BAB 2

297 35 1
                                    

☕☕☕ Bab 2 ☕☕☕

***

"Iya-iya, Sha, iya ini berangkat.  Ampun deh cerewet banget sih," keluh Kasih sembari memasang sepatu heelsnya yang belum terpakai.  "Gampang, nanti aku ajak supir taksi jadi pasangan aku, gak ribet," jawabnya ketika Disha lagi-lagi mempermasalahkan Kasih yang akan datang sendirian.

"Taksi!" teriak lantang seorang pria.

"Oh no! Taksi-taksi!" balas teriak Kasih.  Dia harus mendapatkan taksi ini atau Kasih akan terlambat ke cafe kedua yang dibuka Dante.

Namun sayang seribu sayang, taksi itu berhenti di hadapan pria tadi.  Kasih tak melihat wajah pria itu, tapi jelas Kasih kesal karenanya.  Karena pria itu Kasih akan telat datang dan pasti dapat omelan dari sahabat yang kini menjadi iparnya, Disha.

"Ish, ladies first did you know it, Dude?" maki Kasih meninju udara pada taksi yang melewatinya.

Kasih menoleh ke belakang lagi dan mendesah lega saat sebuah taksi kembali akan melintas.  Ia melambaikan tangannya dan ya, kali ini ia mendapatkan taksi tanpa saingan yang menyerobotnya.

***

"Akhirnya kamu dateng, telat banget sih," keluh Disha.

"Bawel, kamu jadi bumil kok tambah bawel sih?" balas Kasih yang langsung diiyakan oleh Ela dan mereka tertawa.

Disha tampak cemberut, dia menghentakkan kakinya sebal.  "Bodo ah, kalian jahat.  Aku mau pipis aja, bye!"

Kasih tertawa lalu mendekati Ela yang sedang menggendong Varo anak lelakinya, sedangkan Virha digendong Widi.

"Allo Varoku tayang, uuh unyu-unyu deh kamu pake jas  gini," goda Kasih menoel-noel pipi pria kecil itu.  Balita itu balas memainkan bibirnya mengerucut karena pipinya disentuh.

"Ah! Rivan, Anda datang." Dante tampak bercengkerama dengan seorang pria yang tersenyum manis.

"Sudah dari tadi, hanya saja barusan saya tidak sengaja bertemu teman lama.  Maaf tidak menghampiri Anda terlebih dulu," balas pria itu sopan.

"Tidak apa-apa, oh ya mari saya kenalkan dengan keluarga." Dante menggiring rekannya itu mendekat ke Kasih dan pasangan Ela dan Widi.  "Yang menggendong bayi perempuan itu adalah adik saya, Widi dan di sebelahnya adalah Ela istrinya."

Kasih membalikkan badannya ketika mendenga Dante tengah memperkenalkan seseorang.  Dan saat pandangannya terangkat jantung Kasih berhenti berdetak sejenak.  Lalu darahnya berdesir hebat mengingat jelas siapa sosok yang tengah berdiri di samping Dante.

Dia berubah, tentu berubah dari yang terakhir Kasih ingat dulu.  Kini pria itu lebih terlihat dewasa dengan cambang tipis yang menghiasi rahang kokohnya.  Tapi mata sendu dan bibir tipis itu tetap sama.  Sama-sama meninggalkan kesan manis berduri dalam hati Kasih.

"Dan yang ini sepupu perempuanku namanya Ka--"

"Hansa!" pekik Kasih menatap Dante cepat.  Ia memberikan kode kepada Dante untuk memperkenalkan dirinya dengan nama tengahnya.  Ia melotot mengancam pada sepupu tertuanya itu.

"Yah, namanya Hansa," ucap Dante mengalah.  Mungkin nanti dia bisa minta penjelasan atas semua ini pada Kasih, nanti.

"Saya Rivan, senang bertemu dengan Anda," balas Rivan yang sepertinya tidak menangkap apapun yang dilakukan Kasih.

Kasih menatap uluran tangan Rivan.  Menjabat pria itu? Err tidak, tidak akan mau.  Dia memalingkan wajah tanpa menerima uluran tangan Rivan.  Membuat Rivan menatap tangannya dan perlahan menarik tangannya dengan senyum kecut.

DISPARAITRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang