11

181 13 0
                                    


Alexa menapati dirinya tengah memandangi kakinya sendiri. Ia terlalu takut untuk mengangkat kepala dan membuktikan bahwa tangannya masih menggenggam tangan Jason. Oke, lelaki ini jelas sadar bahwa mereka masih melakukan itu. Atau sebenarnya tidak, entahlah.

Jason terus menarik dirinya tanpa menoleh kebelakang sedikitpun, sementara benak Alexa dipenuhi dengan kebingungan seperti "Apa yang harus aku lakukan? sialan, situasi macam apa ini? kenapa dia diam saja?, dia terlihat mengerikan, tolong katakan sesuatu!, dan mengapa aku tak memberikan perlawanan?".

Alexa dan Jason sudah keluar sekolah sekitar lima belas menit yang lalu. Dan mereka masih di jalanan dan belum sampai ke rumah. Jason memilih jalan pintas yang harus melewati kebun cemara yang dimana tak banyak orang lewat sana. Jalan itu hanya dilewati jika kau mau mencuri pohon cemara untuk pohon natal dirumah mu. Sedangkan ini masih bulan Juni, yang artinya natal masih enam bulan lagi, tak akan ada satu manusia bahkan satu semut pun yang lewat sini.

Alexa merasa mereka tak perlu bertingkah seolah-olah mereka kabur dari sekolah, meskipun sebenarnya itu adalah fakta. Terlebih lagi Alexa merasa aneh dengan pengetahuan Jason mengenai jalan pintas di desa ini, sedangkan ia baru pindah beberapa hari yang lalu.

Alexa berusaha memecah keheningan yang terjadi. Tetapi ia terlalu takut menginterupsi konsentrasi Jason menemukan jalan keluar. Namun ketidaknyamanan tetaplah ketidaknyamanan. Alexa akhirnya mulai protes meski sedikit ragu.

"Aku tadinya berniat pulang lewat jalan yang biasa ku lewati. Tapi..." tiba-tiba Jason membalikan pandangan ke arah Alexa dengan tatapan melotot.

"Tolong lepaskan tanganku... aku tidak nyaman dengan suasana ini" kata Alexa.

Jason hanya mengalihkan pandangannya lagi kedepan. Lebih tepatnya tak peduli dengan apa yang Alexa katakan. "Sayangnya tidak..." akhirnya dua kalimat keluar dari mulut Jason meskipun mengecewakan.

"Tentu saja IYA..." ketus Alexa. "Aku adalah bos untuk diriku sendiri, kau tidak bisa memerintah diriku tanpa maksud dan tujuan yang jelas. Jadi, kumohon... lepaskan... tanganku" Alexa menghentakan tangannya hingga terlepas dari genggaman Jason.

Jason berbalik dan menatap Alexa dengan wajah marah. Entah apa yang membuat Jason marah, tetapi itu mampu membuat Alexa merasa terintimidasi dan merasa bersalah sudah membentak Jason. Seolah-olah Jason memang tak patut untuk dibentak. Seperti seseorang yang sangat berpengaruh. Seorang dominan.

"Hanya sampai kau sudah masuk kerumah mu. Tetaplah di dekatku dan jangan banyak bicara" ujar Jason.

(Oh, astaga... apa yang barusan dia katakan?) Alexa menggeleng tegas dan berjalan mendahului Jason. Dia seolah tak terkejut atau merespon sama sekali penyataan Jason, padahal dirinya tahu,dan bahkan kita semua tahu Alexa kebalikan dari itu.

"Keras kepala huh? mari kita lihat siapa yang lebih keras kepala disini" ujar Jason.

Alexa tak memperdulikan perkataan Jason hingga dia menyadari dirinya diangkat dan digendong. Bukan sengaja, tetapi Alexa spontan merangkul leher Jason dengan kedua tangannya agar tidak jatuh.

"Apa yang kau lakukan?! turunkan aku sekarang, dasar orang gila!!" teriak Alexa.

Jason tak bergeming. Raut wajahnya tetap datar namun sarat akan ketegangan. Ia sedikit mempercepat langkah kakinya saat menggendong Alexa. Dan lama-lama Jason mulai berlari.

"Apa kau tuli?! kubilang turunkan aku sialan!!!" Alexa benar-benar marah kali ini. Ia merasa tidak melakukan kejahatan hingga harus menerima pelecehan seperti ini. Alexa memberikan perlawanan dengan menghentak-hentakkan tubuhnya. Sesekali Alexa juga memukul dada atau menjambak rambut Jason dengan tangan kirinya. Namun Jason tetap tak menggubris hal itu dan terus berlari.

"Oke, setidaknya katakan sesuatu!! Apa kau menculikku?!!!" Alexa bertanya dengan mata terbelalak "TOLONG! seseorang tolong aku! aku diculik!!"

–(Oh Tuhan... aku sudah menduga hal ini akan terjadi. Aku tahu ada yang salah dengan tetangga baruku ini)- ucap Alexa dalam hatinya.

"Kau pasti bercanda" ucap Jason sambil terkikik. "Tutup mulutmu nona. Aku sedang menyelamatkan nyawamu saat ini".

Alexa tak peduli dengan ucapan Jason sama sekali. Ia terlalu mendalami pikirannya yang mengatakan Jason telah menculik dirinya. Alexa bahkan mulai merengek dan menangis kencang.

"Apapun yang kau dan orang tua mu rencanakan, aku bersumpah kalian tak akan bisa hidup dalam ketenangan!" ujar Alexa sambil terisak menangis.

"Kita sampai" tukas Jason.

Entah sejak kapan dan bagaimana bisa mereka dengan cepat sampai di depan gang rumah Alexa. Dan rumah Jason juga. Padahal hutan pinus itu berada jauh di sebelah barat Penville. Apa karena Alexa yang terlalu sibuk menangis dan berteriak hingga tak menyadarinya, atau Jason yang memiliki kekuatan entah bagaimana bisa berlari seperti kuda.

"Turunkan aku di sini. Ibuku akan sangat marah jika melihatku bersama lelaki kecuali Jevin (-sial, kenapa aku masih menyebut nama itu-). Ehem.. apalagi kau menggendongku seperti bayi."

"Apa kau masih ingin berteman dengannya?" tanya Jason sambil menurunkan Alexa.

Mereka berjalan santai menuju rumah masing-masing. Alexa menggenggam tasnya dengan kedua tangan seperti kutu buku. Sedangkan Jason hanya menyandangkan tasnya di bahu kanan dan tangan kirinya masuk ke kantong celana. Sekilas Alexa memperhatikan gestur Jason yang berjalan seperti model. Jason memang pantas jika menjadi model terkenal. Dia gambaran dari lelaki sempurna untuk profesi itu.

"Jevin? tentu saja tidak, aku terlalu kecewa untuk melihat wajahnya lagi..." Alexa berhenti sejenak "tapi bagaimana kau tahu aku sedang marah dengan Jevin?"

"Bukan.. bukan dia. Yang kumaksud adalah teman sebangkumu yang berkulit kecoklatan" ujar Jason.

Entah mengapa Alexa merasa Jason tipe orang yang sering bertanya hal random yang tak penting, namun seolah-olah ia tahu segalanya.

"Maksudmu Betti? tentu saja. Dia temanku yang paling baik dan selalu ada untukku" jawab Alexa dengan wajah meyakinkan. "Apa maksudmu menanyakan hal itu"

Lalu Jason memberikan jawaban yang membuat Alexa tersentak.

"Dia bukanlah temanmu" lalu Jason berjalan mendahului Alexa dan masuk ke rumahnya.

Jason membuka pagar lalu cepat-cepat menutupnya kembali tanpa memperdulikan Alexa yang berdiri di depan. Ia lalu masuk kerumah dan sedikit membanting pintu cukup keras. Karena memang pintu rumah itu terbuat dari bahan yang kuat dan berat sehingga butuh sedikit tenaga untuk menutup atau membukanya.

Tanpa disadari Alexa hanya memperhatikan Jason dari tadi. Ia lalu tersadar dari lamunan dan berjalan menuju rumahnnya. Alexa menggumam "Apa yang dia tahu tentang pertemanan" sambil mencibir.

Mr. Vampire and MeWhere stories live. Discover now