Bab 33. Bocor Parah

77.1K 6.1K 255
                                    




Barta kembali ke kamar. Dilihatnya cewek itu masih tidur pulas di atas tempat tidur. Dia bergabung di sana, mengusap rambut Phoebe pelan. Senyumnya melebar, kemarin-kemarin Phoebe sudah bangun dan sibuk di dapur. Barta mengira cewek itu hanya membantu kedua sepupunya yang sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka.

Tetapi sebaliknya. Phoebe yang sibuk menyiapkan untuk mereka. Mengabaikan tangannya yang terluka karena tidak mau dipisahkan dari Barta. Phoebe mengetahui bahwa perasaan Barta tidak ada untuknya. Besar kemungkinan Niken berkesampatan memilikinya, lagipula mereka masih keluarga. Dari pihak-pihak mereka tentu saja tidak keberatan untuk mempersatukan mereka.

"Selamat pagi..." Barta menyambut Phoebe yang belum sadar sepenuhnya.

Cewek itu buru-buru bangun hendak melompat dari atas tempat tidur ketika menyadari jendela kamar sudah memancarkan sinar matahari. Namun Barta mencegah cepat, "Bar, ini udah pagi. Bee harus ke bawah."

"Nggak boleh!" Barta menggeleng. "Kembali tidur." Suruhnya.

"Tapi..."

Barta tidak mau mendengarkan penolakan. Dia mendekap cewek itu agar tidak bisa bangun. "Jangan masak lagi atau bersih-bersih rumah." Kata cowok itu pelan. "Kalau lapar tinggal order."

Kesadaran Phoebe tentang tadi malam sudah kembali. Dia mengerucutkan bibirnya sedih. "Bar, maafin Bee ya. Bee ngerusak hubungan sodara kamu dan mereka." Phoebe merasa sangat bersalah. "Bee nanti nyapu dan ngepel kalau rumah kotor."

"Nyapu aja, jangan ngepel. Lagian nggak kotor, cuma kita berdua aja di sini." Jawabnya.

Phoebe mengerutkan dahi. "Kak Niken dan kak Nadya kan ada." Ucapnya mengingatkan.

"Udah kuusir." Jawab Barta santai.

Cewek itu menyingkap tangan Barta dari tubuhnya lalu duduk. "Lho, di usir kemana? Nanti kalau mama marah bagaimana?"

Barta mengambil posisi berbaring sembari menatap Phoebe yang masih kebingungan. "Jangan dipikirin lagi. Di sini cuma kita berdua."

"Tapi..."

"Bee..., kamu bandel banget sih!" Barta menggeram.

Cewek itu mengerucutkan bibirnya lalu kembali berbaring di samping Barta. "Terus mereka udah pulang?"

"Hem." Phoebe semakin merasa bersalah, sekarang dia tidak tenang. Tidak tahu alasan apa yang akan diberikan pada Rachel jika sudah pulang nanti. "Jangan dipikirin!" Barta kembali mengingatkan.

"Maafin, Bee, Bar." Ucapnya pelan.

"Apa lagi?"

Phoebe semakin sedih. "Sebenarnya..." Dia ragu untuk melanjutkan. Tapi sudah terlanjur dan cowok itu menunggu kelanjutan kalimatnya. "Sebenarnya Lea udah tau kalau Bee udah menikah sama kamu." Lanjutnya.

Barta melotot tidak percaya. "Aku udah pernah peringatin kamu kan, Bee?!" Katanya tajam.

Phoebe mengangguk pelan. "Bee curhat sama Lea. Soalnya Bee nggak tahan sama sepupu kamu. Bee kecapean tapi nggak pernah dikasih makan. Bee masak tapi mereka larang Bee ikut makan. Terus makanan dihabisin. Bee juga capek naik turun tangga nyapu dan ngepel. Motongin rumput. Bersihin kolam renang dan ngerjain lainnya."

Barta diam. Mengerti jika Phoebe yang tidak pernah mengerjakan pekerjaan berat itu sendirian membutuhkan teman curhat untuk meluapkan emosinya. Terutama sekarang dia sedang hamil. Emosinya rentan dan labil.

"Bee nangis. Kamu juga makin jarang pulang ke rumah. Pulangnya setelah Bee udah tidur. Bee juga kangen mama." Ceritanya.

Barta meringis, merasa bersalah pada cewek itu. "Terus?"

"Bee nggak sengaja cerita. Soalnya Lea ngajak Bee periksa kandungan. Bee katanya pucat banget, terus kurusan juga." Ceritanya.

"Dia juga udah tahu kalau kamu hamil?"

Phoebe mengangguk membenarkan. "Iya. Udah dari lama." Jawabnya. Barta mendengkus kesal. "Bee nggak sengaja bilang kalau Bee juga hamil seperti Lea. Terus Lea ngajak Bee kontrol bareng ke rumah sakit. Dokternya Lea ternyata kak Bintang."

"Mulut kamu, Bee. Parah banget bocornya!"

Phoebe menggeleng tidak terima. "Cuma Lea yang tahu kalau Bee hamil dan menikah. Lea udah janji nggak bakalan bongkar ke siapapun."

"Kamu percaya?"

Phoebe mengangguk membenarkan. "Lea baik sama Bee. Bee udah anggap Lea seperti kakak sendiri. Lea kan sering ajak Bee nongkrong di kafe samping sekolah." Ceritanya sembari senyum. Phoebe sangat senang memiliki teman dekat sekarang, teman yang mengajaknya nongkrong di kafe sambil curhat-curhatan. "Katanya Lea nanti nikah setelah lulus."

Barta mendengkus. Rasa itu ternyata masih ada. Tapi dalam hati sedikit lega karena Azalea sudah mengetahui bahwa cowok itu sudah menikah, yang artinya Barta sudah move on darinya.

***

Jakarta, 06.11.18



18

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tsaaaahhhhhh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tsaaaahhhhhh

His Girlfriend [TERBIT]Where stories live. Discover now