the begining of our love story

2.4K 275 32
                                    

Can dan Tin 20 tahun....

Dua tahun berlalu sejak Tin menyatakan cinta nya kepada Can.

Kalau kalian berfikir bahwa mereka sudah berhubungan badan selama dua tahun terakhir ini, kalian salah.

Atau kalian berfikir selama ini mereka pacaran seperti pasangan muda lainnya? Tidak.

Kenyataan nya, setelah Tin menyatakan cinta nya kepada Can malam itu, hari berikutnya tidak ada yang berubah dalam hubungan mereka.

Can masih saja memperlakukan Tin sebagai teman nya. Walaupun Can menganggap Tin adalah pacarnya.

Karna Can tak mengerti apa arti pacaran sebenarnya.

Sepengetahuan nya saat melihat Drama series bersama ibu nya, Can mengartikan pacaran itu hanya bergandengan tangan, makan malam bersama, pergi menonton berdua atau sekedar cium bibir.

Dan Can beranggapan itu semua sudah di lakukan bersama Tin. Bahkan sebelum mereka berpacaran. Jadi bagi Can, tidak ada perubahan yang berarti dengan Tin dalam hubungan mereka. Memang, Can menganggap Tin sebagai pacar nya, tapi hubungan mereka tidak jauh dari hal-hal kuno yang ada di drama teve yang Can tonton.

Ya, Can masih saja polos soal asmara.

Lalu, bagaimana dengan perasaan Tin?

Tin tak terlalu mempermasalahkan hubungan mereka saat ini.

Dia memahami kepolosan Can.

Tin juga menghargai orang tua Can, sehingga dia tak berani menyentuh Can.

Walaupun kadang, sebagai pria yang sedang beranjak dewasa, Tin memiliki kebutuhan seksualnya.

Tin masih bisa sesekali mencuri-curi ciuman di bibir Can.

Dengan mengatakan hal-hal bodoh yang kadang tidak masuk akal.

Dan aneh nya Can selalu percaya perkataan Tin.

Seperti contoh nya saat mereka baru saja menyelesaikan ujian semester mereka.

"Tin. Kau dimana? Jadi jemput aku tidak?" tanya Can setelah Tin bilang 'Halo'.

[Ini aku sudah di parkiran. Kau tunggu aku di halte biasa ya. Sekitar 5 menit lagi aku sampai.]

"Okaay~" jawab Can menutup telfon nya dan bergegas ke halte tempat ia biasa menunggu Tin.

......

"Bagaimana ujianmu?" Tin bertanya saat Can baru saja masuk ke dalam mobilnya.

"Kepala ku sakit. Bisa kah kita tidak membahas ujian ini?" Can memelas.

"Tidak bisa."

"Eh?"

"Mulutku akan terus menanyakan bagaimana ujian mu kalau kau tidak menutup bibir ku dengan bibirmu." Tin berkata dengan wajah serius. Walaupun dia sebenarnya menahan tawa melihat ekspresi Can yang tampak kaget.

Tin menunjuk bibir nya agar Can mencium nya.

Can yang tidak ingin Tin menanyakan tentang ujian nya percaya begitu saja dan langsung mengecup bibir Tin.

"Apa kau bisa mengerkajan semua soalnya?" Tin mendapat ide untuk menggoda Can. Dia bertanya langsung setelah Can melepaskan bibirnya.

"Tin!"

"Aduh! Bagaimana ini. Seperti nya mulutku bergerak sendiri. Coba kau cium aku lagi. Lebih lama, Can."

Can buru-buru mencium bibir Tin. Membuat Tin tersenyum disela-sela ciuman mereka. Can benar-benar gampang dikerjai.

Tin menggigit bibir bawah Can pelan. Membuat Can mengerang, seperti tak ingin kehilangan kesempatan Tin memasukan lidahnya. Beberapa menit mereka berciuman lama. Sampai Can hampir kehabisan nafas.

"Kau mau makan apa?" Tin bertanya saat bibir mereka terpisah.

"Wah! Bibir mu tak lagi menanyakan tentang ujian ku!" Can berkata girang.

"Ini berkat ciuman mu." Tin berkata dengan setengah mati menahan tawa.

Can lalu dengan girang berkata bahwa dia ingin makan ramen. Dia ingin makan yang pedas-pedas setelah ujian tadi dan membuat kepala nya sakit.

Tin pun menyalakan mesin mobil nya dan pergi menuju restaurant jepang kesukaan mereka.

Ya, Begitulah hubungan mereka selama ini. Agak konyol ya. Tapi hanya itu yang bisa dilakukan Tin agar Can tidak direbut cowok lain.

Can yang berbadan mungil dan perawakan imut serta kepribadian nya yang selalu ceria, membuat beberapa senior di kampus nya jatuh hati pada Can.

Tin dan Can memang beda fakultas. Tapi masih satu Universitas.

Can yang cepat akrab dengan siapa saja membuat ia banyak dikenal oleh mahasiswa-mahasiswi lain dari beberapa fakultas.

Dan salah satu senior Tin, Trump, merupakan salah satu dari penggemar Can.

Beberapa kali Tin memergoki Trump memberikan hadiah mahal untuk Can. Dan sesekali juga Tin melihat Trump makan bersama Can.

Membuat hati Tin jadi panas.

.

"Tin. Lihat deh. Jam tangan aku bagus ya." Can berkata dengan girang dan memamerkan jam tangan baru nya saat mereka sedang di kamar Can.

"Iya bagus. Kau nyuri dimana?" goda Tin.

"Ish. Tin! Kamu jahat banget sih ngomong nya." Can mengerucutkan bibirnya.

"Aku becanda. Hehe" kata Tin mencubit pipi Can gemas.

"Kak Trump yang memberikan padaku. Ucapan terima kasih nya karna aku mau mengantar nya membelikan kado untuk keponakan nya yang baru lahir."

Seketika raut wajah Tin berubah.

"Kak Trump juga tadi ingin membelikan aku sepatu baru. Tapi aku tolak. Harga nya sangat mahal. Aku tidak akan tega menginjak sepatu itu." tambah Can lagi agak kecewa karna dia menolak pemberian Trump.

"Kak Trump itu senior di fakultasmu kan, Tin? Baik ya orang nya. Dia juga mau mengantarku pulang sampai ke rumah. Padahal aku bilang aku bisa naik bus."

Ocehan-ocehan Can yang terus membanggakan Trump membuat Tin menjadi kesal.

"Tin kok kamu diem aja sih? Jangan bilang kamu punya rencana buat ngambil jam ini dari aku ya? Tidak akan! Aku tidak mau memberikan mu jam ini." Can buru-buru melepaskan jam tangan nya dan menyembunyikan di dalam saku celana nya.

Tin memutar bola mata nya dengan malas, "Bawel." Dia lalu keluar kamar dan membantu Ibu Can untuk menyiapkan makanan.

Can begitu tidak peka bahwa Tin sedang cemburu.

Tin pun tak bisa mengungkapkan kecemburuan nya karna dia merasa, Can memang tak menganggap nya sebagai kekasihnya.

Benar-benar hubungan yang rumit....

-TBC-
******

AN: Hai!!!
Apakah masih ada yang penasaran dengan cerita ini?
Yesh, aku bikin sequel nya (tapi lanjut disini aja yaa)
Sequel ini gak panjang. Mungkin cuma sekitar 2 atau 3 chapter aja.

Oh btw, hai Trump!
Muncul juga dia di cerita ini hehee
Disini dia gak jahat kok.. cuma yaa gitu.. duhh kenapa harus jadi orang ketiga antara tincan yaaak 😂😂

Musuh ku adalah Sahabat ku.Where stories live. Discover now