10. It was always you

5.9K 276 5
                                    

Dave tercengang. Dia menatap Charisa tak percaya.

"Charisa, dia Justin." Dave mengingatkan karena dia tahu sejauh mana Charisa menyukai Justin. Dave sangat tahu, sebesar apa rasa suka Charisa pada Justin.

"Lalu?" Charisa menyahut cuek. Dave terkejut sekali lagi.

"Kau baru saja menolaknya. Aku sangat terkejut!"

"Bukankah seharusnya kau merasa senang aku menolaknya jika kau benar-benar menyukaiku?" kilah Charisa kali ini yang balik bertanya dengan penuh kebingungan. Dave menghela nafas.

"Kau menolaknya karena egomu. Bukan karena permintaan hatimu." itu adalah kebenaran. Charisa diam, dia tak menjawab. Tangan kanannya menarik tangan kiri Dave lantas membawanya keruangan tengah tempat Ayahnya duduk dengan laptopnya.

"Kau akan membawaku keluar kan? Maka kau harus meminta izin pada Dad-ku." katanya sambil tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi. Dave hanya tersenyum lalu menganguk.

"Baiklah."

******

Ini sudah satu minggu Charisa menunggu Justin datang dan mengejar balik dirinya. Tapi, nihil. Sepertinya orang yang dia harapkan tak kunjung mendatanginya.

Namun pagi ini, dia melihat Justin kembali bersama Anne. Mereka berjalan beriringan, alarm dalam otak Charisa langsung berdering untuk memberitahu bahwa Charisa harus menghindari mereka.

Tapi sepertinya hatinya mengkhianatinya. Charisa malah berlari mendekati Justin dan langsung memeluk Justin yang tentu saja terkejut.

"Oh, Justinku!" ucapnya akhirnya. Justin tak menolak masih shock dan berusaha untuk tidak membalas pelukan Charisa. Sementara Anne membulatkan matanya.

"Charisa, apa kau lakukan?!" Tanyanya terdengar Jengkel. Charisa tersenyum lebar, melepaskan pelukannya.

"Memeluk calon suamiku tentu saja. Kau fikir apalagi?" Charisa balik bertanya. Kali ini dia ingin egois, dia ingin memberikan hatinya ketenangan. Dia ingin memperjuangkan apa yang dia inginkan.

"Bukankah kemarin kau menolakku? Di depan Dave pula." ketus Justin sambil memutar bola matanya. Charisa mengigit bibirnya merasa bodoh dengan dirinya sendiri.

"Kau menyatakan cinta padanya?" Lagi-lagi Anne bertanya tak percaya. Charisa tersenyum penuh kemenangan namun senyumnya luntur sudah mendengar jawaban Justin.

"Aku tidak menyatakan cinta. Aku hanya memintanya memilihku atau Dave, kau harus bisa membedakannya Ans." Ujar Justin sambil menepuk kepala Anne dan tersenyum kecil lantas berjalan meninggalkan keduanya yang mematung.

Kali ini, Anne yang tersenyum penuh kemenangan.

"Bukankah dia manis?" Berniat ingin memanas-manasi Charisa, Anne langsung menampakkan wajah mengejeknya. Charisa berdecih.

"Ck, kau fikir Justin gula. Sudahlah, jangan terlalu berharap pada batu seperti itu." Cetus Charisa sambil menggeleng dan menepuk bahu Anne prihatin. Anne melotot hendak membalas Charisa yang lebih dulu berlari mengejar Justin. Anne mendecak melihat itu.

Apakah di tolak tidak membuatnya lelah untuk menunjukkan cintanya? Luar biasa sekali.

Sementara Justin tengah menatap Charisa yang berdiri tepat di depannya dengan wajah memelas.

"Aku berfikir, mungkin saja aku bisa menyukaimu karena kau tak pernah jalan dengan laki-laki lain karena aku tak suka yang ada yang mendahuluiku, tapi aku sekarang tak berniat lagi. Kau sudah ternodai." Charisa memukul lengan Justin begitu mendengar apa yang laki-laki itu katakan.

"Kau fikir aku perempuan nakal, kenapa bahasamu harus ternodai segalanya sih!" Sunggut Charisa kesal bukan main. Justin meringgis mendapat pukulan dari Charisa yang secara tiba-tiba itu.

"Maksudku, aku tak suka gadis lajang berjalan dengan laki-laki lajang tanpa hubungan."

"Bilang saja kau cemburu, apa susahnya sih?" Goda Charisa sambil mencubit pipi Justin yang langsung di tepis pria itu dengan pelototan kesal. Chariaa terkekeh.

"Oh, aku benar-benar merindukanmu." ucap Charisa berkaca-kaca, Justin memalingkan wajahnya menahan senyumnya. Sialan.

"Tapi, aku tidak." Justin melipat tangannya sambil menatap Charisa menunggu ekspresi apalagi yang akan ditampilkan wajah jelita itu. Charisa memberenggut beberapa detik, lalu kembali tersenyum.

"Aku sangat-sangat-sangat merindukanmu Justin."

"Aku sangat-sangat-sangat-sangat tidak."

Merindukanmu. Tentu saja. Lanjutnya membatin.

Charisa mencebikkan bibirnya.
"Kau menyebalkan." gerutunya memutar mata. Justin mengangkat kedua alisnya.

"Tapi kau menyukaiku." ya, itu memang benar sih. Tapi bisakah Justin tidak menyebalkan sekali saja?

"Aku tidak hanya 'menyukaimu' tapi aku sangat menyukaimu, bodoh." Charisa memperjelas perkataan Justin, Justin berdehem ketika dirasakannya jantungnya hampir loncat mendengar jawaban Charisa. Ini tidak boleh terjadi, dia harus segera menyumpal mulut manis gadis itu sebelum dirinya lepas kendali.

"Kau yang bodoh, mengungkapkan perasaanmu berkali-kali pada orang yang tidak menyukaimu." Justin menyahut sambil melirik kearah sekitarnya karena debaran jantungnya sepertinya tak mau bekerja sama. Dia bahkan takut Charisa dapat mendengar debaran jantungnya.

"Kau yang bodoh karena terus menolakku!" Teriak Charisa tiba-tiba membuat Justin sedikit terkejut. Justin tertawa kecil.

"Lagi-lagi kau mengungkapkan perasaanmu." kekehnya dengan senyuman mengejek andalannya yang anehnya Charisa sukai. Padahal dia tengah mengejek Charisa.

"Jika perlu aku akan menyatakan perasaanku setiap hari." Charisa mulai bersemangat, Justin merinding dibuatnya.

"Dan tentu saja aku akan menolakmu setiap hari." setelah mengatakan itu Justin kembali melanjutkan langkahnya yang terhenti karena ulah Charisa. Charisa mendegus.

"Lalu aku akan membuatmu sangat mencintaiku sampai kau tak bisa berjauhan denganku barang sedetik-pun." Charisa berteriak lagi kali ini sangat keras membuat beberapa orang di koridor melihatnya dan Justin berbalik melihatnya dengan senyuman miring.

"Aku tak sabar menuggu hari itu." Charisa memerah mendengar jawaban Justin yang tengah menggodanya saja. Ugh, seharusnya Justin tak usah menggodanya karena Charisa pasti akan berbuat hal-hal aneh lagi. Yatuhan, ini bencana. Justin harus berhati-hati, tidak. Dia harus sangat berhati-hati.

------------

Hai. Maaf gaje. Maaf jelek, maaf typo, dan maaf membosankan.

Selamat bermalam minggu!^^

Love, naw.

Childish Vs. Arrogant [END]Where stories live. Discover now