2. Hug?

10.1K 388 16
                                    

Seperti biasa, semua orang akan bahagia. Ah, sangat bahagia lebih tepatnya ketika melihat kedatangan Charisa. Terkecuali, Justin tentu saja.

"Charisa, akhirnya kau datang!" Teriak Pattie bahagia. Charisa berlari berhambur memeluk Pattie tak kalah semangat. Justin memutar matanya.

"Jangan peluk-peluk. Dia ibuku."tekannya yang di salah tanggapi oleh Charisa. Dia melepaskan pelukannya Pattie lantas menatap Justin penuh minat.

"Apa?" tanya Justin ketus ketika melihat Charisa yang tersenyum lebar. Apa dia tak lelah tersenyum? Batin Justin jengah.

Tanpa Justin duga, Charisa berlari dan memeluk Justin cepat. Justin mematung, terlalu terkejut dengan tingkah spontan yang selalu Charisa lakukan padanya.

"Aku sudah memelukmu, puas?" kata Charisa dengan alis yang naik-turun dan tentu saja senyum bodoh menyebalkan yang Justin benci.

"Uh, kalian memang pasangan ter-romantis yang pernah aku temui." celetuk Pattie. Charisa memerah.

"Charisa, kau benar-benar.."
"Cantik. Aku tahu Justin." potong Charisa dengan cepat. Justin menghembuskan nafasnya cepat, percuma saja berbicara pada Charisa. Justin memilih untuk diam dan berjalan menuju dapur.

"Justin, buatkan Charisa coklat hangat." pinta Pattie dengan binaran pada matanya, Justin memutar tubuhnya menatap Charisa yang tampak masih setia memamerkan deretan giginya yang tidak rata itu. Cih. Justin mencibir.

"Tidak." perkataan yang demikian singkat itu-pun ditekannya dalamml, membuat Pattie kesal mendengar anaknya yang selalu saja membatah. Sedangkan Charisa? Dia hanya menatap kedua orang itu hanya dengan kerutan pada keningnya.

"Mungkin maksud Justin dia ingin membuatkanku Coklat panas tapi aku harus menemaninya." Mata Justin membulat, gadis ini lagi-lagi membuat ulah.

"Ah, Justin. Kau sungguh romantis!" Pattie begitu girang hingga mendorong Charisa yang tersenyum malu-malu.

Justin membuka mulutnya hendak melontarkan bantahannya lagi tapi itu semua tertahan ketika David, kakaknya yang baru pulang kerja.

"David!" Seru Charisa seperti melihat sesuatu yang begitu berharga. Dia langsung berlari dan memeluk David begitu erat, David hanya tertawa kecil sambil mengusap rambut Charisa.

"Yatuhan, aku merindukanmu. Berapa minggu kita sudah tidak bertemu. Satu minggu?dua minggu? Tiga minggu? Kau sibuk terus sih." Keluh Charisa mulai merajuk dan Justin ingin muntah melihat sifat manja kekanakan ala Charisa. Sangat tidak cocok.

Apalagi dia tak melepaskan gelayutan tangannya dari lengan David. Justin melihat itu baik-baik, menatap keduanya dengan tatapan jengah.

"Maafkan aku, aris. Aku akan mentraktirmu makan besok, setelah kau pulang sekolah?"Sebutan Aris sudah menjadi panggilan kesayangan David untuk Charisa yang sudah dia anggap sebagai adiknya itu.

"Setuju!"

Pattie ikut tersenyum melihat kedekatan Charisa dan David. Dia terlihat bahagia dengan suasana rumahnya yang terasa ramai karena ulah Charisa. Hanya satu orang yang terus menampakkan wajah tak sukanya. Justin, ya. Siapa lagi selain laki-laki itu?

"Sudah lepaskan. Apa kau akan terus menempel di dekat kakakku? Lengannya bisa patah jika kau peluk seerat itu!" keluh Justin berkomentar pedas. Charisa tersenyum menggoda Justin.

"Kau cemburu lagi rupanya, apa kau ingin seperti David juga? Kau ingin aku bergelayut di lenganmu? Aha, mengaku saja!" lagi-lagi Charisa salah menangkap maksud Justin.

Justin tidak suka pada Charisa karena seluruh keluarganya menyukainya. Dia tidak suka jika keluarganya menjadi sangat aneh jika berdekatan dengan Charisa gadis ajaib ini. Tapi apa boleh buat, karena mereka sudah dekat saat mereka baru berumur satu tahun, mereka sudah seperti keluarga.

Di keluarga Justin, Charisa sangat disayangi semua orang kecuali Justin tentunya. Begitu pula di Keluarganya Charisa yang sangat menyayangi Justin juga.

Justin mendegus kesal lantas berjalan cepat menuju kamarnya. Tidak ada alasan untukku terus disini kan? Batinnya.

"Justin aku akan sampai malam disini." teriak Charisa samar-samar masih di dengar oleh Justin.

"Lalu, apa aku harus perduli?" ehm, Justin sedang berbicara pada dirinya sendiri.

*****

Justin dan Charisa adalah dua orang yang sangat dekat, mereka berteman sejak mereka kecil, tapi mereka tidak memiliki hubungan teman normal pada umumnya. Mereka selalu berkelahi dan selalu Charisa yang mencari masalah. Apa pun alasannya Charisa lah yang selalu menjadi pelaku utamanya.

Justin yang tidak banyak bicara bisa banyak bicara di dekat Charisa. Entahlah, cara apa yang Charisa gunakan untuk membuat Justin selalu membalas ucapannya yang kadang tidak penting dan selalu membuat kesal.

Justin selalu berharap, Charisa pergi dari hidupnya. Tapi sepertinya itu tidak pernah terjadi, karena kemana pun Justin pergi Charisa pasti menemukannya. Gadis ajaib macam Charisa adalah gadis yang tidak mudah menyerah hanya karena satu alasan karena dia memiliki seribu alasan untuk menyangkalnya.

Charisa itu pengangu. Justin tidak suka, dia benci orang yang banyak bicara. Dia tidak suka diperintah, dia tak suka ada orang yang perhatian melebihi orang tuanya, dia tidak suka ketika orang lain ingin tahu segala tentangnya dan Charisa adalah satu-satunya orang yang melakukan semua hal yang tidak di sukai Justin.

Huh. Gadis keras kepala itu membuat Justin hampir menyerah dengan sifatnya itu.

Hanya satu yang Justin sukai dari Charisa, saat gadis itu mengatakan
"Aku pulang. Sampai jumpa!" akhirnya, semuanya akan berakhir. Setidaknya untuk hari itu saja. Tidak untuk saat ini karena gadis itu masih duduk manis di depan Justin yang tengah menjambak rambutnya sendiri.

"Apa yang kau lakukan di sekolah, hm? Kenapa kau bisa tidak mengerti pelajaran seperti ini?"

Justin menunduk lesu. Memperhatikan buku matematika di depannya.

"Setiap orang kan memiliki pelajaran yang disukainya berbeda-beda." balasnya dengan bibir mencebik. Justin mendesis tak percaya.

"Lalu pelajaran apa yang kau sukai?" Justin begitu penasaran ketika Charisa terlihat begitu bahagia dengan senyuman lebarnya.

"Aku suka pelajaran yang mempelajari tentangmu."

Justin langsung mengebrak meja di depannya. Hatinya ketar-ketir mendengar perkataan Charisa, gadis itu mengodanya? Ah, sial.

"Berhenti bermain-main denganku!" mata Justin menatap Charisa tajam penuh ancaman. Gadis itu hanya menghela nafas sambil memainkan rambutnya.

"Selalu saja emosi. Kau ini, aku kan hanya becanda. Sebenarnya tidak sih, kalau ada pelajaran yang mempelajari semua tentangmu itu sudah pasti menjadi pelajaran favoritku. Pasti." Kata Charisa penuh semangat.

Justin berdiri, dia langsung berjalan ke arah meja kecil di dekat kasurnya, dia mengambil air di sana lantas menegaknya hingga tandas.

"Justin, apa kau berdebar?" God. Pertanyaan macam apa itu?

"Charisa aku memperingatkanmu baik-baik, jangan sampai aku-"

"Jangan sampai kau melepaskanku Justin, kau akan menyesal." lagi dan lagi gadis ini menyela pembicaraaan Justin.

"Keluar! Keluar dari kamarku!"

"Whoa! Baiklah, baiklah. Kau benar-benar marah rupanya. Aku pulang ya, sampai jumpa." Justin langsung menutup pintu kamarnya dan menghela nafas lega. Akhirnya, ini adalah waktu yang di tunggu-tunggunya. Tanpa Charisa, pengangu yang tak pernah lelah berada di dekatnya.

A/n

Hai. Aku mau ngucapin makasi dan maaf kalo cerita ini garing dan lanjutnya lama. Aku punya banyak tugas yang buat aku susah buat ngatur waktu, sebenernya aku udh niat buat hapus cerita ini. Aku fikir juga pembacanya gaada jadi kalo dihapus gaada yg marah, eh ternyata masih ada yg baca. Pas aku ngeliat komen di part 1 aku seneng banget padahal yg komen cuma satu org hehe but aku bahagia banget karna cerita aku dibaca dan dikomen. Makasih banget, ngeliat komentar itu berasa energi banget buat nulis terus. Aku bakalan lanjut ini, secepatnya. Maaf kepanjangan hehee, enjoy ya!

Love, naww❤

Childish Vs. Arrogant [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt