"Baiklah."

Lalu suara pintu terdengar membuka. Sepertinya ibu Taehyung dan gadis bernama Sujeong itu sudah keluar. Selanjutnya yang terdengar adalah suara seseorang yang sedang beres beres, mungkin Jungkook sedang membereskan kameranya.

Setelah itu suara langkah kaki berjalan, disusul suara pintu menutup lalu seketika menjadi hening, benar-benar hening. Hening hingga suara nafas kami berdua yang terdengar. Kami tidak melakukan apa-apa, hanya terduduk dengan posisi yang sama.

"Aku akan mengecek dari CCTV, tunggu disini," katanya mulai beranjak. Sementara aku tidak merespon tetapi menurutinya karena terduduk masih dengan posisi yang sama. Tak lebih dari satu menit ia kembali. "Keluarlah, mereka semua sudah pergi," ia memberikan tangannya, tetapi aku tidak menyambut itu karena harus menutupi diriku sendiri dengan selimut.

Aku segera bangkit untuk keluar. Kurasakan rautnya kini berubah seperti aku mengenalnya seperti biasa.

"Mau kemana, kita perlu bicara."

"Apa yang perlu dibicarakan dari orang sinting sepertimu, seperti Jungkook. Kalian gila!"

Ia mengigit bibir bawahnya, memberiku atensi yang sedikit banyak membuatku tidak suka. Meredup seperti memohon lagi supaya aku tidak bisa membencinya. Demi Dewa, aku benci sisi diriku yang ini.

"Aku minta maaf karena memperlakukanmu seperti tadi."

"Aku tidak perduli. Kalian semua ingin menghancurkanku," kataku. Niatku ingin melanjutkan langkah ke pintu kamarnya untuk kembali ke kamarku, keluar dari neraka jahanam ini. Mereka semua sinting. Namun tiba-tiba ia berjalan lebih cepat dan mencegatku dari depan.

"Tetapi itu tidak terjadi. Aku mencegahnya, aku tidak ingin melakukannya. Aku tidak mau menyakitimu meski kau telah mengkhianatiku. Kau pikir semua ini terjadi secara kebetulan?"

Kulihat wajahnya sangat serius, bahkan tampak putus asa seperti ia sedang menyampaikan kebenaran. Sungguh, aku takut jika dia memiliki penyakit kejiwaan. Namun di satu sisi aku seperti diingatkan tentang hutang penjelasan karena dia selalu menuduhku sebagai pengkhianat. Haruskah aku mengakhiri semua kesalahpahaman ini? Sungguh aku lelah.

Aku mendecak kesal, membalikkan langkah dan duduk di pinggir kasurnya. Ia juga melakukan hal yang sama, duduk di sebelahku. Tidak pernah kulihat ia seserius ini sebelumnya. Ia menjilat bibirnya, seperti kebiasannya lalu menatapku, membuatku diriku sebenarnya merasa tidak cukup baik karena tatapannya yang tajam dan melembut secara bersamaan.

"Kau harus tahu kenapa aku melakukan ini padamu. Aku benci karena kau mengkhianatiku. Aku percaya penuh padamu, tidak main-main. Aku menganggap kau dekat dan bukan orang lain. Tetapi kau malah bersedia menjadi budak kakakku. Aku tidak tahu seberapa banyak uang yang ia tawarkan tetapi pada kenyataannya kau bersedia menghancurkan masa depanku. Hatiku sakit. Aku tidak pernah membayangkan kau tega melakukan itu. Sungguh, aku ingin menghancurkanmu, menghancurkan hidup orang yang ingin menghancurkanku meski aku tidak tahu kenapa malah menyelamatkanmu seperti sekarang. Aku bingung pada diriku sendiri. Aku hanya tidak ingin aku membenci dirimu. Aku tidak ingin Seokjin mengenal dirimu dan kau menjadi jahat karenanya. Aku tidak bisa menghancurkanmu, menyingkirkanmu dari hidupku. Aku tidak bisa membencimu."

Dosakah jika hatiku rasanya membuncah mendengar pernyataannya barusan sementara ia sendiri terlihat kurang baik?

"Rasanya sama seperti apa yang kurasakan pada mereka dan ibu tiriku. Sejahat apapun mereka padaku aku tetap sayang pada mereka, menyayangi mereka. Sialnya, aku merasakan hal yang sama padamu." Rautnya kian muram, Taehyung tampak sedih, membuat hatiku turut pilu dan seolah merasakan apa yang ia rasakan. Maka aku menurunkan satu tanganku, menggantikan pegangan selimutku pada tangan satunya. Baru kali ini aku melihat ia sesedih itu.

HOUSEMATE ✔Where stories live. Discover now