Part 1

103K 5.4K 233
                                    


Gemal Pov

Siang yang mendung, kakiku melangkah meninggalkan bandara, sudah 10 tahun aku meninggalkan kota ini dan sekarang saatnya aku kembali. Kembali menjadi anak sulung keluarga Galih Tama.

Hpku berdering...

"Bunda"

"Ya Bunda, Gemal barusan mendarat, Gemal langsung ke Apartemen saja, nanti malam baru ke rumah ya"

"apa kakak gak nginap dirumah saja, Bunda udah nyiapin makanan kesukaan kakak"

"Aku letakin barang dan ke kantor dulu Bun, baru nanti aku ke rumah"

"gak bisakah kali ini dengerin Bunda, please"

Kalo sudah mengeluarkan kata - kata seperti itu, mana tega aku menolak keinginan Bunda.

"Baiklah Bunda, aku ke rumah sekarang"

"makasih ya kak"

Suara Bunda terdengar sangat bahagia, Bunda ternyata masih mengingatku, apalagi setelah 10 tahun aku sekolah di Australia.

"Selamat datang kembali Gemal Galih Tama, selamat kembali ke keluarga yang mungkin belum bisa menerima mu" kataku dalam hati.

Sebenarnya aku enggan untuk kembali ke Jakarta, tapi perusahaan yang dari dulu aku rintis memutuskan membuka cabang di Jakarta, dan para pemegang saham menunjukku untuk menjadi Direktur Utama disini.

Kepergian 10 tahun ini apa sudah merubah sikap dan perilaku Ayah dan adik – adik. Terutama Maika, apa gadis kecil itu sekarang sudah berubah menjadi wanita dewasa.  Selama 10 tahun tidak pernah sekalipun aku pulang, aku sadar diri kepulanganku sangat tidak diharapkan oleh keluarga itu. Setiap liburan aku habiskan dengan bekerja part time disebuah restoran milik sahabatku di Australia.

5 tahun bekerja disana, dari pekerja lepasan sampai menjadi Supervisor. Ayah mungkin tidak pernah menyayangiku tapi dia merupakan Ayah yang bertanggung jawab, setiap bulan dia mengirimkan biaya hidup dan biaya sekolah, tapi aku tidak pernah menggunakan sepersen pun, aku sengaja menabungnya untuk membuka perusahaan di bidang IT.

Ditahun ke 8 akhirnya aku bisa membuka perusahaan IT bersama teman – teman kuliahku, walau dengan tertatih – tatih dan mengeluarkan air mata dan keringat, akhirnya perusahaan itu berkembang dengan pesat, dan sebagai pendirinya aku juga mulai menikmati hidup dengan lumayan berada. Setiap bulan aku mengirimkan kado dan hadiah buat adik –adikku, walau entah mereka menerima atau membuangnya, yang terpenting aku sudah mengirimkan.

Sekarang saatnya aku kembali ke Jakarta, kota dimana kenangan masa laluku, orang boleh berkata keluarga kandungku jahat atau apapun, tapi dimataku mereka masih orang tuaku dan aku sangat menyayangi mereka. Meski ada penyesalan kenapa mereka bisa melakukan kejahatan kepada orang yang dulu telah menolong mereka. Oleh karena itu aku menanamkan didiriku, jangan pernah seperti mereka, jangan pernah melupakan kebaikan dan budi orang tua angkatku, karena merekalah aku bisa sampai dikehidupanku sekarang dank arena merekalah aku mempunyai keluarga yang sangat sangat aku sayangi.

“Gemal, bertahanlah apapun yang terjadi, jangan dimasukin dihati dan jangan pernah jatuh ke perangkap Maika” kataku menguatkan diri ketika aku sudah berdiri didepan pintu rumah Bunda.

Ting tong Ting Tong

“Bunda, Ayah adik – adik, kakak pulang” teriakku dengan hati senang dan wajah sengaja aku senyumkan.

Cklek

Aku melihat pria muda berumur 18 tahun, ah aku lupa ini Runald apa Ronald.

‘oh lo kak, kapan balik” katanya acuh sambil memandang diriku dari atas sampai bawah.

6. Sedikit Cinta Untuk GemalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang