Kembali

6.2K 183 6
                                    



🍁🍁🍁

Sepanjang perjalanan mereka lalui dengan keheningan. Tidak ada percakapan apapun di antara mereka. Nada hanya terdiam, meski ia tidak tahu kemana Raka akan membawanya pergi kali ini. Tetapi ia percaya jika Raka tidak akan menyakitinya. Gadis itu pun yakin jika Fira juga yang lainnya pasti mencari dirinya, ia pun menyesal karena meninggalkan ponselnya di dalam mobil hingga tidak bisa memberikan kabar kepada orang lokasi. Nada menatap bingung ke arah pria di sampingnya ketika Raka memakirkan mobilnya di depan sebuah rumah yang masih terasa asing untuk Nada.

Gadis itu mengedarkan kedua matanya melihat ke sekeliling  rumah tersebut dengan tatapan takjub. Rumah besar yang di dominasi warna coklat khas warna kayu yang berkilau, banyak pepohoan di sekitar halaman rumah, taman yang di tumbuhi berbagai bunga indah yang sedang mekar, juga sebuah air mancur buatan yang suaranya mampu membuat siapa yang mendengarnya merasa nyaman. Semua itu seperti rumah impian Nada sejak ia masih kecil. Namuh otaknya sedang di penuhi oleh kebingungan rumah siapa ini dan kenapa Raka membawanya datang kesini, itulah isi pikiran Nada sekarang ini.

"Ini rumah siapa Raka? Dan kenapa kamu membawaku kesini, Raka?" tanya Nada menahan tangan Raka yang telah menggandeng tangan kanannya menuju pintu utama rumah tersebut.

Raka menghela napasnya pelan menatap ke dalam manik mata gadisnya dengan sendu, "Nada akan mengetahuinya sendiri nanti!" jawabnya kembali menarik tangan gadisnya menuju pintu utama ia mengambil sesuatu dari saku celananya sebelum membuka pintu rumah yang terkunci.

Saat Raka telah mempersilahkannya untuk masuk ke dalam rumah tersebut sejak saat itu Nada tidak mampu lagi mengeluarkan sepatah kata pun. Kedua matanya hanya mampu mengeluarkan cairan bening yang meleleh membasahi wajah cantik mulusnya. Ia tidak pernah berpikir jika Raka akan memikirkan hal hingga sejauh ini. Nada pikir, Raka menjalani hubungan hanya untuk main-main saja atau demi memuaskan napsu semata. Tapi menatap isi di dalam rumah ini membuatnya menyesal karena sempat meragukan Raka bahkan satu jam yang lalu ia memutuskan Raka hanya karena masalah sepele. Semua yang mengisi rumah besar tersebut sesuai dengan mimpinya di saat Tuhan mengizinkannya memiliki rumah yang akan ia tempati nanti bersama suaminya.

"Rumah ini aku persiapkan untuk kamu, Nada! Aku pikir setelah kita menikah nanti aku ingin kita berdua tinggal disini, membangun rumah tangga kecil kita berdua sebelum adanya seorang anak," ujar Raka memulai penjelasannya tentang maksudnya membawa Nada datang ke rumah tersebut.

Nada terdiam. Ia tidak mampu mengucapkan apapun semua rangkaian kata yang ia siapkan seakan tertahan di kerongkongannya hingga ia tak lagi bisa berkata. Di saat Raka mempersiapkan masa depan mereka Nada justru meragukan pria itu bahkan memutuskannya secara sepihak.

"Nada!" Raka memanggil gadisnya memegang kedua bahu Nada memutarnya agar menghadapnya, "aku akui aku salah karena menghilang tanpa kabar sedikit pun selama seminggu belakangan ini tapi semua itu bukan karena aku sibuk dengan keluargaku atau wanita yang dunia anggap sebagai istriku itu," ujar Raka memulai penjelasannya terkait alasannya menghilang seminggu lalu.

"Lalu apa Raka?!" Nada menepis kedua tangan lelakinya yang berada di bahunya, menatap ke dalam mata lelakinya penuh luka. "Kamu menghilang tanpa kabar selama satu minggu kamu pikir aku enggak khawatir sama kamu, heh?! Aku coba telfon kamu, mengirimkanmu pesan tapi satu pun tidak ada yang kamu berikan tanggapan, Raka! Dan tiga hari lalu, muncul berita tentang kamu dan keluarga bahagia kamu, jika kamu jadi aku apa yang akan kamu pikirkan hah?!! Katakan Raka apa yang akan kamu pikirkan!!" sentak Nada terisak memukul dada lelakinya dengan kesal juga sangat sakit hati.

"Denka sakit!!" ujar Raka seraya menarik gadisnya ke dalam pelukannya. Nada terdiam tidak membalas sampai Raka kembali melanjutkan penjelasannya, "Dokter bilang dia terkena tipes, atas permintaannya lah aku tetap tinggal di rumah untuk beberapa hari. Awalnya aku menolak untuk menginap karena aku tahu kamu pasti akan salah paham tapi Denka mengancamku dengan menolak makan atau meminum obat jika bukan aku yang menyuapinya. Kamu tahu meski aku tidak mencintai Kania tapi darahku mengalir dalam tubuh Denka dan aku enggak akan membiarkan putraku menderita karena aku, Nada!" Raka menjeda sedikit penjelasannya saat ia merasakan gadisnya mulai membalas pelukannya.

ScandalWhere stories live. Discover now