"Itu bisa diatur. Fan, kamu catet yang tadi temen kamu bilang." Perintah mama.

"Iya, Ma." Isfany mengambil buku pesanan lalu menuliskan hal - hal yang telah dipesan David. Termasuk nama kedua orang tua Dav yakni, Satya dan Nira.

"Saya pastikan kue itu akan jadi sehari sebelumnya." Santi melontarkan senyum kepada David.

"Makasih, tante. Kalau gitu saya pamit. Assalamu'alaikum." Ucap David.

"Wa'alaikumsalam." Jawab Santi.

Sebelum benar - benar pergi David sempat membisikkan sesuatu di telinga Isfany, "Hari ini orang tua gue yang gue pesenin kue. Lain kali, lo yang bakal gue pesenin kue. Kalau perlu gue sendiri yang buat kue itu."

Sontak hal itu membuat Isfany sedikit luluh. Pipinya seketika merona. Ia bahkan sampai melamun.
"Dav apa apaan sih? Dia selalu aja kayak gini. Tapi masa iya sih kali ini gue baper? Iiih nggak banget gue baper sama gombal murahan dia. Bisa ge-er tingkat dewa kalau dia tau." Gerutu Isfany dalam hatinya.

"Hayoo! Lagi mikirin apa ya?." Mama mengejutkan Isfany.

"Mama apaan sih? Nggak lagi mikir apa - apa kok." Isfany kesal.

"Masa?." Mama menyipitkan matanya.

"Iih mama reseh. Fany mau ganti baju dulu." Isfany meninggalkan etalase menuju ruang istirahat untuk berganti baju. Sementara mama tertawa renyah.

>skip<

Di lokasi berbeda, yakni Jalan Nusantara 19, Hana turun dari motor Hanif di depan rumahnya.

"Makasih udah anter gue." Hana berkata cuek.

"Sama - sama. Langsung lakuin apa yang Fany bilang. Mandi terus jangan lupa istirahat." Balas Hanif. Hana mengangguk.

Orang tua Hana keluar dari dalam rumah karena mendengar deru mesin motor di rumahnya. Orang tua Hana terkejut melihat penampilan anaknya yang basah kuyup ditambah muka cemong karena tepung serta warna merah bekas tamparan di pipi.

"Ya ampun, Hana. Kamu kenapa, sayang?." Orang tua Hana langsung mendekap tubuh putrinya.

"Hana nggak pa-pa kok, Ma." Hana bersikap santai.

"Nggak pa-pa gimana? Badan kamu basah banget gini kok. Kamu siapa? Kamu apakan anak saya? Kenapa dia bisa jadi seperti ini?." Mama Hana memarahi Hanif.

"Maaf tante, saya Hanif. Teman sekolahnya Hana. Tadi di sekolah Hana dibully anak jurusan lain." Jawaban Hanif membuat mama Hana menutup mulutnya.

"Astaga Hana! Kenapa mereka bisa sampai bully kamu? Mama nggak nyangka kamu bisa ngalamin ini." Mama menatap sendu putrinya.

"Mereka emang suka bikin onar di sekolah. Dan korban mereka kali ini Hana." Kata Hanif.

"Hana udah nggak pa-pa kok, ma. Hana baik - baik aja." Hana menenangkan orang tuanya.

"Saya permisi dulu ya tante. Mau pulang." Ijin Hanif.

"Iya. Makasih udah antar anak saya. Maaf kalau tadi saya sempat marah - marah." Orang tua Hana menggenggam tangan sebelah Hanif.

"Nggak masalah tante. Permisi." Hanif melajukan motornya meninggalkan kediaman Hana.

"Papa di rumah nggak, ma?." Tanya Hana.

"Papa masih di kantor. Kamu nggak usah khawatir. Sekarang kamu ke dalam ganti baju. Biar mama nanti cuci seragam kamu supaya bisa dipakai lagi besok." Orang tua Hana menuntun anaknya masuk ke rumah. Hana bernafas lega setelah tau papanya belum tiba di rumah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 18, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The End of My LoveWhere stories live. Discover now