***

Panji melirik lagi ponsel di genggamannya yang hanya menampilkan beberapa ikon aplikasi penting dan tidak terlalu penting di layarnya. Masih sama, tak ada satu pun pesan balasan atau panggilan dari gadis yang menjadi ratu di hatinya sejak dulu itu. Beberapa kali ia mengirim pesan dan memanggil nomornya, lagi-lagi suara operator yang menjawab yang menandakan jika nomor yang dituju sedang tidak aktif. Ke mana Lea? Ia sangat khawatir dengan kondisi gadis itu setelah interogasi atas terbongkarnya hubungan gelap mereka pada malam itu. Dan setelah malam itu, keesokan harinya ponsel adiknya tidak bisa dihubungi sama sekali membuatnya tidak bisa tenang dan tidur nyenyak semalaman. Jangan ditanya bagaimana rindunya ia pada gadis yang dicintainya itu yang sayangnya memiliki ikatan darah yang sama dengannya. Ia sangat merindukan gadis itu hingga rasanya begitu sesak di dadanya. Bayangan-bayangan momen kebersamaan mereka dan keintiman mereka tergambar kembali di benaknya bagai video rekaman yang terus memutar tanpa henti dalam pikirannya. Keputusan ayah kandungnya yang berencana akan mengirim Lea kembali ke Inggris sungguh sangat menganggunya sejak dua hari ini.

"AAARGGGGHHHH!!!!" teriaknya frustasi. Ia mengacak rambutnya kesal. Matanya kembali memandang pemandangan kota dan gedung-gedung dari balik kaca jendela ruangan pribadinya yang besar itu. Pikirannya benar-benar kalut. Ia tak bisa melepaskan Lea begitu saja meski ia tahu ini salah. Ia bingung dengan apa yang harus dilakukannya untuk menyelamatkan hubungan mereka.

Tok tok tok ....

Terdengar suara pintu ruangannya diketuk diiringi dengan terbukanya pintu.

"Pak, ma—" ucapan lelaki muda yang memasuki ruangan Panji langsung terhenti kala melihat kondisi ruangan sang atasan yang..., kacau. Lelaki itu terkejut dengan kondisi ruangan yang biasanya selalu bersih dan rapi, kini terlihat berantakan. Ia mencium bau rokok dan ia melihat di meja kerja sang bos ada asbak juga dua bungkus rokok, juga beberapa kaleng minuman soda dan bungkus makanan ringan, menambah buruknya pemandangan yang tak pernah terlihat olehnya selama ini selama ia bekerja dengan lelaki itu. Setahunya atasannya itu tidak pernah terlihat merokok. Ia berpikir mungkin lelaki itu hanya merokok di saat sedang jenuh saja seperti dirinya.

"Masuk, Nu!" pintanya. Kemudian lelaki muda itu masuk ke dalam sambil membawa beberapa dokumen di tangannya. Meja kerja sang bos terlihat benar-benar berantakan dengan beberapa file dokumen yang tidak tersusun teratur seperti biasanya dan bercampur dengan sampah rokok serta makanan dan minuman. Ia menghela nafasnya. Panji membalikkan tubuhnya untuk menghampiri sekretarisnya itu. Lelaki itu melihat raut wajah sang bos yang tak kalah berantakannya. Wajah tampan itu terlihat muram dan tidak bersemangat seperti biasanya. Ia mengerutkan keningnya. Apa bosnya sedang ada masalah? Ah, mungkin bosnya sedang galau. Maklum, bosnya juga manusia biasa yang bisa bersedih juga.

"Ini dokumen yang sudah saya siapkan untuk bahan meeting nanti, Pak. Bapak tinggal cek lagi saja dan kalau ada yang kurang bisa hubungi saya lagi." ucapnya yang diangguki oleh Panji.

"Oke. Terima kasih." lelaki muda itu mengangguk dan undur pamit dari sana. Ia tak bertanya apa pun tentang keadaan Panji hari ini yang tidak begitu baik. Ia cukup paham dengan apa yang sedang dirasakan bosnya dan memilih untuk mengabaikannya saja karena ia takut disebut ikut campur jika lancang bertanya. Sepeninggal bawahannya, Panji menatap kembali beberapa dokumen yang dibawa oleh sekretarisnya tadi. Ia menghela nafasnya. Siang ini adalah jadwal meeting dengan perusahaan besar yang sudah menjadi targetnya beberapa bulan ini. Begitu sulit membujuk perusahaan itu untuk bekerja sama dengan perusahaannya. Dan sekarang waktunya ia harus menunjukkan keprofesionalannya sebaik mungkin demi kemajuan perusahaan ini. Ia memejamkan matanya sejenak. Ia mencoba untuk melupakan bayangan Lea sebentar dari pikirannya, tentang hubungan mereka juga yang sedang di ujung tanduk. Ada hal yang lebih penting untuk ia hadapi saat ini demi kelangsungan hidup banyak orang yang menggantungkan hidup pada perusahaan milik ayah tirinya ini.

This LoveWhere stories live. Discover now