Pt. 2

2.1K 247 31
                                    

-TIN POV-

"Tin...." Can tiba-tiba memanggilku dengan tangan kanan nya memegang jar selai strawberry dan tangan kiri nya memegang ponsel nya. Wajahnya seperti takut? Atau apa ya.. aku tak mengerti mengapa Can tiba-tiba memanggilku dengan ekspresi seperti itu.

Dia menghampiriku dan berdiri di sampingku. Aku menunggu nya berkata sesuatu.

Can masih diam saja. Dia hanya memperhatikan laptop ku yang aku pangku di atas kaki sila ku.

Aku menaruh laptop ku di meja samping tempat tidur nya.

Mata Can masih mengarah ke tempat yang sama.

Oke. Dia bukan memperhatikan laptop ku ternyata.

"Ehem..." aku berdehem mencoba menyadarkan nya.

"Umm.. Tin.." Can mulai membuka mulutnya.

Aku dengan sabar menatap nya. Menunggu perkataan aneh apa yang akan keluar dari bibirnya.

"Aku buka celana mu ya."

Apa aku sedang bermimpi.

"Tin...."

Sepertinya tidak.

"Kau ini kesurupan apa lagi, Can?" Aku bertanya sambil menutup bagian intim ku karna Can terus menatap ke arah situ.

"Aku ingin mengolesi 'itu' mu dengan ini." Can berkata dengan semangat dan menunjukan selai strawberry yang ada di tangan nya. Membuatku tak percaya dengan kedua telinga ku yang mendengarnya.

"Aku buka ya celanamu." Can lalu berjongkok di samping tempat tidur. Dia menaruh selai dan ponsel nya di lantai dan ingin membuka boxer yang aku pakai.

"Kau ini kenapa sih?!" Aku membentaknya dan menepis tangan nya.

Mungkin terlalu keras. Tangan Can sampai gemetar melihat aku menaik kan nada suara ku.

"Ternyata tidak berhasil" gumam nya pelan yang terdengar jelas olehku.

"Maaf Tin. Pond bilang ini akan berhasil. Tapi kau malah semakin marah padaku."

Pond? Apakah Can masih berhubungan dengan Pond?

"Tunggu." Aku menahan tangan Can yang hendak pergi.

"Bisa kau jelaskan sebenarnya kau kenapa?" Aku menarik Can agar duduk di sampingku.

"Aku yang harus nya bertanya pada Tin. Kenapa Tin akhir-akhir ini galak sama aku. Tin juga tidak mau lagi makan siang dengan ku. Aku merasa sepi saat Tin tidak lagi menginap di rumahku." Can mengeluarkan uneg-uneg nya..

Aku tersenyum tipis mendengar Can ternyata merasa kehilangan sosok ku.

"Tadi aku bertemu Pond. Dia bilang ingin membantuku agar kau tidak marah lagi. Makanya aku melakukan ini." jelas Can lagi.

Aku penasaran hal apa yang dikatakan Pond pada Can.

"Berikan ponselmu." Aku meminta Can.

Musuh ku adalah Sahabat ku.Onde histórias criam vida. Descubra agora