PROLOG

33 2 0
                                    


PROLOG ESME FANTASY

Suara bom yang berlabuh di kota kelahirannya sudah bukan hal yang asing lagi bagi gadis kecil bersurai hitam itu lagi. Tubuh kecilnya hanya dapat berlari kesana kemari mengikuti arahan gurunya yang tadinya sedang mengajar mereka namun malah berakhir harus memandu muridnya untuk menyelamatkan murid-muridnya.

Tangan gadis kecil itu menutupi kepalanya berharap dapat menjadi tameng penahan patahan dinding yang mungkin saja sewaktu-waktu dapat menimbun tubuh kecilnya tersebut. Ia sudah tak menangis lagi karena gadis itu kini semakin terbiasa dengan keadaan disekitarnay yang mulai ia alami sejak dua tahun yang lalu, semenjak hilangnya orang tua gadis itu. Hingaa yang tersisa hanya dirinya dan adiknya berluntang lantung mengemis mencari makan di setiap rumah pengungsian, bahkan terkadang gadis itu mencuri juga demi dapat mengisi perut kecil mereka berdua.

Sesaat dia baru tersadar adiknya yang tadi berada di pelukannya kini sudah menghilang entah kemana, gadis kecil bersurai hitam itu segera melepaskan diri dari kelompoknya dan berlari melewati gurunya yang sedang menjaga anak lainnya, ia yang tadinya sudah berhasil keluar dari ruang kelas kini kembali lagi ke dalam ruangan yang sudah hampir ingin roboh karena tak kuat menahan tekanan dari kerasnya bom yang meledak di taman sekolah mereka, tanpa menghiraukan suara ledakan serta suara gurunya yang kini semakin terasa samar ia masuk kedalam dan mendapati adiknya sudah terbaring kaku dengan sebagian tubuhnya yang tertimpa dengan dinding dan hanya tersisa bagian atas tubuhnya saja.

"Terra?" dengan lirih gadis itu berucap menyebut nama kecil adiknya yang kini sudah terbaring kakuk sambil memegang bonekanya. Ia mengusap air matanya yang kini seakan tak ingin berhenti menetas sambil mengatkan nama itu berkali –kali berharap adiknya terbangun walaupun sepertinya harapan itu pupus sudah.

Saat dirinya semakin mendekat mata hitam gadis itu semakin dapat melihat dengan jelas satu-satunya seseorang yang dulunya masih tersisa di dunia untuknya yang kini sudah direnggut, lagi, dari hidupnya.

Gadis kecil itu tak mempedulikan lagi bom yang mungkinsaja akan meledakkan dirinya. "Terra.. ikut kakak, ayo.." ucap gadis itu dengannada bergetar, ia menarit sekuat tenaga tangan adiknya mencoba mencari harapanterakhir untuk adiknya, namun takdir terlalu kejam untuk menyadarkan gadis itubahwa ia sudah kehilangan adinya dan dinding itu terlalu berat untuk mengakuikekuatan tekad serta tenaganya. Terasa tarikan gurunya yang mencoba membawanyakembali keluar, namun gadis kecil itu tak mau. Ia ingin bersama adiknyadisaat-saat terkahirnya, setidaknya ada seseorang yang menyayanginya disisiadik kecilnya pada saat terakhir

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 07, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Esme FantasyWhere stories live. Discover now