Masa bodoh dengan sekolah, Chenle yakin orang suruhan Babanya akan mengurus masalah itu, yang terpenting sekarang adalah menemukan Yuanjun dulu, adiknya yang sangat berharga untuk semua orang di keluarga Chenle.

.
.
.

"Halo, gege." Chenle berjalan keluar kamar Mamanya setelah memastikan kalau Mamanya tidur. Chenle sekarang tengah menelpon seseorang yang bisa ia mintai tolong untuk membantu mencari Yuanjun.

"Bisa bantu aku?" Chenle terus berjalan keluar dari rumahnya, ia menuju pekarangan mansionnya yang sudah seperti hutan bambu.

"Adikku, Yuanjun menghilang. Aku yakin yang menculiknya bukan orang biasa karena rumahku selalu dijaga ketat oleh pengawal. Mungkin orang itu bisa saja sama sepertimu, jadi, apa kau bisa membantuku?"

"Iya, aku akan transfer uang sebanyak yang kau minta. Berapapun itu asal temukan Yuanjun untukku." Chenle membuat kesepakatan di akhir teleponnya dengan orang di seberang sana.

"Kuharap dia bisa menemukan Yuanjun untukku." Chenle menatap ponselnya yang baru saja berkedip setelah memutuskan sambungan telepon.

"Apa aku ikut mencari saja?" Chenle berpikir sejenak sampai ponselnya berdering, nomor tidak dikenal tengah menelponnya sekarang.

"Halo."

Tidak ada jawaban dari seberang sana.

"Halo!" Chenle sedikit menaikan nada bicaranya, namun tetap tidak ada jawaban.

"Kalo tidak menjawab juga aku akan tutup teleponnya."

"Gege."

Suara seorang perempuan yang sangat Chenle kenal. "Meimei."

/
Gege: Kakak laki-laki
Meimei: Adik perempuan
/

"Gege, tolong Yuan. Tolong."

"Yuanjun!" Chenle berseru tertahan saat suara adiknya begitu lemah terdengar.

"Gege, sakit, Yuanjun sakit."

"Yuanjun, bertahanlah. Gege akan menolongmu." Chenle terlihat sangat panik setiap kali Yuanjun mengeluh sakit.

"Hahahahhaa."

Chenle menjauhkan ponselnya dari telinga ketika terdengar suara seseorang tertawa di seberang telepon.

"Kalau kau ingin menyelamatkan adikmu, maka serahkan seluruh kekayaan yang telah keluargamu rampas dariku."

"Makudmu?"

"Babamu tahu tentangku, jadi dia pasti tahu apa yang aku mau."

Tut.

Telepon dimatikan sepihak.

Chenle menatap layar ponselnya yang sudah mati.

Ting.

Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Chenle, pesan dari nomor orang yang meneleponnya tadi.

"Apa ini? Link?" Chenle mengernyit tak mengerti maksud dari orang yang meneleponnya tadi mengirim link itu apa.

Dengan rasa penasaran, Chenle membuka link itu. Link yang langsung membawanya menuju sebuah website.

"Astaga!" Chenle berseru tertahan saat matanya menangkap sesuatu yang mengerikan dari video di website yang ia masuki.

Video dimana seorang anak kecil tengah diperkosa oleh beberapa orang dewasa dan terlihat orang-orang dewasa itu begitu menikmatinya.

Chenle menutup mulutnya tidak percaya akan apa yang baru saja ia lihat.

Ting.

Sebuah pesan kembali masuk ke dalam ponsel Chenle.

From: xxxx-xxxx-xxxx-xxxx

Kalau kau tidak mengirim apa yang aku mau, maka adikmu juga akan bernasib sama dengan anak itu.

Mata Chenle melebar setelah ia membaca pesan singkat yang baru saja masuk. Dengan cepat Chenle berlari ke dalam rumah, mengambil kunci mobil, lalu kembali berlari keluar rumah, memasuki salah satu mobil yang terparkir di garasi mansionnya dan bergegas menyalakan mobil itu menuju ke kantor Babanya.

.
.
.

"Kau gagal lagi."

Trang.

"Akh."

"Park Jaemin! Sebenarnya apa saja kerjaanmu hah? Kenapa menculik anak itu saja tidak bisa?"

Trang.

"Akh."

Jaemin meringis sakit saat punggungnya yang sekarang tak memakai pelindung apapun terus dipukuli oleh sisi pedang tajam, bukan, bukan bagian tajam pedang yang dipukul ke arah punggungnya, tapi bagian sisi pedang yang terbuat dari baja sehingga punggung Jaemin terlihat memerah dan sedikit terluka akibat terkena goresan-goresan kecil dari bagian tajam pedang.

"Kau lemah."

Trang.

"Akh."

"Lemah!"

Trang.

Trang.

Trang.

Brshh.

Jaemin merasa tidak kuat lagi menopang tubuhnya saat ia merasakan darah mengalir deras keluar dari bagian punggungnya yang tergores cukup dalam.

Mata Jaemin berkunang-kunang, penglihatannya perlahan memudar seiring ia memejamkan matanya dan terjatuh.

Jaemin pingsan.

"Cih, lemah."

Orang yang tadi memukuli Jaemin berhenti. Orang itu memasukan pedangnya ke dalam sarung pedang lalu pergi begitu saja meninggalkan tubuh Jaemin di dalam gedung tua yang jauh dari keramaian kota.

Tbc.

[1] Dark Web || NCT✔[Open PO]Where stories live. Discover now