[6] Mengenalnya

3 4 0
                                    

"Dimana temanku? tanyaku dengan sedikit tekanan.

"Siapa?"

"Azand"

Ketika aku menyebutkan nama temanku, sesuatu di belakangku terasa aneh.

"Berbaliklah" perintah Nowell

Dan sekali lagi aku di kagetkan dengan kemustahilannya.

Pria yang tadi di bekukan, oleh Nowell adalah Gido yang telah berubah wujud menjadi Azand?

"Azand!" teriakku.

Laki laki itu meregangkan badan nya, yang terasa masih kaku, dia melakukan itu  untuk beberapa saat.

Aku hanya mematung melihat temanku, lalu aku memutuskan untuk bertanya lebih dulu.

"Si...siapa kau?" tanyaku ragu.

Medengar suaraku dia menoleh padaku sambil berkata,

"Azandrell louwis" sambil terseyum hangat, namun seyum itu terasa asing bagiku, pasalnya dia tipe orang yang supel dan sedikit urakan, dan tidak mungkin akan tersenyum manis begitu.

"Ada apa dengan wajah pucatmu, Moon?" Azand melanjutkan.

Moon?

"Siapa kau!?" sekarang aku yakin, bahwa yang berada di hadapanku itu bukan temanku, melainkan Gido? Atau orang lain lagi?

Sejenak dia terdiam, lalu tertawa ngeri.

"HAHAHAHA, tidak mudah di tipu ternyata." sambil tersenyum meremehkan

dia berbicara begitu dengan wajah milik Azand, dan itu membuatku muak!

"Tentu saja! dimana temanku!?" pertanyaan itu terus terulang.

"Teman? apa aku ini temanmu? Kau menganggapku teman mu?" rentetan pertanyaan itu, membuatku semakin geram.

"Dia memang Azandrell Louwis"

Pria di belakangku tiba tiba membuka suara, ketika amarahku sudah sampai puncak.

Sontak aku berbalik

"Apa yang kau tahu!?"

"Aku tahu segala yang berhubungan denganmu" seperti biasa, datar.

"Nowell, oh atau harus ku panggil 'King Astraxell Louwis'? Azand memotong.

Hah? Aku yang berdiri di antara mereka, seolah menjadi orang asing yang tidak bisa masuk ke dalam topik pembicaraan.

Ketika mataku menatap ke arah Nowell, siapa sangka Nowell yang biasanya terlihat datar datar saja, akan terlihat semenakutkan ini.

Dia menatap tajam Azand, dengan rahang yang mengeras dan detik berikutnya, dia sudah berada tepat di hadapan Azand, hanya hembusan angin yang terasa oleh ku.

Nowell mengangkat tinjunya dan menghantam tepat di wajah Azand.

Dia meringgis kesakitan, darah lolos keluar dari salah satu lubang hidungnya, ketika Azand hendak membalas dengan pukulanya. Seketika itu tubuhnya melayang ke atas dan terpental jauh sampai menghantam dinding dengan keras.

"Akh!" spontan aku berteriak, melihat itu.

Aku merasa kasihan kepada Azand, siapapun dia, tetap saja fakta bahwa Azand sudah ku anggap  temanku, membuatku menjadi serba salah.

Nowell menoleh ke belakang, dan melihatku sekilas sebelum dia menghilang dan berdiri di hadapan Azand yang sudah tidak sadarkan diri.

Aku berlari menghampirinya, dan melihat Azand yang tergeletak lemah. Pingsan.

Kaget. Aku langsung berjongkok mengguncang guncang tubuh lemah itu, namun tidak ada respon.

"Azand! Jangan bercanda! cukup sampai disini saja, ayo kita pulang!" aku memohon padanya sambil menepuk nepuk pipinya dan berusaha membangunkan Azand.

Tangan dingin menyetuh pundakku, siapa lagi kalau bukan Nowell.

"Dia akan sadar sebentar lagi" ucapnya, mencoba menenangkan.

"Kenapa kau memukulnya!?"  sambil menoleh ke belakang tempat dia berdiri dengan kaku.

Namun dia hanya diam dan tidak merespon pertanyaanku.

Aku menggelengkan kepalaku, lalu menghela napas

Aku ingin pulang!

"Pulang adalah pilihan yang buruk saat ini" ucapnya seolah membaca pikiranku.

"Apa?" tanyaku lemah.

"Tolong jelaskan semua ini, siapa kau? Tempat apa ini? Dan," aku menghentikan petanyanku sebentar, "Siapa aku?"

Waktu masih membeku, di sekitarku banyak butiran butiran air beku yang melayang, dinding air yang menjulang tinggi yang juga ikut membeku.

Hanya meninggalkan aku seorang yang tengah kebingungan dan tidak tahu harus melakukan apa.

Bagaimana dengan teman-temanku yang sudah pergi? Apa mereka selamat?

Bagaimana dengan Azand? siapa dia sebernarnya? Lalu Gido? Siapa dia?

Bagaimana dengan pria yang sedang berdiri di belakangku, Nowell? Siapa dia sebenarnya?

Dan yang paling utama, apa sebernarnya diriku ini? Kenapa harus aku yang mengalami ini semua?

Lalu siapa yang bisa menjawab semua ini semua?

////
Selama beberapa saat aku hanya terduduk di samping Azand atau Gido, aku tidak tahu, yang sedang terbaring pingsan.

"Apa kau tidak lapar?" tanya seseorang, siapa lagi kalau bukan Nowell.

Lapar?

Seketika aku geram mendengarnya.

"Lapar!? Apa di saat seperti ini kau masih bisa memikirkan perutmu!?"

Aku berbicara dengan mata yang menyala nyala dengan amarah,

"Apa kau tidak berpikir sebelum bertanya begitu!?"

"Apa kau..." aku mengehentikan pertanyaanku, lalu memejamkan mata sambil memijit di antara kedua halis ku dan menghela napas.

"Maafkan aku. Aku sudah kelewatan, dan aku tidak lapar"

Tentu saja aku harus meminta maaf pada penyelamat nyawaku, aku bukan orang yang tidak tahu terimakasih dan balas budi.

"Baiklah" katanya, singkat padat jelas.

"Apa yang akan terjadi selanjutnya? Tanyaku.

Kulihat Nowell mengalihkan pandangan pada gelombang besar yang sudah beku, lalu kembali menatapku dan berkata

"Aku akan menghancurkannya"

Tbc
------------>


Apa yang akan dihancurkan oleh Nowell?

Lalu siapa sebernarnya Gido?

Klo penasaran, di tunggu kelanjutan nya yah ;*


PHAINOMENONWhere stories live. Discover now