglala mulai naik, keduanya sontak terdiam. Reina lebih fokus menikmati pemandangan di bawah. Sementara Vano melihat Reina yang begitu bahagia.

"Kamu senang, Rein?"

Reina menoleh, memosisikan diri berhadapan dengan Vano, walau sedikit canggung, apalagi Vano ini terus saja menatapnya.
"Aku sangat senang." Gadis itu tersenyum manis, walau masih kikuk. Dia menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. "Makasih Devan, udah bawa aku ke tempat ini."

Vano ikut tersenyum, "Justru aku yang senang kalau kamu juga senang."

"Hah?"

Sedetik kemudian keduanya sama-sama canggung. Kebungkaman menemani mereka sampai bianglala pada puncaknya. Sesekali Vano memotret Reina, lalu keduanya saling pandang. Saat bertatapan, mereka menatap arah lain lagi. Beberapa detik setelahnya, mereka bertatapan lagi. Secepat mereka saling menatap, secepat itu pula keduanya saling mengalihkan pandangan. Itu terjadi beberapa kali. Sampai akhirnya Vano tak tahan lagi, dan mengutarakan maksud hatinya.

"Rein? Mau foto berdua, nggak?"

Reina berkedip beberapa kali. Jantungnya makin berdebar saat cowok tampan di depannya pindah duduk di sebelahnya. Berulang kali merapikan rambut saat kamera ponsel Vano mengarah ke mereka.

"Rein, kamu kejauhan." Vano mendekat.

Degh!

Bukan hanya jantung Reina yang berdebar, saat tanpa sadar, keduanya sama-sama mendekat dan menyebabkan kedua pipi mereka bersentuhan selama beberapa detik. Cowok itu menelan ludah, takut-takut melihat Reina di sebelahnya.

Canggung, keduanya refleks menjauh. Setelah saling tatap lagi, keduanya tertawa. Akhirnya menyadari, bukan hanya diri sendiri yang gugup.

"Mau sekali lagi?" tawar Vano, dia masih tertawa, menyadari betapa dia berubah bagai cowok amatir yang baru pertama kali di dekat cewek, saat di hadapkan pada sosok kalem seperti Reina.

Gadis pemalu itu mengangguk dan mendekat ke Vano. Dia ikut tersenyum kikuk menghadap kamera.

"Gaya kita kaku banget, ya?" Vano tertawa saat memeriksa hasil foto. "Sekali lagi?"

Reina mengangguk.

Kini keduanya tersenyum cerah menghadap kamera. Tak puas sekali, Vano memotret beberapa lagi, bahkan membuat wajah konyol seperti spongebob. Reina yang tertawa pun, tak luput dari jepretan kamera ponsel Vano.

🍀🍀🍀

Di suatu kamar minim cahaya. Seorang pria dalam kegelapan tengah berdiri di dekat jendela, menatap ke halaman rumahnya yang luas. Tangannya memegang ponsel.

"Diamlah Beni, kalau tidak semua akan kacau di tanganmu!" bentaknya pada seorang laki-laki di telepon.

"...."

"Ingat, tidak ada yang tahu pembunuhan itu kecuali kita!"

"...."

"Akan kupastikan mereka tutup mulut!"

"...."

"Gadis? Akan kubuat gadis sok tahu itu diam selamanya!"

🍀🍀🍀

TBC
Thank you for reading...:)

Thanks for Julias_NY yang udah setia baca cerita-cerita aku. Sampai recomend juga ke orang lain.
Sampai beberapa kali aku lihat bagian ceritaku di SS dan share di statusnya via WA
Kyaaaa aku senang banget 😭😭
Terharu ada yang suka cerita gajeku

Buat my beloved Marmut satia_1628 (reader yang jadi bestfriend-ku dunia maya) udah deh nggak usah ucapin makasih. Nggak akan cukup 😀
Love you Marmut hahay

Secret Clover [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang