Trio HDE

29 4 1
                                    

Pagi hari yang cerah, di sebuah sekolah menengah atas. Sebut saja sekolah itu SMA 7 Jakarta. Dimana SMA itu menjadi salah satu sekolah faforit ke tiga di kota tersebut. Bisa diketahui nama kotanya adalah Jakarta.

Di pagi itu tengah terjadi sebuah aksi kejar kejaran antara seorang siswa dan guru. Si siswa berlari cepat menghindari tangkapan maut guru yang diketahui bergerak di bidang kesiswaan. Sedangkan sang guru berlari tergopoh gopoh menangkap siswa sialan itu. Iya, sial. Kenapa sial? Nanti akan terjawab. Yang jelas saat ini siswa itu berlari cepat menyusuri lorong kelas XI. Tidak memperhatikan apa apa yang dilaluinya. Lepas dari kejaran sang guru adalah tujuan hidupnya, ralat, tujuan larinya. Namun, tiba tiba

DUBRAK!

Siswa tadi dicangkling seseorang dan membuatnya terjerembab ke lantai.

"Aduh duh duh duuh..." siswa tadi merintih kesakitan di posisi tengkurapnya.

"Awh - awh! Aaa! Sakit banget gila!." Siswa itu tertatih mencoba berdiri sambil memegangi pinggangnya.

"Lo apa apaan sih nyangk..." Omelan siswa itu terhenti setelah melihat seseorang yang baru saja membuatnya terjatuh. Seorang siswi cantik dengan rambut panjang hitam legam tergerai sepunggung. Gadis itu membawa block note dan pulpen.

"Oh My God! Really? Ya Allah! Ya Tuhanku! Kau memberi gue mimpi apaan semalam. Gue ketemu bidadari surga coy!." Celetuk siswa itu menatap lamat lamat gadis di depannya. Terpesona.

"Hm!." Gadis itu mendengus malas saat siswa tadi menatapnya demikian.

"DAVID!." Pekik pria paruh baya dari belakang. Merasa namanya dipanggil, David menoleh.

"Bego!." Siswa bernama David itu menepuk jidatnya dengan keras. Jarak pria paruh baya yang tak lain adalah guru yang mengejar David hanya terbentang 100 meter darinya.

"Beib, bidadari surga gue yang amat amat gue cinta dan gue sayang. Gue minta maaf ya enggak bisa lama lama liatin lo. Padahal wajah lo hari ini cantik banget. Gue ada kepentingan mendesak." David melipat tangan seraya memohon kepada gadis di depannya. Sedangkan si gadis menatap jeleh (malas) kepada David.

David segera mengegas kecepatannya. Ia bergegas berlari dari tempat itu sebelum guru tadi menjewer telinganya. Ia berusaha mengerahkan seluruh tenaganya berlari dari sana. Tapi ada yang janggal. Jika dihitung mungkin David sudah berlari 50 meter. Tapi kenapa pemandangan di depannya itu itu saja. Kenapa tidak berubah? Ada yang aneh.

"Kok dari tadi gue di sini terus? Padahal kan gue udah lari jauh banget." Pikir David sambil terus berlari.

"Ekhem!." Dehem gadis tadi dari belakang David.

"Kok suara bidadari gue masih ada sih? Harusnya kan dia udah ketinggal jauh. Apa jangan jangan dia ikut ngejar gue lagi? Apa gue salah denger ya? Tapi gak mungkinlah." Pikiran David bermacam macam.

"Ekhem!."

"Tuhkan suaranya ada lagi!."

David merasakan firasat tidak enak. Ia akhirnya menghentikan larinya. Ia menengok ke kanan kiri tidak ada siapa pun yang dikenalinya. Hanya beberapa siswa yang lalu lalang di koridor sebelah. Tiba tiba badan David tertarik mundur ke belakang. Ada yang menarik krah seragamnya. Lehernya seperti tercekik.

"Eh bidadari." David nyengir saat melihat gadis tadi yang sudah menahan larinya.

"Mau kemana lo? Lari dari hukuman? Lari dari tanggung jawab? Mana jiwa lelaki lo?." Tanya gadis itu bertubi tubi. David mati kutu.

"PAK HENDRA! Ini buronannya!." Teriak gadis itu kepada guru yang jaraknya sudah sepuluh langkah.

"Kena juga akhirnya." Pak Hendra menarik lengan David lalu merangkulnya agar tidak kabur lagi.

The End of My LoveWhere stories live. Discover now