TUJUH

1.4K 75 9
                                    

"Dan semoga diantara kita bertiga, tidak menyukai orang yang sama"


Jam yang menunjukkan pukul empat sore, serta bel pulang sekolah yang sudah berbunyi beberapa jam yang lalu, membuat Kayla melangkahkan kaki mungilnya beranjak meninggalkan kelas. Angin sepoi-sepoi di sore hari membuat rambut gadis itu tertiup-tiup ke belakang. Hingga langkah kakinya terhenti, saat melihat dua orang berdiri tidak jauh darinya. Ia cukup mengenal gadis-gadis yang tengah berdiri dengan kedua tangan yang di lipat di depan dada itu. Ya itu Rara dengan temannya.

Ia terdiam, dan menatap wajah Rara dan temannya yang berdiri tidak jauh darinya. Hingga Rara dan temannya melangkahkan kakinya dan berjalan mendekat ke arahnya. Rara tersenyum manis dan bisa dikatakan sangat manis, membuat wajahnya terlihat semakin cantik. Berbeda dengan temannya, yang memasang wajah datar.

"Lo cewek yang suka sama Devan kan?".

Pertanyaan yang dilontarkan oleh teman Rara itu membuat Kayla sedikit terkejut, bagaimana mereka berdua tau tentang ini? Lagi pula kalau ia menyukai Devano, bukan urusan mereka kan?.

"Jauhin Devan, lo nggak pantas deketin dia, lebih baik lo menjauh sebelum lo sakit hati".

Kata-kata yang dilontarkan oleh teman Rara itu menggores sedikit hati Kayla, ada rasa sesak yang ia rasakan di dadanya. Mengapa ia tidak boleh mendekati Devano? Lagi pula banyak toh penggemar Devano di sekolah ini, bukan hanya Kayla saja. Kayla mengendus pelan, menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan teman Rara itu. Ia tidak mau ambil pusing dan tidak mau berusan dengan kakak kelas. Merepotkan.

Kayla sempat melihat wajah Rara yang mungkin sedikit tidak enak dengan Kayla, entah itu yang sebenarnya atau hanya pura-pura akting saja. Tak lama kemudian, Rara memaksa temannya itu untuk beranjak dari hadapan Kayla. Kayla menatap kedua punggung gadis itu, yang semakin lama semakin menjauh. Ada rasa kecewa tentunya, namun apa boleh buat. Baru saja ia akan mendekati Devano, tapi sudah dicegah terlebih dahulu. Cinta memang begitu rumit.

Kaki mungilnya kembali ia langkahkan, dengan tangan yang menggemgam kedua tali tasnya erat. Langkah kakinya semakin gontai, dan tatapannya kosong. Ia berfikir, mungkin harapannya sudah sirna. Sudah tidak ada harapan lagi. Hingga langkah kakinya kembali terhenti, saat merasakan sesosok laki-laki yang berjalan di sampingnya. Ya itu Aray. Aray tersenyum manis pada Kayla, dan Kayla pun membalasnya.

"Mau pulang bareng gue Kay?" tanya Aray.

Kayla terdiam sejenak. "Eum, nggak deh kak, takut ngerepotin" tolaknya.

"Nggak apa-apa, sekali-kali gue anter cewek pulang hehe".

Kayla terdiam, bahkan tak bisa mengedipkan kedua matanya. Ia terkejut dengan ucapan Aray. Laki-laki di sampingnya yang terkenal dengan most wanted Middle High School, belum pernah mengantar wanita pulang. Apa baru dirinya yang ditawari pulang bersama oleh Aray?.

Kayla tersenyum canggung, tanpa ia sadari , ia menganggukkan kepalanya. Lalu, mereka berdua melangkahkan kakinya menuju parkiran motor berada, dan tak lama motor yang mereka tumpangi beranjak meninggalkan sekolah.

Tanpa mereka sadari, ada seorang laki-laki yang memperhatikan mereka dari kejauhan. Laki-laki itu hanya tersenyum tipis, rupanya sahabatnya sudah lebih dahulu mendekati gadis yang membuatnya penasaran.

>>>>>>>>

Televisi yang berukuran cukup besar, serta stik PlayStation ditangannya membuat laki-laki menatap tajam ke arah game yang sedang dimainkannya. Laki-laki itu bermain game dengan sangat tenang, bahkan tak mengeluarkan suaranya sedikitpun. Di malam minggu ini, biasanya remaja-remaja seusianya akan pergi keluar rumah dan nongkrong di suatu tempat. Namun berbeda dengan Devano, ia hanya menghabiskan malam minggunya dengan bermain PS.

DEVANO [ REVISI ]Where stories live. Discover now