6

991 46 6
                                    

Pukul enam sore di Penville yang sejuk dan mulai gelap, Alexa masih cukup cantik sehingga kaum laki-laki di teras rumah-rumah yang dilewatinya selalu menggoda. Seharusnya dia pergi ke pesta dansa bersama Betti, atau setidaknya langsung pulang ke rumah dan menonton film. Apa saja.

Alexa mendesah. Yang benar saja. Kalau tidak menemui Jevin hari ini aku bisa gila melewatkan kesempatan kecupan kening tadi, hihi. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ibunya, Maria Sanders. "Apa?" kata Alexa pada benda itu. "Aku baru saja keluar dari rumah Jevin, dalam perjalanan. Ibu butuh sesuatu?"

"Apa kau bisa membelikanku daging ke paman Hein?" jawab Maria. "Dan mintalah beberapa potong daging ayam, saat weekend akan cepat kehabisan. Mengingat hanya dia yang menjual daging didesa ini." Dan Alexa baru saja melewati rumah paman Hein. Rumahnya kotor dan bau darah sapi dimana-mana. Paman Hein tinggal sendiri sejak masih bujangan, begitulah menurut ceritanya. Beberapa gosip mengatakan jika dia tak tertarik dengan wanita, yah semacam itulah. Tapi Alexa tahu betul bahwa itu tidak benar, dilihat dari cara ia memandang ibunya pun sangat kentara. Beberapa kali paman Hein mengantarkan daging atau sayuran segar dari kebun miliknya ke rumah, dengan alasan ibu Alexa yang minta. Dan sebanyak itu pula paman Hein merasa kecewa karena ibu tak pernah merespon lelucon garingnya maupun pujian-pujian terselubung dari setiap kalimat yang diucapkannya. Misalnya seperti "Bunga anggrek kuning yang tumbuh di kebunmu ini sangat cantik, tak mudah membuatnya tumbuh tanpa keberuntungan yang terberkati." Begitulah. Namun hati tak ada yang tahu seberapa dalamnya. Mungkin, mungkin saja ibunya hanya butuh waktu sedikit lagi. Semua butuh proses bukan?

Alexa melangkah masuk dari pagar berkarat itu, berpijak di lapangan rumput luas yang berbau khas. Alexa heran dengan lapangan rumput yang terlalu luas untuk ukuran rumah paman Hein yang kecil. Dan tampaknya paman Hein baru saja memotongnya karena memang sudah cukup panjang. Melangkah menuju teras rumah yang kotor bahkan bisa dibilang jorok. "Paman Hein, apa kau dirumah" seru Alexa sambil mengetuk pintu, namun tak ada jawaban. Alexa berpindah tempat menuju kandang sapi di samping kiri rumah paman Hein, dan melihat si tukang jagal ada disana. Berdiri lesu sambil menyuapi sapi-sapinya dengan sisa rumput yang ia potong –sekarang terungkap sudah alasan luasnya lapangan rumput tadi-. Paman Hein memakai kemeja kotak-kotak khas peternak dengan sepatu boot penuh lumpur di telapaknya. Matanya mengisyaratkan bahwa ia kelelahan dan butuh istirahat. Alexa berniat mengejutkan paman Hein tadi, namun niatnya diurungkan karena tak tega. Alhasil ia hanya memanggil paman Hein dengan suara parau "Selamat sore paman Hein..." ditambah senyuman manis. "Oh Alexa, ada apa?" tanya paman Hein.

"Seperti biasa paman, ibu ingin beberapa daging sapi dan ayam"

"Maafkan aku, stok daging sapi sudah habis dan aku baru akan memotongnya besok pagi. Tapi aku punya sedikit di kulkas rumahku jika kalian mau" ucapnya sambil mengerutkan dahi. "Tak apa paman. Aku akan membeli daging ayam saja" ujar Alexa. "Tidak Alexa, aku memaksa. Tunggu disini, aku akan mengambilnya dirumah. Kau jaga sapi-sapiku karena mereka terlihat stres dan ketakutan."

Yah, itulah salah satu bentuk perhatiannya pada keluarga Alexa, mungkin untuk ibunya. Alexa hanya tersenyum ketika paman Hein menatapnya dan berlalu pergi. Keriput di mata paman Hein sangat banyak dan wajahnya kusam, dan itu dapat dimaklumi karena tak ada lelaki yang hidup sendiri pandai mengurus diri. Tapi ia sangat pandai dalam mengurus sapi-sapinya. Bagaiman ia bisa tahu dan merasakan kebahagiaan atau ketakutan sapi, itu cukup mengesankan. Namun, setelah diperhatikan, sapi-sapi ini terlihat khawatir. Beberapa dari mereka ada yang hanya berdiri dipojok kandang dan tak menyentuh makanannya. Dan ada pula yang bergerak tak tentu arah. Seperti merasakan kegelisahan yang dalam. Lalu tiba-tiba Alexa dikejutkan dengan suara satu sapi. "Moooooo" dan dilanjutkan teman-temannya, membuat bising daerah perkandangan.

"Ada apa?" tanya paman Hein yang ternyata sudah kembali bersama sekantong daging. "Aku tak tahu. Mereka tiba-tiba aneh dan gelisah" ujar Alexa. "Mungkin mereka terkejut melihat perempuan cantik datang kekandang"

"Pfftt, paman berlebihan" ketusnya. "Ambilah, dan jangan lupa beri perasan air jeruk sebelum dimasak. Dan kusarankan untuk berlari saat perjalanan nanti, karena hari mulai gelap dan hujan akan turun". Alexa mengangguk dan berlalu sambil mengucapkan terimakasih.

Ps : Maafkan part 6 yang sangat pendek T_T

temen-temen komen dong mau endingnya gimana? 

Mr. Vampire and MeWhere stories live. Discover now