[01]Bukan pertama, apalagi terakhir

2.9K 206 22
                                    

Hai Yeorobun, do'a kan Ff ini supaya sampai Tamat ya.

Enjoy~





PRRANG!!

30 menit yang lalu Vas bunga cantik berwarna cream itu masih utuh.

Masih terletak apik di atas meja ruang tv, bersebelahan dengan toples keripik yang isinya sudah tandas meninggalkan remahan berminyak.

"Sialan kau! Anak tidak tahu malu!"

30 menit yang lalu, tidak ada kata kata kasar yang diterima pemuda berambut coklat, bernama Park Jimin.

PLAK!

30 menit yang lalu tidak ada perlakuan keji yang membuat pipi pemuda Park Jimin itu memerah dengan bercetakan telapak tangan.

30 menit yang lalu semuanya baik baik saja, tidak ada perlakuan yang membuat Park Jimin menangis. Sebaliknya, wajah dan rambutnya dielus sayang, berbaring disofa kumuh berbantalkan paha ibunya.

Senyum tenang dan bahagia tercetak di bibir Jimin 30 puluh menit yang lalu karena perlakuan hangat dari ibunya.

Yah, sebelumnya baik baik saja.

bahkan hampir menjadi hari paling baik menurut Jimin karena sebagian gaji buruh serabutnya dia berikan pada sang Ibu, membuat wanita paruh baya itu berterima kasih atas baktinya.

jika saja Ayahnya tidak datang. Hari ini adalah hari paling baik baik saja diantara hari hari pilu yang dia lalui sebelumnya.

"Anak durhaka! Kau memberi Ibumu duit haram hasil menjual badan! Anak macam apa kau ini Park Jimin!!"

Jimin hanya bisa memejamkan matanya erat, enggan melihat Ibunya yang mulai menggila murkanya. Juga enggan melihat senyum remeh yang dilayangkan padanya oleh lelaki paruh baya yang duduk disofa.

Lelaki yang duduk disofa itu adalah Ayah tirinya, seorang Ayah yang baru saja memfitnah anak tak sedarahnya semena mena.

Lelaki itu melakukan kebohongan, mengatakan kalau dia tidak sengaja bertemu Jimin disebuah hotel mewah, dan uang yang Jimin berikan pada Ibunya itu adalah hasil dari menjual badan dengan para pengusaha kaya.

Sontak Ibunya murka, langsung bangkit begitu saja tidak perduli dengan Jimin yang terjatuh ke lantai dari pangkuannya.

Pantas saja Jimin membaginya uang hasil kerja pemuda itu, padahal tidak biasanya. Ia berusaha berfikir postife, mungkin rejeki besar sedang menghampiri putranya.

Ternyata bukan, anaknya menjual diri disebuah Hotel mewah yang mungkin sudah berbintang lima. Itu yang dia dengar dari mulut suaminya.

"Ibu, uang itu bukan uang haram" jelas Jimin, tangannya masih menggerayangi pipi kirinya yang panas bekas tamparan. "Itu hasil uangku bekerja"

"Yah, bekerja diatas tubuh pria berkantong tebal" timpal ayahnya memperkeruh.

"Tidak" Jimin tidak membenarkan. Dia sama sekali tidak melakukan hal seperti apa yang Ayahnya itu katakan.

Memang, 30 menit yang lalu dia tidak sengaja bertemu Ayahnya di Hotel. Ia keluar dari gedung mewah itu sedangkan Ayahnya baru saja masuk. tapi yang Jimin lakukan disana bukan menjual badan melainkan bekerja.

Seseorang mengajak Jimin bekerja disana khusus hari ini saja. Jadi tukang cuci piring sementara sedangkan pekerja aslinya sedang ada kendala sehingga tidak bisa masuk berkerja.

Jimin menyanggupi, semua pekerjaan akan dia lakukan asalkan itu bisa menghasilkan uang.

Dan uang yang ada di kantong celananya dan juga yang ada digenggaman Ibunya itu adalah gajinya. Gaji dari jerih payah menggosok piring kotor berminyak hingga sekat bersih mengkilap.

You Should Love Yourself [YoonMin]Where stories live. Discover now