FR 10 - His Smile

Mulai dari awal
                                    

Baru saja membuka pintu restoran, tak disangka ada seorang anak kecil berlari menabrak tubuhnya membuat Shanum mundur beberapa langkah dan hampir terjatuh jika Rayden tidak menahan bahunya. Gadis kecil dengan hijab pink-nya itu terpaksa berhenti di depannya dan menunduk seketika. Kedua tangan gembil bocah itu saling bertaut membuat Shanum langsung berusaha menegakkan diri.

"Adik," panggilnya seraya menyamakan tingginya dengan bocah itu walau terlihat sulit. Rayden sendiri tak bersuara, masih berdiri di belakang Shanum sambil menatap kedua gadis berbeda usia itu berinteraksi.

Bocah mungil itu mendongak dengan bibir sedikit mencebik, "Maaf ya Kakak," ucapnya lucu.

"Gak apa-apa kok, sayang." ucap Shanum sambil tersenyum dan mengusap pucuk kepala bocah itu.

Gadis kecil itu menatapnya dan menyengir menunjukkan deretan gigi putihnya yang rapi. Kemudian pandangannya mengarah pada seseorang yang berada tepat di belakang Shanum, berdiri menatap mereka dengan tangan yang sudah tersimpan di dalam saku celana. Bocah itu tersenyum lucu pada Rayden, "Makasih kakak sudah bantuin kakak cantiknya," ucapnya membuat Rayden mengangguk dengan senyum sangat tipis.

Namun, Shanum bisa melihatnya. Jua senyum pertama yang ia lihat dari sosok yang selama ini menghilang dari pandangannya. Sosok yang tak pernah lagi sama, selama beberapa bulan mereka bersekolah di Megantara. Sosok tak tersentuh yang membuat Shanum hanya mampu menatap punggungnya.

"Asya," panggilan itu membuat ketiganya menoleh, seketika menyingkir dari depan pintu karena ada sepasang suami istri yang menghampiri anak kecil tadi.

"Daddy ...," pekik gadis kecil itu seraya menghampiri orangtuanya, mengulurkan tangannya untuk meminta gendong oleh pria yang datang sambil merangkul pinggang istrinya itu.

Shanum balas tersenyum ketika wanita disebelah pria yang dipanggil gadis kecil tadi tersenyum lembut padanya. "Maaf ya, Asya tadi mau cepat-cepat ke mobil padahal Daddy-nya masih ada keperluan sebentar," jelas perempuan itu pada Shanum.

"Gak apa-apa kok, Kak. Aku juga gak kenapa-kenapa," jawabnya sopan.

Senyum lembut perempuan itu masih terpatri di bibirnya, memilih mengusap pucuk kepala Shanum pelan, "Terima kasih, Sha ... num?" ujarnya seraya mengeja nama Shanum yang ada di name tag seragam gadis itu.

Shanum mengangguk, "Iya, Kak. Aku Shanum," ucapnya memperkenalkan diri.

"Mirip nama Mommy," suara gadis kecil itu kembali memotong percakapan dua perempuan berbeda generasi yang berdiri berhadapan, Asya menyengir ketika Shanum menatapnya lucu, "Kakak cantik namanya mirip Mommy. Nama Mommy-ku Shaqueeena," ucapnya membuat Daddy gadis kecil itu memutar bola matanya.

Tawa wanita didekatnya membuat Shanum yang bingung menoleh, "Daddy-nya Asya gak suka kalau ada yang panggil Kakak dengan nama Shaqueena," katanya menjelaskan, "Nama kakak, Aisyah Shaqueena." Wanita cantik itu mengulurkan tangannya yang langsung dibalas cepat oleh Shanum walau sedikit kesulitan karena kruk-nya.

"Yasudah. Kami permisi ya Shanum. Sampai ketemu lagi," Aisyah kembali bersuara, "Eum ... kamu, tolong dijagain ya Shanum-nya," sambungnya pada Rayden yang sejak tadi memperhatikan mereka.

Manik Shanum membola mendengar ucapan Aisyah, sedangkan Rayden hanya tersenyum canggung sambil mengusap tengkuknya. Pergerakan yang membuat Daddy-nya Asya tertawa spontan dan menepuk pundak Rayden pelan.

"Dijaga dengan baik, gadisnya." ucapan itu terdengar begitu saja sebelum ketiganya beranjak meninggalkan Shanum dan Rayden yang terdiam tanpa suara.

"Dadaaaa ... Kakak Shanum," dan hanya suara Asya yang terdengar berikutnya.

• • •

For Rayden ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang