"Lo tumben nyari buku biologi? Emang ada tugas ya?" tanya Laras kepada Shela yang masih belum juga menemukan buku yang dicarinya,

"Gak ada sih, cuma buat bahan belajar aja dirumah. Soalnya minggu depan kan ada ulangan harian Biologi. Lo lupa?" tanya Shela balik. Laras menggeleng,

"Enggak kok gak lupa, hehe.."

"Iyalah, koleksi buku lo mah banyak, jadinya gak perlu minjem-minjem lagi ya," ujar Shela yang memasukan satu buku diantara selipan buku lainnya seperti semula.

Shela berdecak sebal. Buku yang ia inginkan tidak ada. Ia segera melewati Laras begitu saja dan mendekati meja penjaga perpustakaan,

"Mba Tari, disini gak ada buku biologi lengkap buat kelas sebelas ya?"

Wanita yang bernama Tari itu segera bangkit dan mendekat ke rak buku bagian SAINS. Ia mencari, buku itu tidak ada. Mungkin sedang dipinjam oleh orang lain.

"Gak ada, dek. Mungkin bukunya sedang dipinjam orang lain. Bentar dulu ya, saya liat orang terakhir yang minjam buku itu,"

Mba Tari mengecek list pada buku nya dan pandangannya terhenti pada sebuah nama,

"Ohh, orang terakhir yang minjam buku biologi itu si Evan Ramdani. Sebelum kalian berdua datang kesini, dia sudah duluan pinjam buku itu," ucap Mba Tari pada akhirnya. Shela menurunkan bahunya lemas sambil menghela napas berat,

"Ya ampun, Evan yang ganteng seseantero sekolah ini? Anjir, katanya kaya, kok masih minjem buku perpustakaan sekolah sih?" tanya Shela yang entah ditujukan pada siapa. Mba Tari hanya bisa geleng-geleng kepala dan menaruh kembali buku itu di atas meja,

"Yaudah deh, Mba. Makasih banyak ya," ujar Shela dan segera menarik tangan Laras keluar perpustakaan.

"Gue kesel deh, Ras. Itu cowok kan tajir banget, kok masih aja sih minjem-minjem buku di perpus sekolah? Harusnya dia bisa dong beli sendiri di toko buku. Dia pasti bisa beli, dia pasti punya uang buat belinya,"

Sepanjang koridor kelas, Shela hanya bisa misuh-misuh dan mengoceh tentang buku itu. Ia tidak terima bila Evan yang meminjam buku itu, entah karena apa. Laras tidak paham. Lagipula Laras tidak kenal siapa Evan. Meskipun menurut rumor yang beredar, cowok itu merupakan most wanted boy SMA Pasifik.

"Emangnya Evan itu kelas berapa sih? Anak organisasi apa?" tanya Laras. Seketika, langkah Shela terhenti dan Laras juga ikut berhenti. Lalu menoleh ke arah Laras yang wajahnya penuh tanda tanya,

"Ras? Sumpah, lo kudet banget sama soal ginian. Dari ibu-ibu kantin sampai Pak Mamat aja tau siapa Evan. Guru-guru disekolah ini pada tau, bahkan dia udah jadi murid kesayangan guru. Semua murid disini yang dari anak kelas sepuluh sampai kelas dua belas pun tau siapa Evan Ramdani,"

"Evan Ramdani, most wanted boy SMA Pasifik. Kelas XI IPA 1. Seperti yang gue bilang tadi, dia itu tajir, pintar karena dulu dia juara 1 paralel, ganteng pake banget, matanya sipit gitu kayak orang Cina padahal dia sama sekali gak ada keturunan Cina atau semacamnya. Ada satu hal yang perlu lo tau dari Evan, dia itu dingin. Dia gak pernah ngerespon balik cewe-cewe yang nembak dia atau deketin dia," jelas Shela dan Laras hanya ber-oh saja. Shela mendengus,

"Kok lo cuma oh doang sih? Lo gak menghargai gue yang udah ngomong panjang kali lebar kali tinggi tadi?"

"Heheh maaf," cicit Laras sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk peace.

EVALARA [✔] Donde viven las historias. Descúbrelo ahora