Part 12-Bad Boy

700 41 0
                                    

***
Keesokan paginya, suasana kampus sedang di guyur hujan lebat. Para mahasiswa yang datang mayoritas menggunakan payung sebagai pelindung diri mereka menuju ruang kelas, dan mayoritas merasa malas pergi kuliah akibat hujan yang membuat mereka kerepotan.

Tapi tidak bagi Khalifa. Gadis manis itu sedang menengadahkan tangannya di bawah bangku hijau utama kampus sembari memejamkan matanya untuk menikmati dinginnya air hujan dan menghirup aroma hujan yang menenangkan pikirannya.
Khalifa membuka kedua matanya perlahan. "Kenapa sebagian orang menyalahkan hujan? Seharusnya kan mereka bersyukur karena turun hujan. Mereka ga tau kalau di luar sana, banyak daerah yang kekeringan akibat ga turun hujan jangka panjang," gerutunya kesal. "Em, tapi ... sampai kapan aku di sini dan ga masuk ke kelas? Duh, udah mau jam 8 lagi," ucapnya yang melihat ke arah jam tangan. "Apa, terobos aja kali ya? Basah dikit ga masalah ah."

Khalifa mulai melepas gendongan tasnya untuk ia taruh di atas kepala sebagai pengganti payung. Itulah sisi kelemahan Khalifa yang selalu tak sedia payung sebelum hujan, padahal ia tau bahwa sekarang adalah musim hujan.

SPRASH!

Khalifa melangkahkan sepatu pinknya, menerobos air yang jatuh dengan sedikit berlari. Ia tak memerdulikan lagi sepatunya yang semakin basah. Yang ia pikirkan adalah agar tidak telat masuk ke dalam kelas sampai ia tak menyadari bahwa ia kana melewati sebuah kubangan air besar yang jika motor atau mobil melewatinya, maka baju yang ia kenakan akan basah dari atas hingga bawah.

SPRASH!

Langkah kaki Khalifa terhenti. Ia mendengar cipratan besar air yang berasal dari laju kendaraan di sampingnya, tapi air itu tak mengenai tubuhnya sama sekali, dan itu yang membuatnya berhenti melangkah dan seketika menoleh ke sumber bunyi yang ia dengar.

Rupanya, seorang laki-laki jangkung berbadan bidang yang melindungi Khalifa dari air cipratan jalanan dengan payung bening yang ia kesampingkan dan membiarkan kepalanya basah terkena air hujan. Beberapa detik kemudian, laki-laki tersebut perlahan menoleh ke arah Khalifa dengan senyum manisnya.

Khalifa membelalak. "Kk-kamu? Cha-" ucapnya gagap sembari menunjuk ke arah laki-laki yang super menyebalkan bagi Khalifa.

"Lain kali sedia payung sebelum hujan. Apa sedia gue dulu sebelum hujan?" tanyanya sedikit bercanda.

"Kok kamu tiba-tiba ada di sini?" tanya Khalifa heran.

"Mau berapa lama kehujanan? Lo mau sakit?" seketika, Chanyeol membawa payungnya lebih tinggi darinya untuk memayungi kepalanya dan Khalifa.

Mereka langsung berjalan beriringan di bawah rintikan hujan pagi hari, menambah kesan dingin yang benar-benar dingin. Hanya ada bunyi cipratan dari masing-masing hentakan kaki serta bunyi hujan yang menciptakan suasana tenang. Mereka seolah tak peduli dengan orang-orang yang melihat mereka berjalan beriringan dalam satu payung ataupun adanya gosip yang akan menerpa.

Canggung, hening, tegang. Mungkin itu yang tengah Khalifa dan Chanyeol rasakan. Rasa seperti api, kemudian berubah setenang air. Namun tak ada yang tau, bisa saja api itu hadir dalam bara hati mereka ataupun es yang membekukan hati keduanya. Yang jelas, hujanlah yang membuat api itu sirna.

"Ekhem," deham Chanyeol dengan sengaja tanpa menoleh.

Khalifa menoleh sekilas dengan wajah suram. "Kenapa?"

"Lo ga ngerasa, penghuni kampus pada ngeliat ke arah kita?"

"Ngerasa," jawabnya tanpa menoleh.

"Terus lo ga mau kepo gitu?"

"Ngapain juga aku harus kepo?" jawabnya dingin.

"Ish, jawabnya singkat banget," komentarnya kesal. "Lagian, emang lo ga kepo juga selama dua hari gue ke mana?"

CINTA FISABILILLAH [TAMAT] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang