Part 14

68.8K 4K 183
                                    

Maika Pov

“Semua gara – gara kamu….lihat akibat memendam dendam yang gak berkesudahan, lihattt…. Lihat disana anak kamu terbaring lemah, dan lihat matanya…. Maika…. Maika…hikss” aku mendengar suara Bunda berteriak entah dengan siapa karena aku tidak mendengar dan melihat siapa lawan bicaranya, nungkin Ayah.

Ah, gelap padahal aku sudah membuka mataku, kenapa gelappp. Ahhhh kakak mata aku sakitttt.

“Kak… kakak” aku memanggil suamiku, ahhhh semua sakitttt.

“Maika.. Maika… ini Bunda, hiksss kamu sudah sadar nak” kata Bunda menangis sambil memegang tanganku.

“Bun, hidupkan lampunya kenapa gelap sekali, aku gak bisa lihat apa – apa” aku berusaha mencari tangan Bunda.

“Hari sudah malam nak, makanya gelap, gpp Bunda disini sama kamu”

“Bun, kakak mana Bun? Kenapa aku gak dengar suaranya dari tadi”

“Itu…itu…”

“Bunda suami aku mana, aku ingin tau dimana suami aku Bun” aku menangis mengingat kecelakan yang kami alami tadi.

“BUNDA kenapa diam” aku semakin histeris. Dan kenapa mata ini, kenapa tidak ada sedikitpun cahaya yang bisa aku lihat.

Aku memegang mataku dan merasakan ada penutup yang menutupi kedua mataku.

“Bunda, mata Maika kenapa, kenapa ditutup perban”

Aku mendengar Bunda menangis. Astaga kenapa semua hanya bisa diam dan tidak menjawab pertanyaanku.

“Mbak ini Runald, mbak tenang dulu ya, jangan kayak gini”

“Runald, Runald jujur dengan mbak, kenapa dengan mata mbak dan di mana Kak Gemal” aku semakin histeris dan airmataku tak berhenti mengalir.

“Please dek, jangan…jangan  tutupi apapun”

“Mata Mbak terkena pecahan kaca mobil yang menabrak kalian dan kata dokter kaca itu melukai retina kedua mata mbak”

Tidakkkkk, aku gak mau buta… aku mau melihat wajah suamiku, aku mau melihat dunia ini.

“Kak Gemal… dia”

Aku semakin menguatkan pendengaranku, kenapa dengan suamiku, ya Allah jangan sampai sesuatu terjadi padanya, aku bisa mati.

“Kak Gemal lukanya parah dan sekarang ada diruang ICU”

“Astaga ya Allah, kakak hikssss” aku semakin histeris, mata terancam buta dan suami dalam keadaan sekarat.

“Bunda…. Bunda” aku mencari Bunda. Aku ingin memastikan semua ini benar, semua ini tidak kebohongan yang dirancang Ayah supaya kami berpisah.

“Bunda disini nak, jangan seperti ini kamu harus kuat demi suami kamu”

“Mata Maika Bun, Maika gak bisa melihat kak Gemal, Maika gak bisa merawat dia, Maika harus bagaimana” aku gak tau apa yang harus aku lakukan.

“Sabar ya sayang, dokter terbaik sudah Ayah panggil, mata kamu pasti sembuh” aku mendengar suara Ayah.

“Arrgghhhhhhh pergiiiiiiii, Bunda Maika gak mau ketemu Ayah, Maika takut… suruh Ayah pergi” kataku ketakutan.

“Kamu lihat!!! Kamu lihat hasil perbuatan kamu, lihattttt!!!, puaskan… puas melihat anak sendiri hampir gila, aku diam selama ini karena aku menghargai kamu sebagai suami dan ayah anak – anak aku, tapi aku gak rela dunia akhirat kamu menyiksa anak – anakku karena dendam, lihat Gemal disana!!! Demi menolong Maika, dia rela 2 kali di tabrak, demi menolong anak kamu yang seharusnya sudah mati karena penabrak sialan itu kembali ingin menabrak mereka, tapi Gemal menolongnya dan memberikan tubuhnya untuk dilindas” aku mendengar setiap kata – kata Bunda.

6. Sedikit Cinta Untuk GemalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang