Tiga

2.5K 325 23
                                    

Can saat berusia 17 tahun.....

Pertama kalinya di merasakan perbedaan di bagian tubuhnya.

Can sedang dalam fase pubertas....

"Pete, kenapa ya kok 'itu' aku tiba-tiba mengeras saat aku bangun tadi pagi."

BURF...

Pond menyembur air yang sedang diminumnya karna kaget mendengar perkataan Can yang terlalu terus terang.

"Yah Can! Jangan buat selara makan kami hilang." bentak Ae.

Can, Pete, Ae dan Pond sedang sarapan pagi di kantin sekolah.

Sebenarnya Can sudah sarapan di rumahnya. Ibu nya selalu menyiapkan dia makanan sebelum pergi ke sekolah.

Tapi pagi itu, Pete meminta Can untuk menemani dia sarapan di kantin.

Ae memanggil Can dan Pete untuk bergabung makan bersama dengan nya. Pond yang saat itu juga sedang sarapan sendirian, tiba-tiba ikut bergabung satu meja.

"Oh Thanks god! Akhirnya lu puber juga, Can". Pond pindah tempat duduk ke sebelah Can. Menepuk bahu Can bangga.

"Apaan sih, Pond. Puber emangnya apaan sih?" tanya Can, sambil menghisap lolipop kesukaannyaa.

Can masih saja tetap polos.

"Can, denger ya... buat laki-laki, yang lu alami tadi pagi tuh wajar banget. Harusnya sih hal kayak gitu terjadi pada laki-laki yang berusia 14 tahun. Tapi gapapalah, lebih baik telat dari pada gak sama sekali kan." Pond menjelaskan.

"Oh... terus biasanya kalo kayak gitu terjadi lagi. Kita harus gimana, Pond? Umm... maksudku.... 'itu' kita kan bangun tuh.. nah trus biar..."

Pete menelan ludah. Tiba-tiba dia merasa takut dengan pertanyaan-pertanyaan Can kepada Pond. Walaupun dalam hatinya dia juga penasaran ingin tahu.

Sebab Pete, juga mengalami hal yang sama seperti Can akhir-akhir ini...

"Aduh! Bocah kayak lu bakal ngerti gak ya kalo dijelasin gini? Mending besok Sabtu lu gw tunjukin koleksi gw deh. Gw ajarin semua detailnya nanti. Gimana?" Pond sebenernya tak sabar ingin memberi tahu Can bagaimana cara martubasi. Tapi tidak mungkin hal seperti itu dia tunjukkan di sekolahan.

"Pond. Jangan ngerusak anak orang!" Ae menginjak kaki Pond dari bawah meja.

Pond meringis kesakitan.

"Eh. Tin! Sini gabung sama kita." Pond memanggil Tin sambil mengusap kaki nya yang diinjak Ae.

Tin yang dari tadi mendengar pembicaran mereka dengan malas bergabung dan duduk di samping Ae.

"Tin, sabtu ini ada acara gak?" Pond bertanya antusias.

"Kenapa? Mau ngajak nonton bokep juga?" kata Tin ketus.

"Kok Tin tahu sih?" Can bertanya bingung.

"Suara mu yang nyaring kayak kaleng rombeng itu mana bisa aku tidak dengar." jelas Tin santai dan mulai melahap sarapan yang baru saja dia beli.

Can mendengus kesal dan melotot ke arah Tin.

**********

Hari Sabtu akhirnya datang...

Harusnya sih Can dan teman-teman senang karna akhirnya mereka bisa santai di rumah.

Tapi ternyata tidak. Terima kasih kepada Bapak Tae, Guru Biologi di Sekolah. Yang telah memberi mereka banyak tugas membuat Can, Pete, Tin, Techno dan Pond yang merupakan satu kelompok dipilih acak, jadi belajar kelompok di rumah Pete pada akhir pekan.

"Aagh... ini apaan sih.. aku pusing..."
Can membanting diri nya di kasur Pete. Merasa lelah dengan istilah-istilah biologi yang membuat kepalanya sakit.

"Can. Bagian mana yang kamu tidak paham? Jangan patah semangat gitu dong. Pokoknya kelompok kita harus tampil bagus di presentasi nanti." Techno mencoba menyemangati Can.

"Tapi aku benar-benar capek Tenchno~~~ Mataku berkedut karna harus membaca buku yang setebal itu. Cacing diperutku juga sudah berontak minta diisi. Kita istirahat dulu ya, ya, yaah~~?" Can merajuk.

"Can, tapi kan baru lima menit yang lalu kita istirahat. Kamu juga baru aja makan 2 potong pizza kan? Ayo dong bangun, biar tugas kita cepat selesai." kata Pete.

Can tetap tidak mau beranjak dari kasur Pete. Otak nya sudah benar-benar lelah mempelajari alat reproduksi wanita. Benar-benar tidak bisa dimengerti oleh Can. Dia mengumpat mengapa harus ada pelajaran seperti itu. Can menganggap pelajaran itu seharusnya untuk murid wanita saja. Karna pria tidak mungkin melahirkan, bukan?

"Sudah. Abaikan saja Can. Lebih baik kita fokus belajar lagi. Can memang bodoh. Buang-buang waktu kita saja." Tin yang daritadi sudah bersabar akhirnya kesal juga.

Tin merupakan anak yang pintar, tanpa bantuan teman-temannya juga sebenarnya dia bisa mengerjakan tugas itu sendirian. Tapi Guru Biologi memang ingin menilai kerja sama kelompok, bukan individu. Jadi mau tak mau, Tin harus bersabar menjelaskan kepada teman-temannya sampai mereka mengerti.

"Tin. Kamu kok jahat banget sih ngomongnya! Yaudah kalo gak mau ngajarin. Aku pulang aja. Capek juga belajar gini." Can kesal dengan ucapan Tin yang mengejeknya bodoh. Dia merapihkan buku-bukunya dan hendak pulang.

"Aish Can... Jangan ngambek gitu lah. Oiya sini gw ajarin dengan cara mudah. Biar lu gak pusing." Pond menghalangin Can yang ingin keluar kamar Pete.

"Eh? Emang bisa, Pond?" Can kembali bersemangat mendengar Pond akan mengajarinya dengan cara yang bisa dia mudah pahami.

Pond tersenyum jahil. Dia mengeluarkan dvd-dvd koleksi yang ia bawa dari dalam tasnya.

Dia memang sudah berencana untuk menunjukan koleksi dewasa itu pada Can setelah mendengar pengalaman nya saat di kantin tempo lalu.

Techno yang sebenarnya juga susah payah memahami tugas itu. Mendengar Pond mempunyai cara mudah untuk belajar, dia mengikuti Can untuk melihat apa yang akan dijelaskan oleh Pond.

"Langsung gw tunjukin aja ya adegan climaxnya." Kata Pond sambil menyalakan laptopnya.

Pond memutar video yang dia bawa...

"Yah. Pond kau gila ya!" Techno hampir jantungan dengan apa yang baru dia lihat.

Di layar tampak ada seorang perempuan yang mendesah. Ekspresinya seperti menahan sakit saat pria yang ada di atas tubuhnya memasukkan kejantanannya dengan kasar.

"Mereka sedang apa?" Can bertanya polos.

Membuat Pete menahan nafasnya...

"Eh? Mengapa 'itu' nya pria itu besar sekali? Apa dia tidak merasa sempit saat memakai celana dalam?" Can masih tidak paham.

Keringat di dahi Techno menetes mendengar pertanyaan Can...

"Yaampun kasian banget ya wanita itu. Seperti kesakitan dan teriak minta tolong."

Pond menganga. Can ini bodoh atau gimana sih. Batinnya tak percaya.

"Woaah jijik banget! Masa Pria itu pipisin wanita itu! Ish.. gak sopan banget!" Can malah merasa kesal.

BRAK!

Tin yang dari tadi menahan emosi karna kepolosan Can menggebrak meja.

Perlahan Pond dan Techno menjauhi Can. Tidak ada diantara mereka yang berani mengeluarkan suara.

Hening.

Membuat Can bingung sendirian...

Musuh ku adalah Sahabat ku.Where stories live. Discover now