7|Canteen and School Grounds

315 44 6
                                    

Cerita ini hasil kolaborasi dengan InoYomi


🍀🍀🍀

"Aku tidak bisa percaya siapa pun, Kak..."

🍀🍀🍀


Cuaca terik siang itu menambah bad mood Alan. Belum lagi omelan pria berotot yang tengah berkacak pinggang di depannya, benar-benar hari yang melelahkan.

"Alan, kalau kamu tidak serius, Bapak akan cari siswa lain."

Alan menghela napas panjang.

"Kamu tahu, kan, sebentar lagi akan ada pertandingan lari tingkat Nasional. Kalau kamu malas-malasan seperti ini, kita bisa kalah!" bentak Pak Avsel, pelatih lari SMA Angkasa yang juga guru olahraganya.

"Iya, Pak. Saya akan coba lagi." Alan kembali melakukan pemanasan sebelum melanjutkan latihan. Dia melemaskan pergelangam kaki dan bersiap dengan posisi awalan.

Pak Avsel mengeluarkan stopwatch dan suara panjang peluit mengantar Alan ke lintasan 100 m.

Dari jauh Ana memperhatikannya, gadis itu melihat ada yang berbeda dengan cara berlari Alan. Dia merasa anak kepala sekolah itu seperti kurang bersemangat, seakan tidak fokus dengan latihan.

"Ada apa dengannya?" gumam Ana dengan wajah bingung.

"Cie, Ana. Diam-diam kamu memerhatikan Kak Alan, ya?" ledek Mia, teman semeja Ana.

Ana terkesiap, seketika mengalihkan pandangan dari jendela kelas, kembali memerhatikan papan tulis di depan. "Siapa yang perhatian?" elaknya.

"Tuh, mata kamu nggak bisa bohong. Yah, aku akui, sih, Kak Alan itu emang keren! Banget, malah. Jadi wajar banyak yang suka. Termasuk kamu." Mia mendramatisir, dia bertopang dagu menggunakan dua tangan, menghadap Ana dengan mata yang berkedip beberapa kali.

Ana mengusap cepat wajah Mia yang bagai kucing butuh belaian. "Apanya yang keren? Dia itu punya banyak kekurangan dan tidak bisa diandalkan. Dia tidak lebih dari anak kepala sekolah. Aku saja heran kenapa banyak yang suka," komentar Ana.

"Yaelah Ana, kalau bohong kira-kira, dong. Pipinya merah, tuh." Mia terkikik pelan. "Kamu juga tahu, kan, kalau wajah Kak Alan itu 11 12 sama Cha Eun Woo. Ganteng parah."

Ana mendecih. "Dasar K-POPers alay. Dikit-dikit boy band."

Mia menyikut lengan Ana pelan. "Nggak itu aja yang jadi kebanggaan Kak Alan. Dia itu anggota OSIS dan juga atlet lari profesional. Bawa hatiku lari, Kak Alan..." Mia mengulurkan tangan ke jendela seolah meminta seseorang di luar meraihnya.

"Kamu gila!" seru Ana.

Mia cemberut. "Eh, Na, aku dengar kamu terkurung sama Kak Alan kemarin."

"Dari mana kamu tahu?" Ana menaikkan sudut alisnya, heran.

Seingat Ana, tidak banyak orang yang tahu kejadian kemarin kecuali yang memang melihat mereka.

"Cuma dengar dari anak-anak, sih. Dan kamu juga sering terlihat bareng Kak Alan. Ngaku aja, deh. Sebenarnya kalian ada hubungan, kan?" sambungnya lagi.

"Ya. Hubungan perdebatan."

"Hah? Berantem? Masa sih?" Mia terpelongok tidak mengerti.

"Bukan berantem. Ber-de-bat. Berdebat itu adu mulut, berantem itu adu pukul. Tolong dibedakan, Mi."

"Ya ya ya... Terserahlah. Memang susah bicara sama keturunan Miss Maple."

"Marple, Mi. Bukan Maple. Tepatnya Jane Marple. Jangan sembarangan ganti nama tokohnya Agatha Christie, deh. "

Secret Clover [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang