Haru biru

13 3 3
                                    

Bagas telah menyelesaikan tugasnya mengantar Isfany ke rumahnya dengan selamat. Bagas mengantar Isfany tepat di depan gerbang rumah. Isfany turun dari motor dengan wajah murung.

"Ini helmnya." Isfany mengembalikan helm yang Bagas pinjamkan.
"Makasih udah anter gue pulang. Sorry kalau ngrepotin." Sambung Isfany sangat tidak bersemangat.

"Lo kenapa, Fan? Kok muka lo ditekuk gitu?." Bagas bertanya perubahan mimik muka temannya.

"Gue nggak apa apa kok. Lo jangan terlalu kepo ya?." Isfany menjawab sekaligus meminta.

"Oke. Tapi lo jangan sungkan kalau mau curhat ke gue." Bagas menyentuh bahu Isfany.

"Makasih. Gue masih ada orang tua yang bisa gue ajak curhat." Isfany menurunkan pelan tangan Bagas di bahunya.

"Oke. Gue duluan ya. Jaga diri lo baik baik di rumah. Kapan kapan gue ajak lo pulang bareng lagi." Bagas menstater motornya yang tadi mesinnya sudah dimatikan.

"Lo hati hati juga di jalan." Isfany tambah tidak bersemangat. Bagas segera melajukan motornya meninggalkan rumah Isfany.

Selepas Bagas tidak terlihat lagi, Isfany masuk ke rumahnya.

Sreet!

Decitan pintu rumah ketika dibuka menggelegar. Isfany memasuki rumah dengan langkah gontai. Ia berniat mandi di kamarnya untuk merefreshkan badan. Belum sampai niat itu terlaksana, panggilan Mama menghentikannya di tengah anak tangga.

"Kamu mau makan dulu?." Tawar Mama Santi setelah memanggil putrinya.

"Fany mengantuk, Ma. Mau mandi." Isfany menolak tawaran Mama.

"Mama mau bicara sebentar denganmu." Kata Mama.

"Bicara apa, Ma? Apa nggak bisa ditunda nanti aja? Fany masih capek." Keluh Isfany.

"Ini penting. Takutnya Mama lupa ngomongin ini." Mama memaksa berbicara sekarang.

"Hufft, oke." Isfany turun lagi menghampiri Mama di lantai bawah.
"Memangnya mau bicara apa sih, Ma?." Isfany sudah di hadapan Mama Santi.

"Kamu tadi pulang dengan lelaki itu lagi?." Kata Mama dengan intonasi bertanya.

"Maksud Mama, Bagas? Iya. Tadi Fany pulang bareng Bagas. Dua hari yang lalu Fany juga pulang bareng dia. Emangnya kenapa, Ma?." Isfany balik bertanya.

"Dia siapa? Hubungan kamu dengan dia apa? Lebih dari teman?." Mama bertanya serius.

"Mama ini tanya apaan sih? Kita cuma temen kok, Ma. Bagas itu temen sekelas Fany. Bagas nawarin Fany pulang bareng. Ya Fany terima tawarannya. Sekalian ngirit uang ongkos." Isfany menjawab bereskpresi sebal.

"Fany! Kalau kamu mau ngirit uang ongkos kamu kan bisa minta Mama buat jemput. Mama nggak suka kamu pulang bareng laki laki tanpa ijin Mama. Sekali pun dia teman sekelas kamu." Mama menunjukkan raut kecewanya. Nada bicaranya agak meninggi.
"Kalau begini caranya mending Mama kredit motor untukmu." Mama memalingkan wajah dari Isfany.

"Jangan, Ma!." Isfany langsung menghadap ke Mama Santi.
"Kan Fany udah pernah bilang jangan gunain uang itu buat beli motor! Mendingan uang itu Mama simpan buat keperluan bisnis kue Mama." Pinta Isfany.

Mama bergeming. Beliau menatap nanar putrinya. Bibirnya sedikit mengerucut. Antara marah dan kasian.
"Ma, Fany janji nggak akan ngulangin ini lagi. Fany akan ijin ke Mama kalau Fany mau pulang bareng Bagas atau temen lainnya. Fany mohon, Ma?." Isfany menyodorkan tatapan memelas.

Mama menangkupkan kedua tangannya di pundak Isfany.
"Kamu memang orang terpandang di sekolah. Banyak orang yang tau siapa kamu. Tapi kamu harus tetep jaga pergaulan kamu. Mama nggak mau kamu terjebak pergaulan bebas karena ikut organisasi sekolah. Organisasi itu harus buat kamu makin dewasa." Tatapan Mama berubah menjadi ramah lagi.

The End of My LoveWhere stories live. Discover now