Part 15

69.3K 3.8K 75
                                    

“Dok, bagaimana keadaan mata anak saya” tanya Bunda kepada Dokter yang merawatku. Aku menajamkan pendengaran supaya aku mendengar percakapan Bunda dan Dokter itu.

“Untungnya kaca yang masuk ke mata pasien tidak membuat kerusakan yang cukup parah, mata pasien masih bisa disembuhkan tapi membutuhkan waktu dan untuk sementara perban akan terus saya pasang sampai keadaannya benar – benar pulih” kata Dokter itu menjelaskan.

“Berapa lama Dok? Berapa lama saya harus memasang perban ini?” tanyaku tak sabar.

“1 atau 2 minggu” kata Dokter itu lagi.

“Ya Allah terlalu lama, apa gak bisa lebih cepat Dok, suami saya sedang membutuhkan saya” kataku dengan sedih.

“Kami takut jika terlalu cepat dibuka, mata ibu akan mengalami infeksi dan akan mengakibatkan penglihatan ibu semakin rusak” kata Dokter itu lagi.

“Lakukan yang terbaik saja Dok” kata Bunda.

“Baiklah saya permisi dulu, besok saya datang lagi untuk mengganti perbannya” dan Dokter itu meninggalkan aku dan Bunda.

“Bunda, hiksss suami Maika Bun” kataku dengan nada pilu.

“Sabar ya nak, kita doakan kakak bisa sehat seperti semula” kata Bunda berusaha menguatkanku.

“Bun, apa keputusan Bunda untuk bercerai dari Ayah serius?” tanyaku. Walau bagaimana pun aku gak mau orang tuaku bercerai.

“Iya Bunda serius, Ayah sudah sangat keterlaluan, mata hatinya sudah tertutup kebencian, dan lihat akibatnya kamu menderita dan suami kamu terbaring disana, Bunda gak sanggup hidup dengan orang yang gak punya perasaan” kata Bunda. Aku tau Bunda sangat mencintai Ayah, dan ini pasti sangat berat meminta cerai dari suami yang sudah puluhan tahun hidup bersama.

“Bun, pikirkan kembali keputusan Bunda, kak Gemal pasti sedih jika Bunda berpisah dengan Ayah, kalo dia sadar dan mengetahui kalian berpisah karena pernikahan kami, dia akan merasa bersalah Bun, dan Bunda tau kalo kakak merasa bersalah, dia akan melepaskan aku Bun, dia akan menghukum dirinya dengan menghancurkan hatinya” kataku bersungguh – sungguh.

“Bunda ingin Ayah sadar kesalahannya Maika, Bunda ingin Ayah mengingat menghapus kebencian dan dendam masa lalu, dan inilah satu – satunya cara”

“Pikirkan lagi dengan hati tenang dan kepala dingin Bun, demi kak Gemal dan kami anak – anak Bunda”

Bunda memang keras kepala, jika sudah memutuskan sesuatu iya iya tidak tidak. Mungkin hanya kak Gemal yang bisa membuat Bunda membatalkan niatnya.

“Kak cepat sembuh ya, Maika kangen sama kakak” kataku dalam hati.

****

Sudah 1 minggu kak Gemal di rawat di RS, belum ada perkembangan berarti dari kesehatan suamiku. Masih cenderung sama dan tidak ada perubahan. Mataku juga sudah tidak dipasang perban lagi, walau masih sering sakit tapi penglihatanku sudah bisa aku gunakan.

Setiap hari aku menemaninya di RS, kadang aku sampai tertidur di ruang tunggu, aku takut sesuatu terjadi kalo aku pergi meninggalkannya. Bunda dan Runald selalu menemaniku tiap hari menjaga suamiku.

Mengenai Ayah semenjak Bunda meminta cerai, dia dan Runold meninggalkan rumah dan tinggal di apartemen. Aku sudah memaafkan mereka, tapi 2 hari setelah suamiku di rawat mereka datang, Ayah menangis dan meminta maaf dengan sangat tulus. Sebagai anak aku hanya bisa memaafkan sebesar apapun kesalahan orang tuanya. Tapi Bunda masih bersikeras ingin bercerai. Mungkin hanya kak Gemal yang bisa merubah keinginan Bunda.

Aku memegang tangannya dan mulai bercerita seperti biasa.

“Kakak enak banget yah tidurnya, apa gak mau bangun? Apa kakak tau, Ayah sudah merestui kita kak, dia mengizinkan aku menjadi istri kakak, walau dengan cara seperti ini yang tidak pernah aku sangka, akhirnya Ayah memberikan izin dan restu”

6. Sedikit Cinta Untuk GemalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang