[24]

735 68 3
                                    

Lari!

Alarm bahaya di kepalanya memerintahkan demikian.

Taehyung terlampau terkejut melihat Namjoon, walaupun pria yang menjabat sebagai presma ini masih menanyainya secara baik-baik.

Tapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi padanya beberapa saat kedepan jika masih bersama dengan pria ini? Pikir saja. Namjoon itu tipe perfeksionis. Bagaimana reaksinya bertemu dengan orang bodoh dan ceroboh semacam dirinya?

Pilihan satu-satunya hanyalah kabur lalu mengakhiri kegilaan ini.

Taehyung mencoba mengecoh Namjoon yang mengejarnya, melemparnya dengan kursi ataupun membalik meja.

Sayang, keberuntungan sedang tidak berpihak padanya. Kakinya tertusuk serpihan kaca hasil ulahnya sendiri. Ketika Taehyung mengaduh, detik itu juga Namjoon berhasil menangkapnya. Rambutnya dijenggut kuat dari belakang sampai kulit kepalanya serasa mau lepas. Tubuhnya otomatis terhuyung. Terjatuh ke lantai dengan tidak elitnya.

"Akh!" Taehyung mengaduh sakit.

"Mau kemana kau pencuri kecil?"

Taehyung terlihat bangkit dan mencoba kabur. Sayang- kaki-kakinya melangkah kalah lebar dengan milik Namjoon, hingga pria itu berhasil mencekal tangannya sebelum ia bisa berlari lebih jauh.

"Le-lepaskan aku!"

Namjoon terkekeh sebentar lalu kemudian mengeraskan rahangnya. Nampak kali aura hitamnya. Pipi Taehyung ia cengkram kuat sampai rasanya kebas. Namjoon benar-benar menjepitnya kuat seperti capit kepiting. "Anak nakal, berani sekali mencoba mencuri di tempatku!"

Taehyung merangsek ketakutan. Tubuhnya bergetar, tangisnya kian pecah. Tangannya yang kecil refleks memegang pergelangan tangan Namjoon. Menahannya agar tidak terlalu kuat mencengkeram pipinya.

"Anak nakal sepertimu harus dihukum"

Taehyung memberontak. Entah dorongan darimana ia berhasil melepaskan diri dari Namjoon. "Tidak. Aku tidak bermaksud" belanya. "Maafkan aku, aku menyesal"

"Kau tahu, aku baru saja dapat 'kuliah' gratis dari rektor mengenai kinerja timku yang menurun tadi pagi. Cukup membuat amarahku tertahan. Dan kau-" tunjuknya pada Taehyung.

"Kau sekarang membuatku murka Taehyung"

"Ti-dak aku mohon" Taehyung manangis keras ketika Namjoon mulai menelusupkan kepalanya pada leher jenjang miliknya. "Janganhh-"

"Tidak- tidak. Aku mohon lepaskan aku"

Namjoon tersenyum miring. "Melepaskanmu? Enak saja"

"Kau santapanku sekarang, Kim"

Jerit pilu Taehyung terdengar kian menyedihkan.

Andai dirinya tidak membuat masalah dengan mencoba kabur, atau andai saja ia tidak dengan lancang dan berbangga hati dengan kecerobohannya- dirinya pasti tidak akan tertimpa susah begini.

"Ah! Ah! Anghhh.. Ah!-" desahnya seirama dengan tusukan yang ia terima. Setiap tumbukannya kuat sampai membuat isi perutnya bergejolak. Jemarinya mencengkeram dinding sampai kuku cantiknya patah bahkan mengeluarkan darah, melampiaskan betapa tersiksanya dia. Prostatnya tertumbuk kuat dan selalu tepat. Lemas. Kakinya seperti jelly. Ingin rasanya meluruh saja, tapi pinggang rampingnya dicengkram kuat oleh lengan berotot Namjoon dari belakang "Yeah so tight, kau menjepitku kuat slut"

Kink bahasa asing yang mematikan-

"Anghh ke-luarh.."

"Bersama slut"

Sperma Taehyung menyemprot dinding dengan nistanya. Pun dengan milik Namjoon yang mewarnai liang surganya.

Di tengah kesadarannya yang sekonyong-konyong timbul tenggelam, Taehyung merintih. Tuhan, ku harap semua ini mimpi.








Namun nyatanya semua memang benar terjadi.

Kau tahu? meskipun masih bisa selamat satu kali dari masalah karena buah kebohonganmu itu, kau akan masuk ke dalam bahaya yang lebih besar dalam kebohonganmu yang selanjutnya. Karena setiap tipu daya di dalam suatu permainan akan memanggil sulit yang lebih besar di setiap tingkatannya.

Hari esok tergantung sekarang.





END
Lanjut ke chapter (28)

Birthday Journey - (END)Where stories live. Discover now