21. I miss you

4.9K 179 14
                                    

Setelah mematikan telfon Justin, Charisa langsung membanting ponselnya ke kasurnya dengan wajah kesal. Pintu kamarnya terbuka, Maddi dengan rambut hijau menyala-nya itu berjalan mendekatinya.

"Kau mengubah warna rambutmu lagi?" Tanya Charisa langsung ketika melihatnya. Maddie tersenyum lebar sambil menaikan alisnya.

"Jelek. Ah, aku benci melihatnya!" Tiba-tiba Charisa mendegus sambil meremas bantal didepannya lalu mengubur wajahnya pada bantal tersebut, dia teriak kencang dibalik bantal itu. Maddie mengernyitkan dahinya.

"Hei, apa yang terjadi? Tidak biasanya kau kesal melihatku mengganti warna rambutku? Charisa?"

"Char-"

"Aku benci semua orang! Aku benci rambut hijaumu juga! Aku benci Justin Bieber sialan! Aku sunggu membencinya dari ujung kepala sampai ujung kaki!" Teriak Charisa seperti anak kecil dengan tangisannya yang pecah, Maddie tertawa mendengar penuturan Charisa.

"Oh, jadi masalahmu ada pada Justin-mu. lalu kau menyalahkan aku. Baiklah, apa yang terjadi?" Semenjak lulus sekolah, Maddie menjdi lebih kalem dari sebelumnya. Hanya saja hobbi-nya itu tidak hilang, yaitu mengubah warna rambutnya menjadi warna-warni. Seperti hari ini.

"Dia menuduhku selingkuh." Charisa masih tetap pada sikapnya yang kekanakan, menangis lalu berbicara dengan nada tinggi yang semakin membuat Maddie tidak mengerti ucapannya.

"Apa yang kau katakan sih, katakan yang benar!" Ketus Maddie ikut sebal. Charisa itu perlu di ginikan, kalau tidak dia akan terus menangis. Tanpa henti. Dan mungkin saja, Justin-nya yang harus membuatnya berhenti menangis.

Charisa menghapus air matanya, menatap Maddie dengan tatapan sedih sampai Maddie memutar bola matanya sebal.

"Justin menuduhku selingkuh, dia berkata aku wanita murahan yang sedang memamerkan diriku bahwa aku ini sedang sendiri karena memberi nomorku pada Charlos. Kau tau, Aku tidak memberikan nomor padanya, dia mengambil di grup kampusku. Itu pun dia menelfonku untuk urusan kerja kelompok." Adu Charisa dengan nafas tersenggal-senggal. Persis anak kecil yang kehilangan permennya.

Manddie menggeram.

"Kenapa juga Justin itu malah berubah berlebihan seperti dirimu sih? Kau meracuninya ya?"

Charisa mau menangis lagi tapi Maddie langsung memukul lengannya cepat.

"Kalian berdua itu Childish. Masalah sepele dibesar-besarkan. Bukankah harusnya sudah dipikirkan sejak dulu kalau LDR itu akan banyak drama kecemburuan seperti ini? Lalu kenapa sekarang malah menangis seakan-akan kau akan kehilangannya? Dasar bodoh!" Biasalah, Maddie jika sudah memberi saran pada Charisa pasti dengan emosi menggebu-gebu. Karena jika tidak, gadis ini tidak akan menggerti.

"Tapi dia mengataiku sampai membuatku sakit hati, Mad." Keluhnya masih dengan nada sedih. Maddie menggelengkan kepala kesal.

"Bagaimana dia bisa berfikir kau selingkuh jika hanya sekali kau mengabaikan telfonnya?"

Charisa mengigit bibirnya lalu menggaruk canggung rambutnya yang tidak gatal.

"Aku mengabaikannya dua kali, pertama saat aku dikamar mandi, aku tak mengangkat face time-nya. Lalu, kedua saat dia menelfonku lagi aku sedang dalam panggilan dengan Charlos, setelah itu saat menelfon dengannya Mom Pattie menggirimiku pesan untuk mengingatkanku agar mampir sepulang dari kampus untuk menemaninya berbelanja akhir bulan, saat di telfon aku tertawa membaca pesannya. Jadi dia berfikir bahwa aku sedang menyelingkuhinya, kami juga hampir 1 minggu tidak saling berkomunikasi karena aku fikir dia sibuk jadi kuberikan waktu padanya."

Maddie menepuk jidatnya sambil menggelengkan kepalanya cepat.

"Ini bukan sepenuhnya salah Justin. Kau juga salah. Kalian sama-sama salah. Tidak berkomunikasi dalam 1 minggu? Hei sadarlah, kunci keberhasilan hubungan LDR itu adalah komunikasi, apa kau tidak tahu?" Charisa menggeleng pelan sambil menundukkan kepalanya.

Childish Vs. Arrogant [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang