1

242 20 0
                                    

Aku duduk di bangku dekat parkiran sekolah. Hanya ada beberapa kendaraan di sini, itu karna sudah sekitar tigapuluh menit yang lalu bel pulang sekolah berbunyi. Pemandangan ini sudah biasa di mataku. Sudah lebih dari dua tahun aku menikmatinya, menunggu seseorang yang aku sayang keluar dari kelasnya dan menghampiriku.

"Doooor..." seketika aku tersentak dari lamunanku. Aku menatap orang yang membuatku kaget. Sudah aku sangka siapa dia, dia teman kekasihku, Taehyung.

"Kebanyakan nglamun kesurupan lo" dia tertawa, aku menatapnya tajam.

"Mana Chimin?" aku mencari kekasihku, Jimin. Ya aku memanggilnya Chimin, itu panggilan kesayangan dariku. Biasanya dia bersama Taehyung, tapi kenapa tidak ada.

"Dia masih di kelas sama Jungkook, sebentar lagi juga keluar" aku hanya mengangguk menanggapinya.

"Ya udah gue duluan ya, Gi"

"Iya, hati-hati awas ada semut di jalan" dia tertawa, menghampiri motor ninjanya dan melajukanya keluar sekolah.

Tidak lama setelahnya, orang yang aku tunggu menghampiriku. Aku berdiri dari dudukku, aku tersenyum melihatnya meski hanya dibalas tatapan datar dari matanya.

"Hari ini aku futsal" katanya dengan suara datar khasnya. Aku menatapnya lama.

"Oke, aku ikut" jawabku tanpa menghilangkan senyum.

"Ngga, aku lama"

"Ya udah, aku tungguin"

"Ngga, kamu pulang"

"Ngga papa Chim, lama juga ngga papa, aku tetep nungguin kamu" aku masih kukuh ingin ikut.

"Ngga! kamu pulang sekarang!" ucapnya dengan sedikit meninggikan suara.

"Chim--"

"PULANG!" belum selesai dengan kalimatku, Jimin sudah lebih dulu membentaku. Kali ini aku hanya menunduk, tidak berani menatap mata tajamnya.

Dengan terpaksa aku mengangguk tanpa menatapnya. Suara langkah kaki menjauh terdengar di telingaku. Aku mendongak, melihat Jiminku yang kini pergi meninggalkanku.

Sudahlah tidak apa, mungkin dia tidak mau aku kelelahan karna lama menunggunya. Aku berusaha mengembalikan senyum.

"Tidak apa hari ini naik bus" batinku. Aku berjalan menuju halte, menunggu angkutan umum.

Terbayang di benakku mata Jimin yang menatapku tajam, sudah biasa. Dia bahkan sudah biasa membentakku, justru karna itulah aku merasa dia sangat menyayangiku, sifat dinginnya padaku. Aku berfikir bahwa itu adalah sifat bawaanya. Dan justru karna itu aku semakin mencintainya. Tiba-tiba terbayang di benakku peristiwa dua tahun yang lalu.

FlashBack

Aku duduk di halte, menunggu jemputan dari ayah. Tiba-tiba datang lelaki berbaju seragam yang sama denganku, dia berdiri dihadapanku. Aku menatap wajah datarnya. Aku menyernyit. Kenapa dia berdiri tepat dihadapanku?

"Kamu mau jadi pacarku?" aku semakin bingung, apa yang dia katakan barusan? dia menembakku? ah tidak, kalo dia menembakku aku pasti sudah mati di sini. Sebenarnya siapa dia? aku bahkan tidak mengenalnya. Aku hanya diam seperti orang bodoh.

"Aku anggap itu jawabanya"  tiba-tiba dia menarik tanganku, membawaku masuk mobil mewah berwarna merah. Aku duduk di samping pengemudi. Dan yang lebih membingungkan, kenapa aku tidak menolaknya?! bodoh.

Dia melajukan mobilnya. Aku bingung, dia mau membawaku mana? siapa sebenarnya laki-laki ini?

"Kamu siapa?" aku baru berani mengatakanya. Dia hanya diam, masih fokus dengan jalan di depan. Aku semakin bingung, apa dia ini culik? tapi untuk apa dia menculikku? aku bukan orang milioner.

Can You Love Me Jimin? | SEULMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang