5. Look at me now

6.6K 327 4
                                    

Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya namun menurut Charisa kegagalan adalah akhir dari segalanya. Entah sudah berapa lama gadis itu mengunci diri di dalam kamar mandi sekolah. Kejadian beberapa hari saat Justin menyelamatkannya masih membekas diingatannya, tapi itu semua seperti tak berarti bagi Justin. Dia masih bersikap acuh pada Charisa. Dia masih sulit untuk Charisa gapai di tambah dengan masalah kegagalannya dalam ujian. Lengkap sudah penderitaannya.

Matanya sembab, penuh air mata. Hidungnya memerah bak tomat, bibirnya nampak pucat menahan hawa dingin. Huh, apa yang harus dia sesali? Semuanya sudah terjadi.

Charisa gagal dalam ujiannya. Itu artinya? Charisa juga gagal dalam kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan Justin.

"Charisa, ayolah. Kau kan biasa gagal ujian, kenapa kali ini sikapmu berlebihan sekali?" Maddi terdengar kesal karena sudah menunggu satu jam untuk Charisa.

"Tapi ini beda Maddi, saat aku mengetahui bahwa aku gagal di ujian kali ini, itu berarti bahwa kesempatan terbesarku untuk menghabiskan waktu dengan Justin juga lenyap sudah. Tidakkah kau mengerti?" Maddi mengerti sekarang. Ini adalah alasan Charisa, alasan yang mungkin sangat konyol tapi bagaimana lagi? Charisa sudah tidak bisa mengontrol rasa suka berlebihannya pada Justin.

"Apa kau ingin aku memanggilkan Justin?"

"Jangan! Dia pasti akan mengejekku habis-habisan." lagi, Charisa terisak. Yatuhan, melow sekali hati Charisa ini.

Maddi tak mendengarkan, dia sudah muak dengan dinding pertahanan Justin. Bagaimana bisa dia tak jatuh cinta dengan Charisa, ini sudah waktu yang cukup lama. Apakah sedikit pun rasa itu tak ada?

Mata Maddi mendapati sosok Justin yang tengah duduk di sebuah kursi dekat taman di samping kelasnya. Justin tengah makan siang, seorang diri, dengan buku geografi di tangan kirinya, dan roti cokelat ditangan kanannya.

Maddi berlari, menghampiri Justin dengan tatapan membunuh. Justin melihat Maddi namun bergeming, tak ingin memulai pembicaraan.

"Charisa mengurung dirinya di kamar mandi sejak satu jam yang lalu dan itu karena kau." kata Maddi langsung ke pointnya. Alis Justin bertaut.

"Lalu?" respon singkat yang diberikan Justin mengundang amarah besar Maddi.

"Lalu? Kau bertanya lalu? Hah! Kau memang batu, sadarlah Justin. Charisa belajar mati-matian agar dapat berkencan dengamu dan kau bersikap biasa saja ketika dia gagal? Oh, kau pasti senang kan? Apa hatimu itu tidak bisa mencair sedikit saja? Kau terlalu beku, susah di gapai tapi dulu aku selalu berfikir, kegigihan Charisa mungkin saja bisa mencairkanmu. Tetapi itu semua hanyalah harapan, kau masih sama. Justin yang beku, tak tersentuh." Ujar Maddi keras. Justin mengangukkan kepalanya.

"Oh, jadi Charisa gagal? Aku sudah dapat menebaknya. Tidak ada orang yang berhasil hanya dengan berusaha satu kali. Dia mungkin perlu mencobanya lagi." Maddi tertawa kesal mendengar ucapan Justin.

"Lalu apa kau akan memberikan Charisa penawaran 'jalan bersama' lagi saat dia akan mencobanya lagi?" tanya Maddi memastikan. Justin melepas buku geografinya dan meneguk air mineral di depannya.

"Tentu saja tidak." balasnya.

"Itu. Itulah masalahnya, kenapa kau tidak peka sekali sih? Charisa itu belajar karena sangat ingin menghabiskan waktunya dengammu tapi kau dengan teganya bersikap seperti ini. Wah, aku tidak percaya kau ini seorang manusia."

"Aku seorang manusia yang menggunakan otakku untuk bertindak. Aku tidak bertindak karena suara hatiku seperti Charisa." Justin bangkit, dia terusik dengan kedatangan Maddi yang berkoar tidak jelas di depannya ini. Justin melangkah pergi.

Childish Vs. Arrogant [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant