Friend Forever?

52 7 0
                                    

aku dan Fredo sekarang duduk disalah satu bangku yang tersedia di taman kota ini. Saling berdiam diri tanpa berani mengucapkan sepatah kata apapun. Aku yang memang tak berani mengucapkan apa-apa hanya bisa melihat keatas langit yang dihiasi oleh bintang pun juga bulan. Aku menghela nafas bukan karena aku bosan hanya aku lelah. Lelah untuk menunggu.

"Chiara,kenapa kau memutuskan untuk ke luar negeri." Fredo membuka suara. Aku mengalihkan perhatianku kearah Fredo.

"Kenapa kau bertanya seperti itu,hm???" Aku bertanya lagi.

"Aku hanya penasaran saja." Jawabnya.

"Well-jika kau ingin tahu,aku akan memberimu dua pilihan. Aku berkata jujur atau bohong." Balasku sambil menatap kedua bola matanya. Dan lelaki itu tampak berpikir keras. Aku berharap dia ingin aku mengatakan yang sebenarnya. Tapi ternyata,"aku ingin kau berbohong."

Dengan senyum terpaksa aku menjawabnya,"aku lulus di fakultas kedokteran dari universitas negeri ternama.aku tidak ingin aku mengambil gelar spesialis di Indonesia. Terkesan sombong. Tapi didalam hidup kau harus terus memdapatkan yang lebih baik agar kau tidak kalah saing."aku menghela nafas. Jujur itu adalah kebohongan terbesarku walaupun tidak seluruhnya itu bohong.

"Chiara,jika kau dapat mengulang waktu, waktu yang mana akan kau pilih untuk kau ulangi kembali?" Tanya Fredo

Jika aku dapat mengulang waktu,aku ingin mengulang kenangan kita disaat kita masih kecil agar aku bisa lebih dekat denganmu.jawabku dalam hati. Aku hanya bisa menyimpan kalimat itu dalam hatiku karena Fredo pun memintaku untuk berbohong.

"Chiara,kau bisa menjawab pertanyaanku?"

"oh ya,soal itu..jika aku dapat balik ke masa lampau..aku tidak ingin merubahnya karena apa yang sudah terjadi biarkanlah itu terjadi." Jawabku berbohong.

"jawaban bagus Chiara." Fredo tersenyum lalu memegang kedua tanganku. Sial,aliran hangat milik Fredo sudah ditransfer ke tanganku. Dan lebih sialnya lagi dia menatap kedua bola mataku dan tetap memberikan senyumnya yang sialan manis itu.

"terima kasih pujiannya Fredo." Aku tersenyum enggan sembari berusaha melepaskan tanganku dari tangannya.

Tanpa terasa sudah hamper dua jam kami duduk menghabiskan waktu kami.. bercerita mengenai banyak hal dan berusaha menghindari topic masa lalu kami. Dan dia pun sepertinya mengerti jika aku tidak mau membahas hal gila itu. Jika kami membahasnya mungkin saja aku sudah menangis atau bahkan pingsan. Jadi untuk menghindari kejadian itu aku sengaja tak mau membahas masa kecil kami.

"ini sudah larut malam. Aku yakin kau besok akan praktek. Ayo kita pulang." Kata Fredo kepadaku dan kini dia menggamit tanganku untuk yang kedua kalinya. Aku menatap tangannya yang sudah memegang tanganku. Hatiku berdesir aneh. Entah karena apa,yang pasti aku merasakan dia tidak akan pernah pergi lagi dari hidupku.

"Fredo,sebelum kita pulang apa bisa aku bertanya sesuatu padamu?" tanyaku menatap wajahnya yang kelihatan bingung.

"tidak mungkin tidak boleh." Balasnya sambil mengedikkan bahunya.

"apa sekarang kita teman? Teman selamanya?" tanyaku dan kurasakan tubuhnya menegang karena tangannya mengepal kuat tanganku.

--

Flashback

Green Mount Villa

"bentangkan tanganmu,dalam hitungan ketiga kita akan berlari dari puncak bukit ini." Kata lelaki yang berumur 10 tahun itu kepada seorang gadis yang berumur 9 tahun itu.

"aku takut Fredo..." gadis itu merengut manja kepada Fredo si lelaki pemberani.

"Chic,kau tidak perlu takut aku disampingmu kok." Ujar Fredo menenangkan gadis kecil itu. Dan dengan takut-takut berani gadis yang menggerai rambutnya itu membentangkan kedua tangannya lalu menutup kedua matanya dan merasakan angin pagi menyapa dirinya.

UNSTOPPABLEWhere stories live. Discover now