Part VII

56 8 1
                                    

"Oh?" Jihyo melepaskan ponselnya dari telinganya. Kekasihnya tidak menjawab panggilannya. Tak lama berselang, ada pesan masuk ke aplikasi KaTalk-nya dari Mark, mengabarkan bahwa ia tidak bisa mengantarkannya pulang karena ada urusan dengan Jackson.

Ya, tentu saja namanya Mark tetap anak laki-laki, apalagi sudah kelas duabelas pula, sudah sewajarnya Mark punya urusan bersama teman-temannya bukan? Kalau dipikir-pikir lagi, sudah satu bulan ini Mark selalu mendampingi Jihyo kemanapun ia pergi. Bahkan sampai akhir pekanpun, pemuda itu selalu mengajak Jihyo jalan-jalan, atau sekedar bermain di rumah Jihyo.

Jihyo mengangguk saja, harus berusaha memahami kesibukan kekasihnya dan mengatakan oke, lalu menjelaskan bahwa ia akan pulang sendiri. Tak ada jawaban panjang dari Mark, hanya sekilas oke saja. Jihyo masih berusaha berpikiran positif, meski ada secuil perasaan di dalam hatinya yang merasakan kejanggalan dari sikap Mark barusan.

"Jihyo," Sera yang duduk di belakangnya memanggilnya. "Ada apa? Apa ada yang terjadi?"

Jihyo menoleh dan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Oh iya, Sera, hari ini apa kau ada waktu? Mau kutemani untuk menyusun catatanmu selama sebulan ini tidak masuk?"

"Oh, boleh." Sera mengangguk, memperhatikan ekspresi Jihyo lekat-lekat. Gadis itu mengangkat bahu sebelum membereskan buku-bukunya dan mengikuti Jihyo keluar dari ruangan kelas. Mengamati dan berusaha merasakan perasaan hati Putri Hawa yang telah menjadi tugasnya selama satu bulan lebih beberapa hari ini. Cupid itu menggelengkan kepalanya dan memutuskan untuk meneruskan langkahnya bersama si Putri Hawa.

* * *

"Really?!" Jaebum melihat Jackson berseru dengan girang di hadapan Mark. Pemuda itu berjingkat-jingkat kegirangan di hadapan Mark yang tersenyum geli dan menyandangkan tasnya.

"Kenapa?" tanya Jaebum penasaran mengapa Jackson begitu senang.

Jackson menoleh menatap Jaebum dengan kegirangan. "Mark akhirnya mau ikut clubbing lagi malam ini!"

"Sshhh!" Mark mendesis dan melirik ke kanan serta ke kiri, "Jangan sampai terdengar orang. Kalau Jihyo tahu bahaya!"

Jaebum mengangkat alisnya, tidak mengerti. Mark mulai menjauhi Jihyo, tapi tetap tidak mau Jihyo tahu soal ini? Bukankah seharusnya jika benang merah itu sudah diputuskan, perasaan Mark akan hilang seketika kepada Jihyo? Begitu juga sebaliknya.

"Jaebum, kau ikut juga ya, nanti malam?" ajak Mark dengan bersemangat. Alisnya terangkat. "Kupastikan Sera tidak akan tahu kau kemana, bagaimana?"

"O...ke," Jaebum menganggukkan kepalanya.

Dalam perjalanan pulang ke rumah, Jaebum berusaha merasakan energi Nadine, namun tidak terasa energi magis apa pun dari lingkungan sekolah. Jaebum menyimpulkan sendiri bahwa Cupid itu sudah pulang ke rumah manusianya. Tentu saja, setelah sehat mana mungkin Cupid itu mau tinggal dengannya lagi kan?

Memasuki apartemen yang dijadikannya sebagai rumah manusia, Jaebum mengernyit. Kenapa ia justru bisa merasakan kehadiran Nadine dengan jelas disini? Memeriksa kamar tidurnya, tidak ada siapa pun. Tempat tidurnya sudah rapi dengan sekali jentikan Nadine tadi pagi. Tidak pula ada tanda-tanda magis, dan ada orang yang datang.

"Kenapa kehadirannya masih terasa?" Jaebum mengernyit dan mengulang-ulang mencari-cari di sekitar apartemennya. Tidak ada siapa pun, dan tidak ada energi Nadine pula. "Aneh. Seperti hantu yang tidak bisa masuk Thanatos saja," ia menggelengkan kepalanya. "Aku harus mencari-cari..." Jaebum mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya, dan dengan canggung membuka-buka layarnya dengan susah payah. Ketahuilah, sebagai seorang Cerberus, ia memiliki cara komunikasi yang lebih praktis dan mudah daripada aplikasi Kakao Talk yang memakan tagihan kuota. Tapi apa daya, di bumi dia harus bergaul dengan para manusia, dan mau tak mau ia harus melakukan ini dengan benda aneh pipih di tangannya sekarang.

Cupid vs Cerberus [Mark Tuan . Im Jaebum]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt