Part 8

67.4K 4K 65
                                    

Maika Pov

“Terima kasih, akhirnya kakak bisa bersikap sedikit egois” kataku ketika kami selesai berciuman.

Aku melihat wajahnya dan memegang kedua pipinya dan mengarahkan ke mukaku.

“Kenapa salting kak? Aku suka dengan perlakukan kakak tadi, hal itu semakin membuatku yakin kakak juga mencintaiku, iyakan?” tanyaku.

“Jangan sok tau Maika, ayo kita ke hotel bereskan barang dan kembali ke Jakarta, Bunda dan Ayah panic mencari kamu” katanya berusaha mengalihkan perhatianku.

Aku memakai jaketnya dan memasang kain pantai di pinggulku, aku pegang tangannya dan membawanya ke hotel. Ini kesempatan baik, sudah waktunya dia jujur dan berjuang demi cinta kami.

“Kak, kok tau aku disini?” tanyaku heran, padahal aku gak ada bilang ke orang lain kalo aku pergi ke Bali.

“Kakak punya banyak mata – mata disini, jadi kemanapun kamu pergi dan berbuat apa saja, kakak tau” jawabnya dengan nada dingin.

“Kak…”

“Apalagi Maika, jangan banyak bicara, sekarang kita siap – siap dan kembali ke Jakarta” katanya dengan nada agak tinggi.

“Kak….”

“Astaga…. Apa Maika, jangan buat kakak tambah marah ya” katanya lagi.

Aku tau ini caranya supaya bisa menutup hatinya, tapi terlalu jelas kak, terlalu jelas kalo hati kakak mengatakan ingin memperjuangkan aku, kakak bimbangkan.....

“Kak kita nikah ya”

Aku melihat dia berhenti berjalan.

“Kamu jangan bicara sembarangan, udah kakak bilang kita gak bisa melakukan itu” aku melihat matanya, penuh kesedihan. Aku tau pasti dia juga ingin melakukan itu.

“Kak… apa aku gak pantas buat jadi istri kakak?” tanyaku sedih.

“Bukan begitu Maika… kamu wanita sempurna yang Allah berikan kepada keluarga kita, wanita yang membuat semua laki – laki ingin memiliki kamu, tapi bukan kakak” katanya dan entah kenapa aku merasa dia mengatakan itu tidak dengan sepenuh hati. Ada bimbang disatu sisi dia ingin melawan dunia dan mempertahankanku, disisi lain dia ingin menjadi anak yang berbakti kepada Ayah.

“Kalo begitu nikahi aku, aku mau jadi istri kakak, aku gak mau menikah dengan laki – laki lain, lebih baik tidak menikah seumur hidup daripada menikah dengan orang yang tidak kita cintai” kataku.

“Please Maika, jangan bahas ini lagi.. kakak capek dan malas membahasnya”

“Kalo begitu pergilah kak dan tinggalkan aku sendiri, aku butuh suami disampingku, kalo kakak tidak mau jadi suamiku, lebih baik kakak gak usah disini” aku berjalan mendahuluinya dan masuk ke kamar dan menguncinya. Air mata tak berhenti mengalir di pipiku, betapa susahnya membuka hati pria yang telah memporak porandakan hidup dan hatiku.

Ting tong ting tong

Tok Tok Tok

“Maika….buka pintunya” aku mendengar suara kak Gemal mengedor pintu.

“Pergilah kak, kakak boleh masuk kalo sudah berstatus suami Maika” entah mengapa aku sampai bisa mengucapkan itu. Ya, kamu harus menikah secepatnya, walau tanpa persetujuan Ayah. Yang penting aku bisa memegang dan menahan kak Gemal,  karena perasaanku mengatakan kalo kali ini aku tidak bisa membuatnya menjadi suamiku, sepulangnya dari sini aku punya firasat aku tidak akan pernah bisa melihatnya lagi dan aku tidak mau itu terjadi.

“Astaga Maika, kamu kira nikah itu main – main, pernikahan tanpa restu tidak akan membawa keberkahan, udah jangan kayak anak – anak, buka pintu ini atau kakak dobrak” katanya lagi.

“Aku gak peduli yang aku pedulikan kakak jadi suami aku, restu Ayah suatu saat pasti akan turun apalagi kalo kita kasih cucu buat Ayah, dijamin restu itu langsung akan ada”

“Tidak… kakak bukan pria pengecut”

“Kalo begitu pergilah dan tinggalkan aku sendiri disini” kataku lagi.

Aku tidak mendengar suara diluar lagi, apa dia pergi, hiksss kok malah benar – benar pergi sih.

Aku membuka pintu untuk melihatnya. Aku buka pelan – pelan dan mengeluarkan sidikit kepalaku untuk melihatnya.

“Kakak…. Hiksss”

“Udah kakak bilang jangan kayak anak – anak Maika” Aku lihat tangan kak Gemal sudah menahan pintu supaya aku tidak tutup.

“Ih nyebelin…. Sana pergi!!!!”

Aku melihat dia tertawa, dan ya Allah manis banget…. Aku ingin seumur hidupku melihat tawanya itu.

Tenaga wanita mana pernah menang dengan tenaga laki – laki, sekali sentak saja pintu kamar terbuka dan dengan elegannya dia masuk dan duduk disofa.

“”Ayo bereskan barang kamu dan kita pulang” katanya lagi.

“TIDAK MAU, kalo mau pulang… pulang aja sendiri, jangan ngajak – ngajak, aku ingin jadi orang Bali saja, pusing dan sakit hati terus kalo di Jakarta” kataku asal.

“MAIKA… RUMAIKA” teriaknya

“APA GEMAL”

“Jangan buat kakak kehabisan kesabaran ya, jangan salah kan kakak, kalo kakak berbuat kejam” katanya mengancamku.

“Udahlah kak, aku capek mau tidur, kalo mau ceramah silahkan…tapi aku gak akan pernah pulang” kataku lagi.

“Ya sudah, kamu tidur dulu besok saja kita balik ke Jakarta”

Ini kesempatan, aku harus meluluhkan hatinya.

“Kak aku punya permintaan apa bisa kakak kabulin”

“Asal tidak minta dinikahi pasti kakak kabulin” katanya lagi.

“Oke, kita liburan selama 1 minggu disini, tanpa gangguan tanpa komunikasi dan tanpa kesedihan, anggap saja kita sedang pacaran dan sedang memadu kasih di sini, sepulangnya dari sini, aku gak akan pernah membahas masalah menikah lagi dan aku akan anggap kakak sebagai kakakku dan aku akan hapus rasa ini dihati aku”

Dia terdiam dan sepertinya dia memikirkan apa efek baik dan buruk dari permintaan ku.

“Baiklah 1 minggu kakak akan temani kamu berlibur disini, tanpa komunikasi dengan pihak lain dan tanpa kesedihan dan anggap ini kencan pertama dan terakhir kita” katanya lagi

Tidak kak… ini permulaan, dalam 1 minggu ini aku akan membuat kakak menjadi milikku walau dengan cara kotor, dan bersiaplah kak tunggu apa yang akan aku lakukan.

Aku tersenyum bahagia “Ya sudah, aku mandi dulu setelah itu kita kencan ya”

“Iya Maika sayang”

Tbc

Nah loh apa rencana Maika…. Ckckckckkc dan apa kencan mereka 1 minggu ini berjalan lancar dan bagaimana reaksi ayah.

6. Sedikit Cinta Untuk GemalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang