¦16¦Karna dia

Mulai dari awal
                                    

"Ray itu" Queisha menunjuk ke arah belakangnya ,gue ikuti arah tangannya menunjuk dan dia Vino.

Autor Pov

Rayan memandang Vino dengan tajam sampai akhirnya Vino berada tepat dihadapan Queisha dan Rayan

Saat tangan Vino akan menarik Queisha ,Rayan segera menarik Queisha untuk berdiri dibelakangnya

"Gue gak ada urusan yah sama lu" ucap Vino mencoba menarik Queisha namun dihalangi Rayan

"Dia gak mau ngoming sama lu , lagi pula gue juga gak bakal izinin kalau dia mau"

"Heh lo tuh terlalu ngatur hidup Queisha" bentak Vino

"Dia cewe gue jadi gue punya hak"jawab Rayan tepat di wajah Vino

Bugh

Vino memukul rahang Rayan ,sehingga Rayan hampir terjatuh . Rayan membalas pukulan Vino dan terjadilah perkelahian lagi

"Ray udah" ucap Queisha mencoba menarik Rayan ,namun dihiraukan oleh keduanya

"Vin udah jangan kaya gini" Queisha mencoba menarik Vino dengan hasil yang sama

Queisha mengeluarkan iphonenya dan menelfon Dave untuk datang dan sekitar 5 menit Dave datang dan melerai antara Rayan dan Vino tapi mereka berdua tetap tidak bisa dipisahkan

"Ray stop please" ucap Queisha dengan air mata yang sudah membasahi pipinya

"Udah wey" teriak Dave yang sudah kwalahan untuk memisahkan mereka

"Panggil yang lain Dave"ucap Queisha

"Lagi pada gak bisa ,ada ulangan" jawab Dave

"Ray awss" Perkelahian mereka terhenti saat memdengar teriakan Queisha

Queisha terjatuh dilantai ,karna terkena pukulan dari Vino di kepalanya

"Qey" ujar Dave dan duduk disebelah Queisha yang sudah pingsan

"Ini karna lo jerk" teriak Rayan dan segera menggendong Queisha menuju UKS

"Jangan pernah ganggu Queisha ,atau lu akan berhadapan sama gue" ancan Dave sebelum pergi mengikuti Rayan yang membawa Queisha ke UKS

🍬🍬🍬🍬

"Ray aku udah kenyang"

"Qey ini masih ada setengahnya"

Mereka sudah berada di UKS dan Queisha juga sudah bangun dari pingsannya

"Ray bener deh aku udah kenyang" ucap Queisha

"Yaudah, sekarang mau apa?" tanya Rayan menaru mangkok bubur di atas nakas

"Pulang yuk Ray"

Rayan melihat jam dipergelangan tangannya "Ayo, lagian gak ada pelajaran yang penting" jawab Rayan dan membantu Queisha turun dari kasur UKS tapi baru berapa langkah Queisha hampir terjatuh dan dengan cepat Rayan menahannya

"Udah biar aku gendong" ujar Rayan dan menggendong Queisha

"Ray  turunin" Queisha menarik-narik dasi yang digunakan Rayan

"Ushh udah gakpapa" jawab Rayan mengeratkan gendongannya

"Ish Rayan gak mau" queisha menggeraak-gerakan kakinya

"Qey diem" ucap Rayan dengan sedikit menaikan nada suaranya

"Terserah " ujar Queisha dan mengalungkan tangannya di leher Rayan dengan kepala yang disembunyikan di dada Rayan

"Lebay banget sih cuma mau jatuh aja sampe di gendong" dumel Queisha yang masih di dengar Rayan , Rayan hanya tersenyum dan mencium kepala Queisha

"Kemana Ray" teriak Jay

"Balik dulu" ucap Rayan

"Kenapa?" tanya Jay

Rayan terus berjalan tanpa menjawab pertanyaan Jay

🍬🍬🍬🍬

"Ray aku obatin dulu luka kamu" ucap Queisha dengan terus memarik baju seragam yang di kenakan Rayan

Mereka berada di kamar Queisha dengan Rayan yang tiduran di kasur Queisha dengan memejamkan matanya dan Queisha duduk disampingnya

"Rayan bangun biar aku obatin lukanya" panggil Queisha untuk kesekian kalinya

"Rayan ish"

"Rayan bangun" ucap Queisha dengan menarik kerah seragam Rayan

"Rayan ganteng ,pacarnya Queisha bangun dong" ujar Queisha dengan mencubit pipi Rayan

"Ayo" jawab Rayan dengan semangat

"Lha kok bangun?"

"Iyalah ,aku merasa dipanggil"

"Emang dipanggil dari tadi juga" jawab Queisha ketus

"Yaudah ,ayo jadi ngak?"

"Udah kamu sini aja ,aku mau ambil obatnya" ucap Queisha dengan berjalan menuju meja belajarnya

"Sini" Queisha duduk disebelah Rayan yang bersender pada kepala Ranjang

"Aws sakit Sayang"

"Makanya jangan so berantem"

"Yang kan dia duluan yang mulai"

"Lagi kamu ngomong pas didepan mukanya"

"Lha aku marah ,dia deketin kamu mulu"

"Terserah kamu" Queisha membereskan obat yang telah ia gunakan dan menaru di tempat semula

"Rumah kamu sepi banget yang" Rayan memeluk Queisha dari samping dan menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Queisha

"Lagi pada pergi" jawab Queisha dengan mengelus rambut Rayan yang berada di lehernya

"Kamu sering sendiri kaya gini?"

"Iya"

"Ngak takut?" tanya Rayan dengan mencium pipi Queisha

"Modus ishh" Queisha mendorong kepala Rayan dan berjalan duduk di Sofa dan menyalakan TV sedangkan Rayan hanya tertawa kecil dan ikut duduk disamping Queisha

My Perfect Boyfriend (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang